In-depth

Membedah Kisah Kebangkitan Aditya, Eks Wonderkid Persib yang Kakinya Diamputasi

Senin, 7 Oktober 2019 16:38 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Ivan Reinhard Manurung
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Sebuah bencana besar menimpa sepak bola Indonesia pada 2015 lalu. PSSI selaku induk sepak bola tertinggi negeri ini, mengalami kisruh dualisme hingga mendapat sanksi keras dari FIFA.

Akibat insiden tersebut, kancah sepak bola Tanah Air langsung terhenti. Roda kompetisi mati, Timnas Indonesia tak bisa berlaga di ajang internasional, dan nasib para pemain lontang-lantung tak jelas.

Beruntung kisruh segera mereda setahun kemudian. Sekitar Mei 2016, kompetisi sepak bola Indonesia akhirnya kembali berfungsi, setelah sanksi FIFA kepada PSSI resmi dicabut.

Meski sudah lama berlalu, bencana besar tadi ternyata memiliki dampak berkepanjangan. Salah satu dampak yang hingga kini begitu kentara ada pada diri eks pemain muda Persib Bandung, Aditya.

Sebelum PSSI dibekukan, Aditya sedang meniti karier bersama Persib Bandung U-17. Namun ketika sanksi FIFA datang, Aditya langsung mengalihkan seluruh fokus aktivitas sepak bola hanya di kampus tempatnya berkuliah, UIN (Universitas Islam Negeri) Bandung.

Musibah kemudian datang menghampiri Aditya pada tahun 2017. Aditya mengalami cedera patah tulang ketika menjalani kegiatan sepak bola di kampusnya.

Sayagnya, cedera pada kaki kanan Aditya tak mendapat penanganan maksimal. Aditya malah berusaha menyembuhkan kakinya dengan mengandalkan pengobatan tradisional, dan tanpa bantuan medis terlebih dahulu.

"Harusnya roentgen dulu, ini malah dibawa ke tukang patah tulang. Harusnya dirawat, tapi disuruh pulang, otomatis di jalan kegoyang-goyang lagi," ungkap Adit.

Adit tak segera mengambil tindakan medis. Demi bisa sembuh, Adit secara rutin merawat kakinya ke tukang patah tulang tradisional.

Keputusan tersebut ternyata makin membuat kondisi kaki kanan Adit makin parah. Hingga akhirnya memutuskan mengambil tindakan medis dan disarankan untuk amputasi.

"Banyak jaringan yang sudah tidak aktif. Tadinya mau dicangkok tapi lihat tulang fibula tak berfungsi lagi, kemungkinan ada penyakit lain. Jalan satu-satunya ya itu (amputasi)" tutur Adit.

Dukungan dari Banyak Pihak

Diamputasi jelas membuat karier sepak bola Adit terhenti. Ia sudah tak mungkin lagi menjadi seorang pemain sepak bola profesional.

Adit terbilang beruntung mendapat banyak dukungan dari sejumlah pihak. Termasuk dari manajemen Persib Bandung yang terus memantau perkembangan kondisi Adit.

Direktur Persib, Teddy Tjahjono, bahkan turut memberikan perhatian langsung. Teddy melalui perwakilannya, sempat menawari pekerjaan kepada Adit.

"Persib membantu pengobatan sampai pulih, ada juga bantuan biaya untuk ke depannya. Manajer Diklat Persib masih mantau perkembangan saya," ujar Adit.

"Pak Teddy memberi amanat ke manajer Diklat Persib, saya ditawarin kerja," tambahnya.

Selain Persib, Adit mendapat bantuan pula dari pihak kampusnya dan sebuah organisasi sosial, Kita Bisa. Bantuan kali ini datang dalam bentuk sejumlah dana segar.

Adit pun bersyukur bisa mendapat segala perhatian tersebut. Uang bantuan yang diterimanya sangat membantu Adit untuk proses pemulihan.

"Nominal yang kemarin sekitar 35 juta rupiah dari Kita Bisa, dari UIN dapat bantuan juga. Bantuan dari UIN saya pakai untuk biaya operasi," jelas Adit.

Motivasi untuk Bangkit

Adit sama sekali tak menyerah dengan nasib yang diterimanya. Walau sudah kehilangan kaki kanan, Adit hingga kini tetap menggeluti olahraga sepak bola.

Bedanya, kali ini Adit bermain menggunakan alat bantu tongkat. Jadi, segala tumpuan untuk melakukan tendangan dan menggiring bola, Adit lakukan dengan tongkat tadi.

"Tumpuan awal harus pakai tongkat, mengganti kaki kanan yang diamputasi. Alhamdulillah dari dulu sudah terbiasa menendang dengan kaki kiri," tutur Adit. 

"Kalau belajar tumpuan pakai tongkat butuh waktu sekitar tiga bulan," lanjutnya.

Keputusan Adit untuk tetap menggeluti sepak bola ternyata berbuah manis. Buktinya Adit kini tergabung ke dalam skuat Timnas Indonesia di cabang olahraga Ampute Football (sepak bola khusus amputasi).

Adit bahkan sedang melakukan persiapan rutin untuk mengikuti kejuaraan internasional. Timnas Indonesia rencananya akan berlaga di ajang Piala Asia Ampute Football pada Febuari 2020 mendatang di Malaysia.

"sekarang latihan seminggu dua kali, kadang satu kali, soalnya belum mendekati event. Kalau sudah mendekati Febuari pasti ada latihan lebih rutin," ujar Adit.

Indonesia sejak tahun 2018 memang sedang menggiatkan olahraga Ampute Football. Lewat federasi Indonesian Ampute Football (INAF), para penyandang amputasi yang memiliki minat di sepak bola sedang dirangkul semua.

INAF sendiri sudah terdaftar sebagai anggota dari federasi internasional World Ampute Football Federation. Namun INAF belum mendapatkan label legal secara hukum oleh pemerintah Indonesia.

"Kita lagi urus akta notaris legalisasi hukum, belum keluar dari Kemenkumham. Kita harus berbadan hukum sebagai syarat dari Kemenpora agar ke depannya bisa ada audiensi anggaran pemerintah kepada kita," ujar Ketua INAF, Yudi.

INAF lantas berencana untuk membuat liga profesional ke depannya. Apalagi, tim-tim sepak bola Inggris, seperti Manchester City dan Liverpool, kini sudah membentuk skuat untuk cabang olahraga ampute football dan dikelola secara profesional.

Jika impian INAF itu terwujud, mungkin nasib Adit serta pemain ampute football lainnya di Indonesia lebih terjamin dengan mendapatkan gaji. Adanya bursa transfer pada ampute football, juga membuka peluang Adit dan kawan-kawan untuk bergabung dengan tim elite Eropa.

Begitulah kisah dan pengalaman Adit, seorang eks pemain muda Persib yang gagal jadi atlet sepak bola profesional, akibat diamputasi kakinya. Adit lewat segala ketegarannya, berhasil bangkit hingga membuka peluang baru di ranah ampute football.

1