In-depth

Bagaimana Match Fixing Menghancurkan Timnas Indonesia Terbaik Sepanjang Masa?

Selasa, 11 Desember 2018 16:02 WIB
Penulis: Coro Mountana | Editor: Isman Fadil
 Copyright:
Cerita Legenda Timnas Indonesia Tahan Tim yang Diperkuat Kiper Terbaik Sepanjang Masa

Antun ‘Toni’ Pogacnik merupakan pelatih Timnas Indonesia sejak 1954 hingga 1963 dengan masa bakti terlama. Bisa dikatakan Toni Pogacnik telah berhasil membentuk Timnas Indonesia terbaik sepanjang masa dengan prestasi yang belum bisa diulangi hingga saat ini.

"Kewajiban saya yang pertama ialah mempersiapkan kesebelasan Indonesia ke Manila. Setelah Asian Games di Manila itu nanti maka dapat dibuat rencana latihan untuk seluruh Indonesia, disamping mendidik pembantu-pembantu pelatih," ujar Toni pada Majalah IPHOSS ketika ia ditunjuk tangani Timnas Indonesia.

© INTERNET
Caption Copyright: INTERNETToni Pogacnik

Toni Pogacnik pun sukses besar dengan membawa Timnas Indonesia menjadi semifinalis Asian Games 1954 di Manila dan tempat ketiga pada ajang yang sama di edisi selanjutnya. Bahkan Timnas Indonesia mampu ia bawa hingga berlaga di perempat final Olimpiade.

Olimpiade 1956 menjadi momen dimana Timnas Indonesia yang diperkuat oleh Maulwi Saelan, Liong Houw Tan, dan Ramang berada dalam satu lapangan dengan Lev Yashin yang saat itu membela Uni Soviet. Seperti yang kita tahu, Lev Yashin adalah penjaga gawang terbaik di dunia hingga saat ini.

© Internet
Caption Copyright: InternetLeV Yashin 

Meski menghadapi nama besar Uni Soviet di Melbourne, Australia, Timnas Indonesia tetap tampil spartan hingga akhirnya skor berakhir imbang 0-0. Pada akhirnya kelelahanlah yang menghentikan langkah Timnas Indonesia setelah kalah 0-4 di partai ulangan.

Meski tersingkir, cerita bagaimana Timnas Indonesia menahan Uni Soviet yang menjadi juara Olimpiade 1956 akan menjadi mitologi yang akan diturunkan dari masa ke masa. Bagaimana postur kecil orang Indonesia tidak menjadi halangan untuk melawan orang-orang Eropa berpostur raksasa.

Keberhasilan Toni Pogacnik dalam membangun Timnas Indonesia dikarenakan dirinya yang paham betul dengan karakteristik pemain sepak bola Indonesia. Hal tersebut ia dapat dalam perjalanan spiritualnya menyusuri pelosok Indonesia melihat bagaimana bola sepak dimainkan oleh masyarakat terpencil.

Toni menemukan kelebihan dari pemain Indonesia itu adalah mempunyai kualitas teknik yang bagus dengan kecepatan luar biasa, tetapi tidak dengan kecerdasan dalam bermain sehingga kerap tidak efektif. Namun kelemahan terbesar yang ia ungkap adalah tidak adanya kemampuan untuk secara sadar menciptakan kesempatan sebaik-baiknya.

"Artinya bukan mencari sendiri posisi yang baik untuk melepas tembakan, tapi juga mencari jalan supaya kesempatan mencetak gol terbuka bagi salah seorang atau lebih dari pemain-pemain kawan," ungkap Toni seperti yang dinukil dari majalah Star Weekly tahun 1956.

175