In-depth

Karut Marut Sepak Bola Timor Leste, dari Dugaan Pencurian Umur Sampai Naturalisasi Asal-asalan

Senin, 5 Agustus 2019 20:50 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© tribunnews.com
Bendera Timor Leste. Copyright: © tribunnews.com
Bendera Timor Leste.

INDOSPORT.COM - Mulai dari liga yang serba keterbatasan sampai cerita naturalisasi 'asal-asalan', sepak bola Timor Leste memiliki segudang cerita menarik untuk diketahui. 

Timor Leste tampil mengejutkan di kompetisi Piala AFF U-15 setelah mampu mengalahkan Myanmar 3-1 dan Filipina 7-1 di dua laga awal. Timnas Indonesia pun harus bersusah payah untuk bisa menahan imbang mereka dengan skor 1-1.  

Namun, perjalanan Timor Leste harus terhenti usai kalah di matchday terakhir melawan Vietnam. Kekalahan 1-0 dari Vietnam membuat mereka gagal menempati dua posisi teratas grup. 

Timor Leste boleh tampil impresif di Piala AFF U-15, tetapi bukan hal itu saja yang jadi bahan pembicaraan utama di media. 

Striker Timor Leste, Paulo Domingos Gali da Costa Freitas, mendapat sorotan terkait dugaan kasus pencurian umur di ajang Piala AFF U-15 2019.

Ada sejumlah bukti yang kebetulan menguatkan dugaan tersebut. Dua di antaranya adalah data di situs Transfermarkt dan unggahan Instagram pribadi Freitas. 

Pada unggahan instagram Freitas terdapat bukti yang memperlihatkan bahwa ia telah membela Timor Leste di level senior. Dalam sebuah unggahannya pada 18 Maret 2019, Paulo memajang momen kala bermain di Piala AFF 2018. 

Protes pun datang dari Singapura, Myanmar, dan Indonesia. Pihak AFF segera menginvestigasi laporan ini. Belakangan, otoritas AFF menyatakan Freitas memenuhi syarat untuk mengikuti ajang Piala AFF U-15.  

Timor Leste bukan kali ini saja terlibat dalam hal kontroversial. Sebagai negara yang sepak bolanya tengah berkembang, Timor Leste pernah terlibat kasus besar yang memalukan.  

Tapi sebelum mengupas hal itu, kita selami terlebih dahulu sepak bola di Timor Leste. 

Aktif Sejak Pendudukan Portugal

Sepak bola telah tumbuh di Timor Leste sejak masa kolonialisme Portugal. Namun, perkembangan sepak bola di sana hanya di tahap amatir. 

Setelah keluar dari Portugal (1975) dan dianeksasi Indonesia, sepak bola terus eksis di Timor Leste. 

Titik balik perkembangan sepak bola Timor Leste hadir tak lain adalah ketika negara di ujung Nusa Tenggara Timur itu merdeka dari Indonesia di tahun 2000. 

Asosiasi Sepak Bola Timor Leste bergabung dengan AFC pada tahun 2002. Mereka pertama kali menjalani debut internasional melawan Sri Lanka pada 21 Maret 2003 yang berakhir dengan kekalahan 3-2. 

Walau Asosiasi Sepak Bola Timor Leste sudah diakui sejak 2002 dan melakukan laga perdananya di tahun 2003, namun kemenangan perdana mereka di laga internasional didapat hampir 10 tahun kemudian, tepatnya  5 Oktober 2012 saat melawan Kamboja (5-1). 

Liga Lokal Rasa Portugal

Timor Leste memiliki liga sepak bola yang dibentuk tahun 2016 bernama Liga Amadora. Kompetisi sepak bola tertinggi mereka dikenal dengan nama LFA Primeira dan diikuti oleh 8 klub. 

Sejumlah klub besar dari kompetisi Primeira di antaranya adalah Kraketu Dili, Benfica Laulara, Boavista (juara bertahan), dan Atletico Ultamar.

