Liga Indonesia

Jafri Sastra Sebut Sentuhan Akhir Masih Jadi Kekurangan Terbesar PSMS

Jumat, 13 September 2019 19:45 WIB
Penulis: Aldi Aulia Anwar | Editor: Indra Citra Sena
© Aldi Aulia Anwar/INDOSPORT
Pelatih PSMS Medan, Jafri Sastra. Foto: Aldi Aulia Anwar/INDOSPORT Copyright: © Aldi Aulia Anwar/INDOSPORT
Pelatih PSMS Medan, Jafri Sastra. Foto: Aldi Aulia Anwar/INDOSPORT

INDOSPORT.COM - PSMS Medan kembali tren positif usai menelan hasil minor dalam dua laga tandang ke Banten yang berbuntut pengunduran diri pelatih Abdul Rahman Gurning beberapa waktu lalu.

Kali ini, PSMS sukses memetik poin penuh dengan mengalahkan PSCS Cilacap dalam lanjutan Liga 2 2019 Grup Barat di Stadion Teladan, Medan, Kamis (12/9/19), kemarin sore.

Di laga debut Jafri Sastra sebagai pelatih anyar, PSMS Medan hanya mampu menang tipis 1-0 atas PSCS. Bayu Tri Sanjaya menjadi pembeda di laga itu lewat eksekusi penalti pada menit ke-42.

Meski banyak menciptakan banyak peluang, namun satu-satunya gol yang tercipta di laga tersebut harus mengandalkan servis titik putih usai pemain bertahan PSCS melakukan handball di area terlarang.

Menanggapi hal itu, Jafri Sastra mengaku masih banyak yang perlu dibenahi dari PSMS Medan. Bahkan, eks pelatih PSIS Semarang itu menyebut kemenangan timnya kemarin sebagai suatu keberuntungan.

"Yang pasti finishing menjadi evaluasi, tapi juga tak bisa dilupakan soal lini pertahanan. Masih terjadi miskomunikasi. Kami harus cepat-cepat memperbaikinya," kata Jafri kepada awak media, Jumat (13/9/19).

Pelatih berusia 54 tahun itu menyebut kelemahan ini terus menjadi pekerjaan rumah (PR) pihaknya untuk menatap laga-laga selanjutnya, termasuk saat bertandang ke Bandung dan Tangerang pekan depan.

"PR kami masih banyak, tapi waktunya singkat. Hal ini harus saya pikirkan lagi bagaimana waktu yang singkat ini bisa meningkatkan semua pemain bisa lebih baik lagi," pungkas Jafri Sastra.

Selanjutnya PSMS Medan akan bertandang ke markas Blitar Bandung United pada Selasa (17/9/19), dilanjutkan menyambangi kediaman Persita Tangerang lima hari kemudian (22 September).