Liga Indonesia

Wiel Coerver, Mantan Pelatih Timnas Indonesia dan Insiden Bakar Jersey Demi Juara

Kamis, 6 Juni 2019 03:01 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Isman Fadil
 Copyright:

INDOSPORT.COM – Wiel Coerver terkenal sebagai pelatih Timnas Indonesia di SEA Games 1979 Jakarta. Ia berhasil mengantarkan Indonesia meraih medali pertama, meski bukan emas.

Timnas Indonesia kalah 0-1 dari musuh bebuyutan Malaysia pada partai final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.

Coerver pernah melatih klub NIAC Mitra pada kompetisi Galatama 1980/1982. Ia terpilih setelah NIAC Mitra ‘mengeleminasi’ pelatih-pelatih asal Belanda lainnya, seperti Frans van Balcom dan Frans de Munck.

Pengalaman pernah membawa Feyernoord juara UEFA Cup 1973/74 menjadi alasan NIAC Mitra tertarik mendatangkan Coerver. Selain itu, Coerver juga dianggap sudah paham karakter sepak bola Indonesia.

Coerver dibantu M. Basri yang sebelumnya bertindak sebagai pelatih. Para pemain NIAC Mitra benar-benar diajari kemampuan dasar bermain sepak bola yang khas ala Coerver, yakni Coerver Method.

Duet Coerver dan M. Basri menjadikan NIAC Mitra tim yang menakutkan. NIAC Mitra berhasil menjadi tim tersubur dengan total 102 gol.

Syamsul Arifin dan Djoko Malis menjadi duo bomber yang berbahaya. Ada satu peristiwa yang membuat para pemain NIAC Mitra terpacu untuk meraih juara.

Usai kekalahan 0-1 dari Perkesa di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, para pemain dikumpulkan di mes. Wenas Agustinus selaku bos NIAC Mitra meminta semua pemain melepas kaos dan mengumpulkannya di tengah perkumpulan.

Kaos produk Jerman yang dibeli di Singapura tersebut lantas dibakar. Wenas mengatakan, NIAC Mitra tidak boleh lagi kalah.

Kejadian itu jelas menjadi pelecut semangat pemain NIAC Mitra. Imbasnya, NIAC Mitra melesat jauh ke puncak meninggalkan pesaingnya, termasuk Jayakarta dan Indonesia Muda.

NIAC Mitra memastikan juara di pekan 33 atau satu pekan sebelum laga terakhir usai menang atas tuan rumah Warna Agung di GBK. Pertandingan itu dipimpin mantan ketua PSSI, Djohar Arifin Husin, yang masih berusia 32 tahun.

Syamsul Arifin keluar sebagai top skor dengan 30 gol. Rekor dipecahkan NIAC Mitra tatkala mempermalukan Cahaya Kita di Stadion Pluit, Jakarta dengan skor 14-0.

Kejayaan NIAC Mitra di Galatama 1980/82 tentu tidak lepas dari otak brilian Coerver yang dijuluki Albert Einstein-nya sepak bola.