In-depth

Memahami Cara Kerja dan Sistematika Pembayaran Wasit di Liga Indonesia

Senin, 18 November 2019 17:09 WIB
Penulis: Rafif Rahedian | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Grafis: Indosport.com
Sistematika kerja wasit di Liga Indonesia dan pembayarannya. Foto: Ilustrasi Copyright: © Grafis: Indosport.com
Sistematika kerja wasit di Liga Indonesia dan pembayarannya. Foto: Ilustrasi

INDOSPORT.COM – Para pecinta sepak bola Indonesia tak banyak yang tahu mengenai sistematika kerja wasit dan gaji. Karena yang diketahui suporter adalah menghina wasit ketika sang pengadil lapangan dianggap salah dalam memberi keputusan.

Bahkan hampir tidak ada pujian yang terlempar dari publik, meski sang wasit memimpin salah satu pertandingan di Liga Indonesia dengan baik. Hal itu terbilang sangat wajar, karena sebagian besar suporter kemungkinan besar tidak memperhatikan pergerakan wasit secara detail.

Maka tak heran jika sebagian besar penikmat sepak bola tidak mengetahui secara jelas bagaimana sistematika kerja wasit lokal di persepakbolaan Indonesia. Padahal sebagai pecinta sepak bola nasional, setidaknya mereka harus tahu bagaimana PSSI memilih wasit di pertandingan Liga 1.

Direktur Wasit PSSI, Efraim Ferdinand memberikan penjelasan bagaimana cara kerja wasit di persepakbolaan Indonesia. Dirinya menyebutkan bahwa sebelum kompetisi dimulai, PSSI telah menyusun dan memilih wasit mana saja yang akan bertugas.

Dalam penyusunan atau penjadwalan wasit di kompetisi Liga 1 pun nyatanya tidak sembarangan. PSSI harus mengetahui apakah wasit tersebut tidak berasal dari kota yang sama dengan klub yang akan bermain.

“Wasit tidak boleh dari berasal dari kota atau kepulauan yang sama dengan tim yang akan bermain. Nanti dilihat juga ranking wasit apakah ia layak memimpin pertandingan yang memiliki tensi tinggi,” ujarnya Efran kepada redaksi INDOSPORT.

Komite Wasit PSSI sendiri nyatanya memiliki kalkulasi rating yang dimiliki oleh seluruh wasit di Liga 1. Pria yang akrab disapa Efran tersebut menjelaskan jika wasit bagus biasanya memiliki rating, paling tidak 8,5.

Rating itu didapatkan melalui beberapa evaluasi yang dilakukan PSSI terhadap penampilan sang pengadil lapangan tersebut. Apabila tidak memuaskan, maka komite wasit PSSI tak segan-segan melakukan degradasi terhadap sang wasit.

Efran mengakui bahwa ada kurang lebih 12 wasit Liga 1 yang diturunkan ke kasta kedua sepak bola Indonesia. Akan tetapi Komite Wasit PSSI tak bisa sembarangan melakukan promosi terhadap wasit Liga 2. Karena kualitas mereka diakui masih belum memadai standar Liga 1.

Wasit berlisensi FIFA asal Indonesia, Dwi Purba Adi Wicaksana juga menceritakan pengalamannya saat ditugaskan PSSI untuk memimpin pertandingan di Liga 1. Cara kerjanya pun sesuai dengan porsinya, di mana hakim garis tidak boleh menjadi wasit utama.

“Kalau sistem kerjanya, sesuai dengan porsinya masing-masing. Untuk datang ke tempat pertandingan itu, H-2. Selambat-lambatnya kalau ada agenda lain, mungkin H-1,” ucap Dwi Purba saat dihubungi oleh redaksi INDOSPORT.

Sistematika kerja wasit di Liga 3 nyatanya tak berbeda jauh dengan apa yang dilewati Dwi Purba. Hal itu diungkapkan langsung oleh salah satu pengadil lapangan termuda yang ada di Liga 3 2019, yakni Naufal Adya Fauriski.

Wasit yang masih berusia 20 tahun tersebut menjelaskan bahwa Asosiasi Provinsi (Asprov) berperan penting dalam penunjukkan pengadil lapangan. Setelah ditunjuk, wasit-wasit tersebut harus melakukan tes nasional.

“Sebelum kompetisi dimulai, itu ada namanya penyegaran, di mana wasit-wasit yang sudah direkomendasikan oleh Asprov, dipanggil namanya ke nasional, kemudian di tes nasional,” ujar Naufal kepada INDOSPORT.

“Tesnya itu ada kebugaran dan tes integritas. Jika lulus, minimal H-3 dipanggil untuk ditugaskan oleh komite wasit PSSI,” lanjut wasit yang berambisi memimpin pertandingan Piala Dunia tersebut.

Sementara itu, setiap wasit yang sudah selesai bertugas akan mendapatkan bayaran di akhir bulan. Nantinya PT Liga akan mengkalkulasikan berapa kali wasit tersebut bertugas di kompetisi Liga 1 selama satu bulan.

Dwi Purba menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan dalam pembayaran antara wasit satu dengan yang lain. Bahkan lisensi FIFA yang dimiliki Dwi Purba tidak membuatnya mendapatkan bayaran lebih tinggi ketimbang wasit lain.

“Kalau untuk pembayaran dari PT Liga. Nanti si wasit tugasnya untuk satu bulan ini berapa kali. Lalu tinggal diakumulasikan di setiap akhir bulan. Untuk pembayarannya sama semua untuk di Liga 1. Tidak ada perbedaan lisensi nasional atau FIFA,” ungkapnya.

Akan tetapi, sistem pembayaran yang didapatkan wasit Liga 3 agak sedikit berbeda dengan kasta kedua dan tertinggi sepak bola Indonesia. Itu dibenarkan langsung oleh Naufal, yang merasakan sendiri cara transaksi gaji di Liga 3.

“Nominal pembayaran berbeda (di setiap kasta). Kalau sistematika pembayaran Liga 1 dan Liga 2 itu sama. Kalau Liga 3, kemungkinan satu minggu kemudian bisa cair,” ungkap wasit terbaik di Liga Santri Nusantara 2019 tersebut.

Secara keseluruhan, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam cara kerja wasit di berbagai kasta sepak bola Indonesia. Menurut Efran, perbedaan yang terjadi itu adalah kualitas yang dimiliki wasit-wasit di berbagai kasta.

1