Sementara di bawah Primeira ada divisi Segunda yang diikuti oleh 12 klub. Beberapa klub kuat di divisi segunda di antaranya adalah Assalam FC, Porto Taibesse, Lalenok United. 

Walau memiliki nama-nama beken macam klub-klub Brasil dan Portugal, namun sejatinya kondisi liga di Timur Leste cukup memprihatinkan. 

Selain minat suporter yang tak besar, klub-klub di sana juga memiliki keterbatasan finansial. Kondisi ini diperparah dengan ketiadaan infrastruktur yang memadai. 

Bahkan, untuk mengakali ketiadaan lapangan, sebagian besar pertandingan mereka dimainkan di satu stadion, yakni Stadion Nasional Timor Leste. 

Walau tergolong lambat, dalam beberapa tahun ini sepak bola mereka mulai menggeliat. 

Sejumlah klub-klub Portugal serta negara Brasil telah melakukan ikatan kerjasama dengan beberapa klub lokal di sana. Maka tak heran ada nama-nama klub seperti Porto, Benfica, dsb. di Timor Leste. 

Naturalisasi 'Asal-asalan' 

Sepak bola Timor Leste ternyata pernah mendapat sebuah hukuman yang terbilang parah dari Federasi Sepak Bola Asia (AFC) karena masalah pemalsuan dokumen pemain. Kasus memalukan tersebut bisa dibilang paling kelam dalam sejarah sepak bola Timor Leste.

Hukuman ini disebabkan adanya pemalsuan dokumen dari sejumlah pemain naturalisasi yang dilakukan Federasi Sepakbola Timor Leste (FFTL). Dalam penyelidikannya AFC, mereka menemukan fakta terdapat 12 pemalsuan dokumen pemain naturalisasinya.

Seluruh pemain yang dianggap memiliki data palsu oleh AFC adalah Ramon de Lima Saro, Paulo Helber Rosa Ribeiro, Diogo Santos Rangel, Rodrigo Sousa Silva, Patrick Fabiano Alves Nobrega Luz, Paulo Cesar da Silva Martins, Jairo Pinheiro Palmeira Net, Felipe Bertoldo do Santos, Junior, Aparecido Guimaro de Souza, Jaime Celestino Dias Braganca, Heberty Fernandes de Andrade, dan Thiago dos Santos Cunha.

Parahnya lagi, Timnas Timor Leste telah menggunakan para pemain ilegal ini sebanyak 29 pertandingan. Bahkan dalam satu pertandingan internasional setidaknya terindikasi ada lima pemain ilegal yang diturunkan Timor Leste.

Kasus yang menimpa Paulo Freitas pun hampir kembali mencoreng wajah Timor Leste. Beruntung, tudingan itu tak terbukti kebenarannya. 

Cerita Miro Baldo Bento

Bicara soal naturalisasi di sepak bola Timor Leste, rasanya kurang lengkap jika tak membahas tentang Miro Baldo Bento. 

Penggemar sepak bola nasional era 90-an pasti kenal eks Timnas Indonesia yang membelot ke Timor Leste, yakni Miro Baldo Bento.

Pria dengan nama lengkap Miro Baldo Bento de Araujo ini lahir di Dili, Portuguese Timor pada 4 Juni 1975 silam. 

Saat masih menjadi pemain, ia berposisi sebagai striker. Miro Baldo pernah main di sejumlah klub besar Indonesia seperti Arseto Solo, Persija, dan PSM. 

Performa yang impresif di dalam kotak penalti membuat Miro Baldo dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia oleh pelatih Nandar Iskandar di Piala AFF 1998 dan menjadi top skor.

Meski sempat menjadi warga negara Indonesia, Miro Baldo Bento akhirnya hengkang dan memilih pindah kewarganegaraan ke Timor Leste pada 2000. Timor Leste sendiri telah lepas dari wilayah Indonesia di tahun sebelumnya.