Eksklusif: Gluscevic Buka-bukaan Soal Sepakbola Indonesia

Senin, 3 Juli 2017 06:57 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© Gregah/Grafis/INDOSPORT
Dejan Gluscevic, salah satu pemain asing tersukses di Liga Indonesia. Copyright: © Gregah/Grafis/INDOSPORT
Dejan Gluscevic, salah satu pemain asing tersukses di Liga Indonesia.

Pelita Jaya dan Mastrans Bandung Raya (MBR) pernah memiliki striker tajam di diri Dejan Gluscevic. Hobinya mengoyak jala gawang lawan membuat banyak penikmat sepakbola Indonesia pertengahan 1990-an jatuh hati kepadanya. Pria yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-50 tanggal 21 Juni kemarin menceritakan perjalanan kariernya pasca gantung sepatu sebagai pesepakbola profesional sampai memori indahnya di Indonesia kepada INDOSPORT.

Pesepakbola asing di Liga Indonesia datang silih berganti, banyak di antaranya menjelma menjadi idola bagi suporter tertentu. Beberapa malah kemudian dinaturalisasi, sebut saja Cristian Gonzales yang menuai sukses bersama Persik Kediri dan Arema.

Baca juga:

Tapi jauh sebelumnya, ada nama Gluscevic. Mungkin hingga kini masih sulit ditemukan striker yang memiliki kebuasan lewat kaki dan kepalanya. Kegilaannya di kotak penalti lawan pernah membawa Mastrans Bandung Raya keluar sebagai jawara di tahun 1995/96. Tak hanya itu saja, gelontoran 30 gol dari 33 penampilan membuktikan betapa berbahayanya Gluscevic di area pertahanan lawan.

Gluscevic pernah bermain di salah satu klub sarat tradisi di Eropa, Red Star Belgrade. Ia dipinjamkan ke beberapa klub sebelum akhirnya pada tahun 1994 mencoba peruntungan di Pelita Jaya. Bersama The Commandos, sosoknya begitu dominan tak hanya di Pelita saja, melainkan di antara melimpahnya stok pemain depan, baik lokal maupun asing kala itu.

© Facebook/Dejan Gluscevic
(Kanan) Manajer Mastrans, Olinga Atangana, Yadi Mulyadi, Sudirman, Surya Lesmana, Dejan Gluscevic, Agus Suparman, Henk Wullems. (Bawah) Maboang Kessack, Rahmalem, Alexander Saununu, Tata Saptaji, Adjat Sudrajat Copyright: Facebook/Dejan Gluscevic(Atas) Manajer Mastrans, Olinga Atangana, Yadi Mulyadi, Sudirman, Surya Lesmana, Dejan Gluscevic, Agus Suparman, Henk Wullems. (Bawah) Maboang Kessack, Rahmalem, Alexander Saununu, Tata Saptaji, Adjat Sudrajat.

Ia juga sempat berduet dengan Kurniawan Dwi Yulianto dan melahirkan duet maut di lini depan Pelita Jaya. Produktivitasnya kembali meningkat pada Liga Indonesia edisi 1998, yang sayangnya harus terhenti karena situasi keamanan dan politik yang melanda Tanah Air.

Hijrah ke negeri tetangga, Singapura, pelatih yang tahun ini merayakan usia pernikahan ke-25 itu kemudian menjajal sepakbola di sana bersama Tanjong Pagar FC. Karier sepakbola profesionalnya lantas disudahi di Kanada, lebih tepatnya di North York Astros. Ia juga menyempatkan diri melatih skuat senior di klub tersebut.

Bagaimana kabar Dejan Gluscevic saat ini? Apa kesibukannya setelah melegenda di Nusantara? Kali ini INDOSPORT mencoba menuntun pembaca setia untuk bernostalgia, mengikuti rekam jejaknya usai pensiun, dan mengajak Gluscevic untuk buka-bukaan terkait peluang melatih klub atau level Timnas Indonesia.

1.9K