Liga Italia

3 Perubahan Besar yang Akan Dibawa Luciano Spalletti Jika Jadi Latih AC Milan

Senin, 7 Oktober 2019 20:38 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Getty Images
Pelatih Inter Milan, Luciano Spalletti. Copyright: © Getty Images
Pelatih Inter Milan, Luciano Spalletti.

INDOSPORT.COM - Kedatangan eks pelatih Inter, Luciano Spalletti, ke AC Milan diyakini bakal membawa sejumlah perubahan penting. 

Pemilik AC Milan, Elliott Management, dikabarkan sudah memberikan restu kepada pihak klub untuk merekrut eks pelatih Inter Milan, Luciano Spalletti.

Seperti yang diketahui, posisi Marco Giampaolo di AC Milan kini sedang terancam. Hal itu karena rentetan hasil negatif Rossoneri di awal musim Serie A Italia 2019-2020.

Dari kabar yang beredar, meski AC Milan baru saja meraih kemenangan dari Genoa dengan skor 2-1, Giampaolo akan tetap dipecat oleh pihak klub.

Kemudian, hal itu memunculkan desas-desus bahwa pihak klub sudah memiliki dua nama pengganti, salah satunya Luciano Spalletti. 

Luciano Spalletti bukanlah nama baru dalam belantika kelepatihan Italia. Ia tercatat pernah melatih klub Udinese, AS Roma, sampai Inter Milan. 

Kedatangannya ke Milan pun diyakini bakal membawa sejumlah perubahan. Perubahan apa saja kira-kira yang bakal dibawanya ke Milan? Berikut ulasannya. 

1. Memaksimalkan Potensi Pemain

Selain terbukti memiliki kualitas oke dalam meramu tim juara, ia juga piawai memanfaatkan kondisi tim untuk mendapatkan hasil maksimal.

Penggemar Liga Italia tentunya masih ingat bagaimana tangan dinginnya mampu membawa tim gurem udinese ke empat besar Serie A tahun 2005. 

Pindah ke Roma menjadi pembuktian lain kualitas Spalletti. Ia mampu membawa Roma dua kali juara Coppa Italia. 

Pada era kedua melatih Serigala Roma, Spalletti juga sanggup mengkhiri musim 2016/17 dengan 87 poin. Itu adalah musim terbaik Roma dalam waktu yang lama. 

Kemampuan Spalletti memanfaatkan skuat yang ada ini sangat cocok untuk AC Milan. Saat ini Milan bisa dibilang tengah dalam keterbatasan untuk belanja pemain-pemain bintang. 

Selain itu, pengalamannya membangkitkan AS Roma jadi pertanda bagus, bahwa (setidaknya) ia pun bisa menularkan kebangkitan itu ke AC Milan.

2. Ruang Ganti

Tak banyak yang tahu, Spalletti merupakan sosok pelatih yang dekat dengan pemainnya. Ia mampu menjaga relasi dengan pemain sebaik mungkin. 

Contohnya saja saat membesut AS Roma. Atas keterpaksaan taktik, ia harus mengesampingkan sang legenda, Fransesco Totti. Namun Sang Kapten tak memprotes maupun menciptakan kegaduhan di ruang ganti. 

Kondisi ini cocok untuk Milan yang banyak dihuni pemain muda. Pemain-pemain muda cenderung mendapat waktu bermain yang kurang.

Di sini peran Spalletti untuk membangun kebersamaan di dalam tim. Pengalaman musim lalu bagaimana Franck Kessie yang mengamuk saat diganti Gattuso diharapkan tak akan terjadi. 

Dengan datangnya Spalletti diharapkan sejumlah pemain yang underperform bisa menemukan sentuhan terbaiknya.

3. Fleksibilitas Taktik

Spalletti merupakan pelatih yang fleksibel soal taktik. Namun, secara umum ia sering menggunakan formasi 4-2-3-1 selain juga 4-3-3.

Formasi 4-2-3-1 dan 4-3-3 diaplikasikan ke AS Roma dan Inter beberapa musim belakangan. Hasilnya tak buruk, AS Roma menjadi runner-up. Sementara Inter di bawa ke posisi empat musim lalu. 

Hebatnya, dengan formasi ini, Spalletti sanggup menciptakan tim dengan kekuatan ofensif yang bagus. Saat membesut AS Roma 2016/17, timnya sukses menjebol lawan sebanyak 90 kali (tersukses kedua) dan hanya kemasukan 38 gol (terbaik kedua). 

Dengan membayangkan formasi ini, AC Milan memiliki pemain-pemain yang bisa digunakan. Pada barisan empat bek jelas jadi milik Ricardo Rodriguez/Theo Hernandez, Alessio Romagnoli, Matteo Musacchio, dan Davide Calabria/Andrea Conti. 

Untuk posisi double pivot alias dua gelandang bertahan yang melindungi empat bek di belakang Milan bisa mengandalkan kerja Ismael Bennacer dan Lucas Biglia. 

Di posisi tiga gelandang tengah, Milan bisa mempercayakan kepada pemain-pemain seperti Lucas Paqueta, Hakan Calhanoglu, Franck Kessie, atau Rade Krunic. Bahkan, Milan bisa mencoba memainkan Rafael Leao di posisi gelandang kiri.

Untuk ujung tombak sendiri Milan tinggal mengandalkan kemampuan Krzyzstof Piatek sang striker murni. Jika Piatek berhalangan, Ante Rebic sepertinya cukup tajam di posisi ini. 

Formasi 4-2-3-1 merupakan sistem yang paling distributif untuk semua pemain. Sistem ini adalah yang terbaik dalam urusan mengoper dan menekan.

Dengan kualitas Ismael Bennacer yang dibantu pengalaman Lucas Biglia, harusnya Milan bisa memenangkan banyak bola di tengah.