Liga Indonesia

Winger PSM Makassar Ungkap Kronologi Sesungguhnya Insiden Pemukulan Suporter

Senin, 10 Desember 2018 23:41 WIB
Penulis: Wira Wahyu Utama | Editor: Juni Adi
© Muhammad Nur basri/Indosport
Pemain PSM Makassar, Muhammad Rahmat turut menyumbangkan hak suaranya dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Takalar, Sulawesi selatan. Copyright: © Muhammad Nur basri/Indosport
Pemain PSM Makassar, Muhammad Rahmat turut menyumbangkan hak suaranya dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Takalar, Sulawesi selatan.

INDOSPORT.COM - Winger PSM Makassar, Muhammad Rahmat Syamsuddin menyampaikan permohonan maaf atas insiden pemukulan kepada seorang suporter dalam pertandingan melawan PSMS Medan, Minggu (09/12/18).

Rahmat mengaku lepas kendali sehingga ia memukul seorang suporter Curva Sud Mattoanging 1915 (CSMx1915) bernama Dul, di tribun Stadion Andi Mattalata.

"Alhamdulillah, kami sudah bicara baik-baik dan saling minta maaf. Khususnya Dul, kami sudah saling memaafkan," ujar Rahmat saat dihubungi INDOSPORT, Senin (10/12/18).

Rahmat lalu menjelaskan kronologi memilukan yang terjadi tepatnya pada pertengahan babak kedua tersebut. Kata Rahmat, semua berawal dari suar (flare) dan petasan. 

"Setahu saya, tiga pertandingan dihentikan karena adanya flare maka otomatis lawan menang WO. Sementara saat itu kami mau memastikan kemenangan sembari berharap ada keajaiban di pertandingan tim lain," ungkapnya.

Sebelum insiden pemukulan itu, PSM sudah unggul 5-0 atas PSMS Medan. Rahmat tak ingin jika adanya flare dan petasan dari suporter itu berdampak pada pertandingan PSM yang ingin memastikan tiga poin guna menjaga asa juara.

"Kami tidak mau putus harapan untuk juara sampai peluit tanda berakhirnnya laga dibunyikan," tambahnya.

Akan tetapi dalam situasi dan kondisi tersebut. Tiba-tiba wasit menghentikan jalannnya pertandingan dengan alasan adanya flare dan petasan (kembang api).

Nah saat itu, beberapa pemain PSM dan perangkat pertandingan berlari menuju salah satu tribun yang ditempati para kelompok suporter CSM.

"Tiba-tiba ada flare, Pak Munafri (CEO PSM) dan Abdul Rahman berlari ke arah penonton dan meminta agar aksi itu dihentikan. Sayangnya mereka tidak mendengar" ujarnya.

"Ya, saat itu saya sudah kelelahan. Perasaan saya sudah campur aduk dari capek higga kesal tidak direspon. Akhirnya saya nekat panjat pagar dan terjadilah kekerasan itu," tandasnya.

828