In-depth

Evaluasi Timnas Indonesia U-16 Jelang Piala Asia 2020: Penyelesaian Akhir Masih Jadi Masalah

Senin, 23 September 2019 13:44 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Timnas Indonesia U-16 saat merayakan keberhasilan lolos ke putaran final Piala Asia U-16 2020. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Timnas Indonesia U-16 saat merayakan keberhasilan lolos ke putaran final Piala Asia U-16 2020.

INDOSPORT.COM - Timnas Indonesia U-16 akhirnya memastikan lolos ke putaran final Piala Asia 2020 di Bahrain usai bermain imbang 0-0 melawan China, Minggu (22/09/19) malam WIB. 

Bertanding di Stadion Gelora Bung Karno, Marselino dkk berhasil menahan China dengan skor 0-0. Hasil ini sudah cukup untuk membawa Indonesia sebagai runner-up terbaik di babak kualifikasi sekaligus lolos sebagai satu-satunya wakil Asia Tenggara. 

Babak kualifikasi Piala AFC 2019 memang cukup sensasional bagi Indonesia. Garuda Muda sukses menyarangkan 27 gol dan hanya kebobolan satu gol.

Indonesia juga tidak terkalahkan dengan meraih tiga kemenangan dan satu imbang. Kemenangan pertama didapat saat menggebuk Filipina 4-0. 

Kemenangan kedua diraih usai membantai Kepulauan Mariana Utara 15-1. Terakhir, skuat asuhan Bima Sakti menggulung Brunei 8-0. 

Dengan kemenangan-kemenangan besar yang diraih, Timnas U-16 pun seakan tanpa cela. Namun, apakah benar demikian?

2 Catatan untuk Timnas U-16

Mendapat lawan ringan di tiga laga awal kualifikasi, Indonesia akhirnya bertemu lawan sepadan kala bersua China.

Berbeda dengan tiga laga sebelumnya di mana Timnas selalu mencetak gol, saat melawan China tak ada satu pun gol lahir dari Indonesia. 

China merupakan salah satu raksasa Asia. Gagal mencetak gol rasanya hal yang biasa jika tugas itu diemban Indonesia. Namun jika Anda menyaksikan jalannya laga, tentu kenyataanya tidak demikian. 

Timnas Indonesia U-16 melebihi ekspektasi banyak orang. Marselino dkk tampil menyerang dan menciptakan banyak peluang untuk membobol gawang China.

Sayang, Indonesia tak mampu memanfaatkan kesempatan. Laga 90 menit itu pun harus berakhir dengan skor imbang 0-0. 

"Yang pasti ini menjadi pengalaman berharga buat kami. Kami juga mengevaluasi bahwa sekali lagi masalah finishing touch (menjadi masalah). Artinya, tak harus tempo tinggi dulu, harus bisa menyerang atau main bertahan dulu. Kombinasi akan kami lakukan," ujar Bima Sakti dalam konferensi pers seusai laga. 

Tentu saja di Piala Asia 2020 mendatang hal ini harus diperbaiki. Para pesaing Indonesia nanti bukan lagi tim-tim gurem seperti Brunei. 

Peluang sekecil apapun sangat berharga untuk Timnas Indonesia. Apalagi Indonesia ada di pot kedua yang artinya skuat asuhan Bima Sakti dianggap tim kuat di turnamen 2020 nanti. 

Selain masalah finishing touch, ada satu hal lagi yang patut jadi catatan timnas, yakni persoalan fisik. Masalah fisik menjadi evaluasi Bima Sakti. 

Pada laga melawan China terlihat bahwa selepas 75 menit, permainan Indonesia makin mengendur. Tentu saja hal ini tak boleh terjadi di turnamen sebesar Piala Asia U-16 2020 nanti. Apalagi Indonesia harus bersaing dengan negara-negara dari Timur Tengah yang terkenal kuat fisiknya. 

"Masalah kondisi fisik memang jadi evaluasi yang harus kami perbaiki ke depan," kata Bima Sakti