In-depth

Anti Cash Back Poin, Maurizio Sarri di Balik Bangkitnya Fino Alla Fine Juventus

Kamis, 7 November 2019 16:50 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Filippo Alfero - Juventus FC/Juventus FC via Getty Images
Sosok pelatih Maurizio Sarri berada di balik bangkitnya Fino Alla Fine klub Serie A Italia, Juventus, pada musim 2019-2020. Copyright: © Filippo Alfero - Juventus FC/Juventus FC via Getty Images
Sosok pelatih Maurizio Sarri berada di balik bangkitnya Fino Alla Fine klub Serie A Italia, Juventus, pada musim 2019-2020.

INDOSPORT.COM - Sosok pelatih Maurizio Sarri berada di balik bangkitnya Fino Alla Fine klub Serie A Italia, Juventus, pada musim 2019-2020.

Fino Alla Fine bukan merek es cup rasa anggur yang ada gambar pinguinnya. Itu merupakan slogan jadul nan magis Juventus. Artinya, perjuangan belum berakhir sampai peluit panjang wasit berbunyi.

Semangat tersebut sempat hilang di bawah kepelatihan Massimillano Allegri, terutama di musim terakhir pada 2018/19. Namun, Sarri mencoba untuk membangkitkan lagi Fino Alla Fine dalam diri Si Nyonya Tua.

Dalam bentuk apa? Dengan percaya kalau usaha keras itu tak akan mengkhianati hasil, mirip-mirip potongan lirik lagu idol group JKT48.

Sarri menunjukkan kengototannya untuk meraih kemenangan di setiap laga-laga Juventus, menolak pasrah kalau cuma seri. Mosok, penginnya tiga poin malah dapat cash back.

Kesungguhan Sarri terhadap slogan Fino Alla Fine terlihat dari catatan gol Juventus di masa injury time. Jumlahnya meningkat dari tahun lalu loh fyi (for your information) saja nih.

Sudah tiga kali Juventus menciptakan gol di waktu tambahan waktu yang kemudian berbuah kemenangan. Berarti, berkat gol dramatis di menit-menit akhir itu, Juventus jadi menang, tidak jadi imbang, tidak jadi kena cash back poin.

Momen itu terjadi di semua kompetisi, baik Serie A Italia dan Liga Champions. Yang paling dramatis memang saat melawan Napoli di giornata ke-2 pada tanggal 1 September 2019.

Juventus sempat unggul, jauh bahkan, 3-0! Tetapi, ujug-ujug, Napoli menyamakan kedudukan menjadi 3-3. Sarri tak panik. Upaya terus menekan lawan berbuah hasil lewat gol bunuh diri menyakitkan Kalidou Koulibaly yang membuat skor berubah 4-3.

Kemudian, berlanjut di laga melawan Genoa pada giornata ke-10. Nyaris imbang 1-1 di kandang melawan Genoa, Sarri berani melakukan pergantian dengan mamasukkan pemain-pemain bertipikal menyerang.

Alhasil, gol penalti Cristiano Ronaldo pada menit ke-90+6 mengantarkan Juventus meraih tiga poin. Semangat Fino Alla Fine ala Sarri kemudian berlanjut saat menang 2-1 melawan Lokomotiv Moskow di Liga Champions.

Sarri tidak ragu membeberkan dapur Juventus saat tampil buruk melawan Lokomotiv Moskow. Tapi, ia setidaknya memuji ambisi anak asuhnya untuk meraih kemenangan.

"Setidaknya pada laga ini saya melihat karakter yang bagus dari tiap pemain yang berambisi untuk menang dan pada akhirnya kami bisa mendapatkannya dengan sentuhan sihir Douglas Costa dengan bantuan Gonzalo Higuain," ujar Sarri.

Walaupun terlihat selengekan, Sarri itu ternyata tidak santai-santai amat orangnya. Tidak seperti kebiasaannya yang gemar menghisap rokok, menyesap kopi, dan menikmati senja pakai lagu-lagu indie ....

Ya dia tetap mengusahakan kemenangan. Setidaknya lebih baik lah dari Allegri yang cuma bisa memaksakan dua gol di injury time selama semusim, itu pun hanya satu yang menentukan kemenangan.

Tapi, gol injury time yang menentukan kemenangan sejatinya juga menunjukkan ketidakmampuan unggul cepat dan mempertahankan possession sepanjang pertandingan.

Kalau bisa tidak bikin gol dadakan plus drama-drama ya kenapa tidak. Ya memang cetak gol SKS (Sistem Kebut Semalam alias dadakan) ada geregetnya dan bikin kita ujung-ujungnya dibuat deg-degan terus jadi tambah sayang. Uuuh! So sweet.

Maurizio Sarri, Juventus, dan Fino Alla Fine-nya kini berada di jalur yang positif. Juara Serie A Italia lagi bisa lah ya, kalau bisa Liga Champions. Nggak capek menunggu kelamaan?