In-depth

Paksa Lilipaly Jadi Striker, Biang Kerok Kekalahan Indonesia

Rabu, 15 Agustus 2018 22:31 WIB
Editor: Gerry Crisandy
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
M. Hargianto mengontrol bola dalam laga Indonesia vs Palestina, Rabu (15/08/18). Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
M. Hargianto mengontrol bola dalam laga Indonesia vs Palestina, Rabu (15/08/18).
Timnas U-23 'ala' Atletico Madrid

Menghadapi Palestina, Indonesia mengusung formasi 4-3-3 dengan Lilipaly sebagai ujung tombak, diapit oleh dua pemain sayap: Irfan Jaya dan Febri Haryadi. Di belakangnya, terdapat Zulfiandi, Septian dan Hargianto yang membetuk segitiga di lini tengah.

Bagaimanapun, seiring berjalannya pertandingan, terlihat bagaimana Luis Milla mengistruksikan anak-anak asuhnya untuk bertahan dalam formasi 4-4-2, meminta salah satu dari pemain sayapnya untuk mundur ke tengah lapangan, menyisakan dua pemain di depan.

Indonesia juga bertahan dengan rapat dengan garis pertahanan yang dalam, membiarkan pemain-pemain Palestina memainkan bola di sisi lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi umpan-umpan terobosan dari tengah dari tim lawan. 

Strategi ini kerap digunakan oleh pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone. Pelatih asal Argentina tersebut mengutamakan kedisiplinan dalam bertahan dan memanfaatkan serangan-serangan balasan dalam menyerang.

Milla tampaknya memiliki rencana yang sama, memanfaatkan kecepatan-kecepatan pemain-pemain depannya, terutama Irfan, Febri dan Lilipaly.

Sayangnya, gol pertama Palestina justru hadir dari kesalahan individual Zulfiandi yang melakukan handball di dalam kotak penalti. Andritany sempat menepis eksekusi penalti, tapi bola mentahannya masih mampu dimanfaatkan oleh Oday Dabbagh.

1.2K