In-depth

Wasit Asing di Indonesia, Untung atau Justru Merugikan?

Senin, 18 November 2019 17:19 WIB
Penulis: Rafif Rahedian | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Moises Castillo/AP Photo
Hampir seluruh kontestan Liga 1 2019 mengungkapkan ketidakpuasan terhadap kinerja wasit lokal. Apakah wasit asing adalah solusinya? Copyright: © Moises Castillo/AP Photo
Hampir seluruh kontestan Liga 1 2019 mengungkapkan ketidakpuasan terhadap kinerja wasit lokal. Apakah wasit asing adalah solusinya?

INDOSPORT.COM – Hampir seluruh kontestan Liga 1 2019 mengungkapkan ketidakpuasan terhadap kinerja wasit lokal. Itu tidak terlepas dari keputusan kontroversial, sehingga menganggap pengadil lapangan Indonesia tak memiliki kompeten.

Keluhan itu bahkan sudah muncul ketika Liga 1 2019 baru menjalani kompetisi selama tiga pekan. Saat itu Manajer PSIS Semarang, Setyo Agung Nugroho, menyebut bahwa kinerja wasit sangat buruk saat timnya menghadapi Persebaya Surabaya (30 Mei 2019).

Masalah tersebut seakan tidak habis, hingga terakhir memuncul kasus pelemparan botol Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran. Dirinya saat itu menganggap bahwa wasit yang memimpin laga antara Kalteng Putra vs Persib Bandung tidak profesional.

Tak perlu fokus pada sikap Sugianto yang terbilang sembrono tersebut. Karena aksi pelemparan itu tentunya bisa saja terhentikan jika wasit mampu memimpin pertandingan dengan baik tanpa merugikan salah satu pihak.

Direktur Wasit PSSI, Efraim Ferdinand pun menganggap bahwa pengadil lapangan yang bertugas di laga Kalteng Putra vs Persib tersebut sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Dirinya sama sekali tidak melihat adanya kecurangan di pertandingan tersebut.

“Saat Gubernur Kalteng melempar botol. Banyak yang bilang wasit saya ga bekerja dengan baik, orang benar kok apa yang dilakukan wasit. Dikasih kartu merah benar,” ujar pria yang akrab disapa Efran tersebut kepada INDOSPORT.

Banyaknya masalah ini membuat membuat salah satu pemain dan pelatih di Liga 1 2019 menginginkan adanya perubahan dalam sistem perwasitan di Indonesia. Bahkan mereka menyarankan agar PSSI kembali mempekerjakan wasit asing di Liga 1.

Salah satu pemain yang ingin adanya wasit asing di sepak bola Indonesia adalah bintang Tira Persikabo, Abduh Lestaluhu. Dirinya menganggap bahwa adanya sosok wasit asing cukup penting demi memperbaiki sepak bola tanah air.

“Keputusan wasit asing memang tidak perlu diragukan lagi, karena kualitas mereka beda dengan wasit lokal. Saya rasa si penting (adanya wasit asing),” ujarnya kepada INDOSPORT saat ditemui di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor.

Hal senada juga diutarakan oleh sang pelatih Rahmad Darmawan. Mantan juru taktik Timnas Indonesia U-23 tersebut juga menyarankan agar wasit asing kembali dipekerjakan di Liga 1, namun tetap dalam batasan.

“Mungkin perlu (wasit asing), untuk menjadi pemacu saja. Tapi jangan banyak-banyak. Mungkin empat atau lima, yang setiap tugasnya diundi,” ujar pelatih yang saat ini usianya menyentuh 52 tahun kepada redaksi INDOSPORT.

Sesungguhnya, kasta tertinggi sepak bola Indonesia sudah menggunakan wasit asing pada musim 2017 lalu. Akan tetapi sejak kompetisi Liga 1 2018 lalu, PSSI telah memutuskan kerja samanya dengan wasit asing.

Peningkatan kualitas memang didapatkan, namun semuanya seakan sirna setelah insiden yang melibatkan wasit Australia, Shaun Evans, di laga krusial Persija vs Persib. Kala itu Evans menganulir gol Ezechiel N’Douassel dan menghentikan laga selama 10 menit.

