Eksklusif: Gluscevic Buka-bukaan Soal Sepakbola Indonesia

Senin, 3 Juli 2017 06:57 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
 Copyright:
Memori Indah di Stadion Siliwangi dan Lebak Bulus

Seperti disebutkan di awal, Indonesia adalah panggung eksklusif sang monster kotak penalti. Kepada INDOSPORT ia mengatakan jika momen tak terlupakannya adalah ketika lagu selamat ulang tahun menggema di Stadion Siliwangi dan Lebak Bulus.

"Saya tak akan bisa melupakan memori indah di Stadion Siliwangi dan Lebak Bulus di mana lagu 'selamat ulang tahun' buat saya menggema. Juga 'Dejan-Dejan kecil' yang membuat masa-masa saya di Indonesia tak terlupakan," ungkapnya.

© Facebook/Kholil Indro
Tim Bandung Raya jelang menghadapi Pelita Jaya pada 22 Juli 1995 dalam babak delapan besar Liga Indonesia I di Stadion Utama Senayan Jakarta. Copyright: Facebook/Kholil IndroTim Bandung Raya jelang menghadapi Pelita Jaya pada 22 Juli 1995 dalam babak delapan besar Liga Indonesia I di Stadion Utama Senayan Jakarta.

"Menjadi top skor dan juara, menjadi pemain asing paling populer di tiga pertandingan All Star, membuat saya selalu teringat tentang Indonesia. Apalagi setelah Indofood Inc membuka pabrik di Serbia, saya jadi lebih sering kangen teman-teman saya di Indonesia," cerita Gluscevic.

© Facebook/Dejan Gluscevic
Dejan Gluscevic bersama suporter Indonesia. Copyright: Facebook/Dejan GluscevicDejan Gluscevic bersama suporter Indonesia.

Dejan Gluscevic menyempatkan diri memberikan saran kepada otoritas sepakbola Indonesia. Ia berharap Merah Putih bersama Garuda-garudanya bisa berbicara banyak di pentas internasional.

"Saya bermain bagi Pelita Jaya di AFC Cup of Champions dan bersama Bandung Raya di AFC Cup of Winner's Cup. Tak ada yang berubah (perkembangan sepakbolanya). Piramida perkembangan pesepakbola Indonesia dan seluruh kompetisi domestik seharusnya terstandardisasi sehingga pemain-pemain dan timnya bisa menunjukkan performa terbaiknya di level internasional - bukan sebaliknya. Saya selalu mengikuti kabar di negara tempat saya bekerja, tentang sepakbolanya, saya ikuti lewat aplikasi," tukasnya lagi.

"Situasi sepakbola Indonesia sudah bisa diprediksi akibat rentetan blunder yang dibuat oleh petinggi-petinggi federasi sepakbola Indonesia sendiri, tak ada yang ingin sepakbola memperburuk citra Indonesia di muka internasional saya yakin itu," beber Gluscevic.

"Vanuatu dengan populasi mencapai 263 ribu penduduk tak bisa dibandingkan dengan 263 juta rakyat Indonesia. Ini justru menjadi perntanyaan kepada 'ahli sepakbola' di negara Anda mengapa negara dengan market sepakbola yang sangat besar tidak memiliki pengaruh di pentas internasional - apalagi KESUKSESAN. Tidak heran Indonesia menolak bermain melawan Vanuatu U-20 dalam persiapan kami menghadapi Piala Dunia U-20. Indonesia malah berlaga di turnamen regional saja," ketusnya.

1.9K