In-depth

Fenomena Jual Beli Lisensi Klub Indonesia, Bagaimana FIFA Mengaturnya?

Sabtu, 6 April 2019 13:48 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Getty Images
FIFA. Copyright: © Getty Images
FIFA.

INDOSPORT.COM - Munculnya nama klub Perseru Badak Lampung FC di kompetisi Liga 1 mengingatkan kita akan tren 'klub instan' yang memang sudah lazim di persepakbolaan Indonesia dalam satu dekade terakhir. 

Di Indonesia, sebuah klub baru tak perlu bersusah payah merangkak dari liga kasta terbawah. 

Para investor yang berminat cukup mengakuisisi klub di kasta teratas yang tengah kesulitan keuangan dan bebas memindahkan homebase-nya ke lokasi yang menguntungkan.  

Badak Lampung FC jelas bukanlah pionir untuk urusan 'jalan pintas' ke Liga 1 ini. Praktik jual beli lisensi klub telah dimulai bertahun-tahun sebelum itu.

Sebelum Badak Lampung FC, ada empat klub baru yang hadir di kompetisi kasta teratas usai membeli lisensi pengakuisisian klub lain. 

Mereka adalah Bhayangkara FC, Tira Persikabo, Bali United, dan Madura United. 

Cikal bakal Bhayangkara FC berawal dari dualisme Persebaya Surabaya yang beralih ke Liga Primer Indonesia (LPI). Bajul Ijo kemudian mengubah nama menjadi Persebaya 1927. 

Pada waktu bersamaan, sebuah klub bernama Persikubar Kutai Barat (bukan klub kasta teratas) diboyong ke Surabaya dan diubah nama menjadi Persebaya untuk main di ISL (kasta teratas). 

Persebaya ISL ini pun mengalami masalah legalitas dan harus mengubah-ubah nama hingga akhirnya menjadi Bhayangkara FC usai merger dengan PS Polri. 

Lain lagi dengan Bali United. Klub ini muncul usai pengusaha Yabes Tanuri mengakuisisi dan membeli lisensi klub yang tengah sekarat, Persisam Putra Samarinda. 

Klub ini pun dibawa ke Bali untuk diubah nama menjadi Bali United. 

Cerita yang kurang lebih sama terjadi pada Tira Persikabo dan Madura United. Tira Persikabo muncul usai mengakuisisi Persiram Raja Ampat. 

Sementara Madura United lahir usai Achsanul Qosasih mengakuisisi klub Persipasi Bandung Raya yang bermarkas di Bandung.

Tren 'klub instan' ini selalu muncul hampir tiap musim belakangan. Baik PSSI dan BOPI pun selalu memberikan lampu hijau. 

Jika kita melihat perspektif aturan sepak bola dunia (FIFA), apakah yang dilakukan sejumlah klub di atas menyalahi aturan?