Liga Indonesia

Mengupas Sejarah dan Rivalitas 2 Klub Tionghoa di Jakarta

Senin, 30 Januari 2017 10:30 WIB
Editor: Gerry Anugrah Putra
© Gerry Putra/INDOSPORT
Tunas Jaya lahir sebagai pesaing UMS dalam cabang sepakbola Copyright: © Gerry Putra/INDOSPORT
Tunas Jaya lahir sebagai pesaing UMS dalam cabang sepakbola
Kemunculan Chung Hua Tsing Nien Hui (Perkumpulan Olahraga dan Sosial Tunas Jaya)

'Pemberontakan' pemain kelas tiga UMS berimbas pada keluarnya para pemain dari Petak Sinkian. Dimotori oleh Tan Chin Hoat, para pemain tersebut hijrah ke Chung Hua Tsing Nien Hui yang baru saja terbentuk dan membuka cabang olahraga.

Kemunculan Chung Hua jelas mengancam dominasi UMS sebagai wadah olahraga dan sepakbola etnis Tionghoa di Jakarta. Apalagi, Chung Hua punya pemain-pemain andal seperti Tan Chin Hoat, Tek An, Tek Sen, A Bing, dan Kok Gie yang sebelumnya memang bermain di UMS.

Jika UMS bermain di Petak Sinkian, maka Chung Hua pertama kali bermain di lapangan Jenderal Urip di Jatinegara. 'Dendam' kepada UMS menjadikan Chung Hua terus membangun kekuatan di sepakbolanya. Lambat laun Chung Hua berkembang menjadi klub yang ditakutkan di Batavia bersama dengan Hercules, UMS, dan Vios. 

Dukungan warga sekitar pun mengalir kepada Chung Hua. Apalagi saat itu Jatinegara juga menjadi sentra dagang yang banyak didiami oleh etnis Tionghoa yang mulai keluar dari benteng Glodok. Alur itulah yang membuat Chung Hua menjadi kekuatan baru di sepakbola Batavia.

Buktinya nyata mereka adalah gelar juara VBO di musim terakhir, yakni pada 1949/1950. Setelah itu, kompetisi VBO pun tutup usia dan secara resmi, kompetisi Persija dan PSSI lah yang diakui negara.

Pada masa orde baru, Chung Hua mengubah namanya menjadi Tunas Jaya. Pada era bernama Tunas Jaya, klub ini masih beraktivitas dengan baik dan menjadi perkumpulan sepakbola Tionghoa yang rutin menggelar turnamen Liga Naga.

INDOSPORT berkesempatan untuk bertemu dengan Budhi Tanoto yang merupakan putra dari sesepuh Tunas Jaya, Tan Liong Houw. Budhi menuturkan bahwa dirinya besar di Tunas Jaya karena faktor keluarga. 

Tunas Jaya kini tak lagi menggunakan warna kuning dan hijau.

Bersama sang kakak, Wahyu Tanoto, Budhi bermain untuk Tunas Jaya selepas belajar sepakbola di Merdeka Boys Football Association (MBFA) pada era 1980-an. Membela Tunas Jaya merupakan suatu kehormatan karena di klub itulah sang kakek dan ayahnya menjadi pemain besar Indonesia.

"Ya, saya pernah dengan cerita dari papi (Tan Liong Houw) jika Tunas Jaya dulu awal-awal bernama Chung Hua. Dulu klub hebat di Jakarta, engkong (Tan Chin Hoat) dan papi saya merupakan pentolan klub Tunas Jaya," cerita Budhi.

"Kita dulu main tidak pindah klub, terus di Tunas Jaya kalau sedang kompetisi Persija. Baru pas main di Perserikatan, saya menjadi wakil Tunas Jaya di Persija," lanjut Budhi yang juga pemain skuat Indonesia Junior tahun 1983, mengenang masa mudanya.

Budhi menilai Tunas Jaya era Tan Liong dan dirinya sangatlah berbeda. Dulu semasa bernama Chung Hua, klub tersebut bisa dibilang menjadi salah satu jagoan Jakarta. Bersama dengan UMS, Indonesia Muda, Hercules, Jakarta Putera, ataupun BBSA, Chung Hua menjadi pesaing juara kompetisi Persija.

"Pas papi main, Tunas Jaya memang sedang bagus. Julukan kita dulu Si Naga Kuning, karena klub kita identik dengan warna kuning dan hijau," cerita Budhi. 

Menariknya warna tersebut memang kontras dengan warna kebanggan UMS yang lebih adem, biru dan putih. Kesamaannya adalah keduanya memakai motif bergaris dalam kostum, dan perbedaanya adalah pemilihan warna.

Budhi melanjutkan Tunas Jaya pada eranya. Masa itu, Tunas Jaya masih tetap eksis walau tidak segarang era Tan Chin Hoat dan Tan Liong Houw. Namun, Tunas Jaya tetap mengirimkan wakil untuk Persija.

"Zaman saya, Tunas Jaya tidak terlalu naik. Biasanya yang masuk Persija itu saya dan kakak saya, lalu ada Pracoyo, dan Herry Latief. Kita juga banyak di papan tengah pas kompetisi Persija," terangnya mengingat kondisi klub jamannya bermain.

Namun, Budhi masih menceritakan bahwa Tunas Jaya punya prinsip yang tak boleh dilanggar. "Kita boleh kalah, tapi jangan sama UMS," tegasnya.

383