Liga Spanyol

7 Alasan Kuat Real Madrid Pertahankan Santiago Solari Sebagai Pelatih Kepala

Selasa, 13 November 2018 14:30 WIB
Penulis: Masya Famely Ruhulessin | Editor: Isman Fadil
© Getty Images
Luka Modric' terpilih sebagai pemain terbaik FIFA Copyright: © Getty Images
Luka Modric' terpilih sebagai pemain terbaik FIFA
7. Tegas Menggambil Keputusan

Semua pesepak bola melewati masa-masa buruk dalam karier mereka, di mana para aktor lapangan hijau mengalami penurunan performa bermain.

Pada momen inilah para pelatih harus membuat keputusan tegas dengan tidak memasukan mereka ke dalam di starting line up. Tak peduli mereka adalah pemain top dunia atau bukan.

Lopetegui telah melakukan kesalahan itu. Namun, Solari terbukti lebih berani membuat pilihan sulit. Luka Modric yang baru saja dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia, harus dicoret dari skuat lantaran penurunan performa.

Setelah melihat performa Modric saat melawan Real Valladolid, Solari mencoretnya dari posisi stater dalam pertandingan melawan Mellila di Copa Del Rey dan Victoria Plzen di Liga Champions.

Solari juga memutuskan menggantikan Bale dengan Vinicius Jr ketika melawan Valladolid. Hasilnya Los Blancos menang. Pemain Real Madrid cenderung merasa nyaman dan kembali mendapatkan kepercayaan diri.

Mereka membutuhkan pelatih yang tegas untuk menggembleng mental pemain dengan beberapa perubahan keras, dan Solari tampaknya pria yang tepat untuk itu.

6. Memiliki Kedekatan dengan Klub

Solari memiliki sejarah baik di Madrid. Ia menghabiskan lima tahun yang sukses di klub putih-putih dalam era 2000 hingga 2005 sebelum pindah ke Inter Milan.

Pengalamannya sebagai mantan pemain Real Madrid membuatnya hubungannya dengan klub akan berjalan baik. Terlebih, ia juga pelatih Madrid junior sejak 2013 dan tahu tentang bakat yang dihasilkan akademi klub.

 5. Belajar dari Cara Penunjukkan Zidane

Pada akhir 2015, Real Madrid berada dalam kekacauan setelah kalah 4-0 dari Barcelona di Bernabeu. Mereka terbuang dari kompetisi Copa Del Rey, meskipun memiliki Rafa Benitez sebagai pelatih dan deretan pemain mahal. 

Untuk mengatasi masalah tersebut, petinggi Madrid mempekerjakan Zidane. Sewaktu menjadi pemain ia membawa kejayaan bagi Madrid. Namun, keberhasilannya sebagai pelatih belum terbukti. Pengalamannya hanya menjadi asisten Carlo Ancelotti dan pelatih Real Madrid Castilla.

Singkatnya, ia dianggap sebelah mata dan diprediksi hanya menjadi pertaruhan Florentino Perez untuk mendapat pelatih lain yang lebih berkualitas. Apa yang terjadi setelah itu, membuat semua pihak takjub.

Zidane mengamankan trofi Liga Champions selama tiga musim berturut-turut. Dalam dua setengah tahun masa jabatannya, ia mengoleksi sembilan piala. Kini Solari ada pada situasi yang sama. Masa depannya pun bisa berakhir manis seperti Zidane.