Kesalahan itupun yang akhirnya dimanfaatkan dengan baik oleh PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk mengusir wasit asing dari kompetisi Liga 1 pada musim 2018. Hingga akhirnya otoritas tertinggi sepak bola Indonesia tak lagi menggunakan jasa wasit asing dalam dua tahun terakhir.

Keuntungan dan Kerugian Wasit Asing di Liga 1

Bicara soal keuntungan, wasit asing tentunya memberikan sedikit perubahan yang lebih untuk persepakbolaan Indonesia. Karena sejak kehadiran wasit asing, pemain atau ofisial tak ada yang berani melakukan protes brutal dalam bentuk kekerasan fisik.

Sebut saja kasus Shaun Evans di laga penting antara Persija vs Persib. Jika wasit yang memimpin pertandingan itu dari lokal, maka tidak ada yang tahu bagaimana nasibnya. Tensi tinggi di laga itu mungkin saja membuat sang wasit tidak akan mendapat ketenangan.

Hal ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan Efran. “Wasit Australia pernah buat kesalahan di laga Persija, tapi karena wasit asing ia tak dibully oleh netizen Indonesia. Coba kalau wasit lokal, pasti dikejar-kejar tuh,” imbuhnya.

Secara tidak sadar, tradisi sepak bola bar-bar seakan menghilang karena adanya sosok wasit asing. Tentunya ini merupakan sebuah keuntungan bagi persepakbolaan Indonesia.

Akan tetapi, dari sudut padang pihak wasit, mereka menganggap bahwa kualitas pengadil lapangan lokal tidak kalah jauh dengan asing. Bahkan wasit Indonesia berlisensi FIFA Dwi Purba Adi Wicaksana mengganggap bahwa pengadil lapangan lokal justru lebih baik.

“Saya kira SDM kita tidak kalah jauh dengan wasit FIFA. Tidak jauh berbeda. Malah (wasit lokal) bagusnya di mental. Di sisi lain, mental kita kan teruji karena tekanan suporter dan ofisial. Saya kira kita lebih bagus di situ. Kalau fisik itu individu dari masing-masing,” ujarnya kepada INDOSPORT.

Efran juga dengan lantang mengatakan bahwa sepak bola Indonesia tidak membutuhkan wasit asing. Terlepas dari kesalahan yang juga dibuat oleh wasit asing, Efran menganggap bahwa kualitas pengadil lapangan lokal punya kualitas.

“Tidak butuh (wasit asing). Yang pertama, ketika wasit asing berperan di sepak bola Indonesia. Mereka buat kesalahan. Saya percaya wasit kita punya kualitas. Thoriq dan Yudi, wasit kita yang di AFC elite itu punya kualitas bagus,” tegasnya.

Mantan Direktur Teknik Federasi Futsal Indonesia itu bahkan tanpa ragu mengungkapkan jika wasit tanah air paling bagus di Asia Tenggara. Itu tidak terlepas dari atmosfer yang diberikan oleh para suporter di kompetisi Liga 1.

Wasit kita (yang sudah disaring PSSI) itu lebih bagus dari Malaysia, Thailand. Di Asia Tenggara wasit kita jauh lebih bagus. Suwer deh,” ucap Efran.

“Pengambilan keputusan, mental, dan fisik. Ini akan terus kami coba tingkatkan untuk wasit-wasit yang lain. Apalagi atmosfer Liga kita terbaik, dan itu melatih mental para wasit,” tutupnya.

Sementara itu, wasit asing juga bisa membawa kerugian. Menurut Dwi Purba, dampak kehadiran pengadil lapangan asing ini bisa membuat wasit lokal bakal sulit mencari pekerjaan di Liga 1.

“Dampaknya wasit asing, mungkin yang pekerjaan wasit lokal jadi berkurang di Liga 1. Tapi kalau SDM kita tidak jauh berbeda,” kata Dwi Purba.

Selain itu, PSSI juga tidak bisa memberikan jam terbang lebih kepada wasit-wasit yang baru muncul, jika mereka kembali mempekerjakan pengadil lapangan asing. Karena tidak hanya pemain, wasit pun membutuhkan jam terbang agar bisa mengetahui posisi tempat ia berdiri dan hal lainnya.