Liga Europa

Terkuak, Egy Maulana Vikri Bukan Pemain Indonesia Pertama yang Bermain di Ajang UEFA

Rabu, 24 Juli 2019 18:49 WIB
Penulis: Fuad Noor Rahardyan | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© lechia.pl
Egy Maulana Vikri bukanlah pemain Indonesia pertama yang bakal mencicipi kompetisi UEFA. Foto: lechia.pl Copyright: © lechia.pl
Egy Maulana Vikri bukanlah pemain Indonesia pertama yang bakal mencicipi kompetisi UEFA. Foto: lechia.pl

INDOSPORT.COM – Ingar bingar mengenai Egy Maulana Vikri yang berpeluang mendapatkan debutnya di ajang Liga Europa memang sedang santer diberitakan. Namun, Egy tidak akan menjadi pemain Indonesia pertama yang mencicipi kompetisi UEFA.

Kompetisi UEFA yang dimaksud di sini meliputi semua kompetisi antarklub Eropa yang masih ada ataupun yang tidak. Kompetisi tersebut meliputi Liga Champions, Liga Europa, Piala Winners, Piala Intertoto, dan Piala Super Eropa.

Dilansir dari situs UEFA, pemain Indonesia pertama yang bermain di kancah UEFA ialah Kurniawan Dwi Yulianto. Pemain yang kerap dipanggil ‘Si Kurus’ itu pernah bermain di ajang Piala Intertoto saat membela klub asal Swiss, FC Luzern, pada 1995 silam.

Menurut situs Transfermarkt, Kurniawan bermain dalam laga grup 2 melawan klub asal Slovenia, NK Rudar Velenje, pada 22 Juli 1995. Ia saat itu dimasukkan pada menit ke-64 kala laga masih imbang 1-1. Namun, ia tak mampu mencetak gol dan skor tersebut bertahan hingga akhir laga.

Pencapaian Kurniawan sendiri masih tak tertandingi di level Asia Tenggara. Pasalnya, dari semua negara anggota AFF, belum ada negara yang mampu mengirimkan wakilnya ke kancah UEFA. Indonesia masih menjadi satu-satunya negara yang mencatatkan hal ini.

Catatan di atas akan semakin baik jika Egy dimainkan kala melawan Brondby pada babak kedua kualifikasi Liga Europa pada Jumat (26/7/19) atau pekan depannya (2/8/19). Tampilnya Egy bakal semakin mengukuhkan Indonesia di antara negara AFF lainnya.

Lebih dari itu, klub Egy yakni Lechia Gdansk bakal bermain di Liga Europa (kasta kedua kompetisi antarklub Eropa). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berpeluang ‘naik kelas’ dengan adanya pemain yang berlaga di kompetisi UEFA yang tingkatannya lebih tinggi.