Liga Indonesia

Duel Klasik Persebaya vs PSIS, Final Perserikatan Penuh Makna untuk Mahesa Jenar

Kamis, 30 Mei 2019 16:56 WIB
Penulis: Alvin Syaptia Pratama | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Grafis: Yanto/Indosport.com
Pertandingan Persebaya Surabaya vs PSIS Semarang. Grafis: Yanto/Indosport.com Copyright: © Grafis: Yanto/Indosport.com
Pertandingan Persebaya Surabaya vs PSIS Semarang. Grafis: Yanto/Indosport.com

INDOSPORT.COM - Tuan rumah Persebaya Surabaya akan menghadapi tim tamu PSIS Semarang dalam lanjutan pekan ketiga Shopee Liga 1 2019 (kasta tertinggi bola Indonesia) di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Kota Surabaya pada Kamis (30/05/19) malam tepat pukul 20.30 WIB.

Laga sepak bola malam nanti menjadi duel dua tim penuh sejarah, sebelumnya kedua tim pernah bertemu di final era perserikatan tahun 1987 dan final Liga Indonesia tahun 1999 yang semuanya dimenangkan oleh Laskar Mahesa Jenar.

Pada tanggal 11 Maret 1987 PSIS berhasil menumbangkan Persebaya dengan skor 1-0 lewat gol dari Saiful Amri di bawah pelatih asal Semarang Sartono Anwar. Saat itu lahirlah generasi emas macam Saiful Amri, Budi Wahyono dan sang man of the match di final perserikatan 1987, Ribut Waidi.

Pertandingan tersebut berjalan dengan tensi yang cukup panas karena kedua tim merupakan rival di era perserikatan. Pada babak pertama PSIS mampu tampil dominan namun belum bisa menceploskan gol ke gawang Persebaya yang dijaga Putu Yasa. Tendangan salto Budi Wahyono bahkan hanya membentur gawang Bajul Ijo.

Memasuki babak kedua, The Green Force mengambil alih pertandingan dengan menekan pertahanan anak asuh Sartono Anwar. Selama 30 menit paruh kedua, praktis permainan milik Persebaya dan PSIS hanya fokus bertahan.

Keasyikan menyeran membuat petaka bagi klub asal Surabaya tersebut, pada menit ke-77 saat klub kebanggaan masyarakat Kota Semarang melakukan counter attack berhasil mencetak gol ke gawang Putu Yasa.

Budi Wahyono yang menyisir sisi kiri mampu melepaskan umpan lambung ke tengah, Saiful Amri yang tidak terjaga karena bek Persebaya terlambat turun mampu menyundul bola dan menjadi satu-satunya gol saat itu.

Sejarah baru dibuat oleh PSIS Semarang kala itu, Stadion Senayan menjadi saksi kegemberiaan pendukung yang jauh-jauh dari Kota Lumpia untuk mendukung klub kebanggaannya.