Liga Indonesia

Metode 'Kasar' Pelatih Rusia yang Bisa Ditiru Shin Tae-yong Untuk Tutupi Kelemahan Timnas

Minggu, 29 Desember 2019 21:14 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Roihan Susilo Utomo/INDOSPORT
Berikut metode 'kasar' yang pernah dijalankan pelatih Rusia, dan bisa ditiru Shin Tae-yong untuk tutupi kelemahan Timnas Indonesia. Copyright: © Roihan Susilo Utomo/INDOSPORT
Berikut metode 'kasar' yang pernah dijalankan pelatih Rusia, dan bisa ditiru Shin Tae-yong untuk tutupi kelemahan Timnas Indonesia.

INDOSPORT.COM - Berikut metode 'kasar' yang pernah dijalankan pelatih Rusia, dan mungkin bisa ditiru Shin Tae-yong untuk tutupi kelemahan Timnas Indonesia.

Pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong resmi menjabat sebagai pelatih baru Timnas Indonesia menggantikan Simon McMenemy yang dipecat pasca gagal memberikan poin untuk skuat Garuda di babak kualifikasi Piala Dunia 2022.

Shin Tae-yong mendapat kontrak dari PSSI untuk menukangi timnas Indonesia selama empat tahun. Penandatanganan kontrak sendiri telah dilakukan di Stadion Pakansari, Kab. Bogor, pada Sabtu (28/12/19) lalu.

Menerima tawaran menjadi pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong dihadapkan dengan pekerjaan berat. Sebab, dia diminta untuk memberikan perubahan terhadap skuat Merah-Putih.

Belum mulai masa jabatannya, Shin Tae-yong mengaku sudah menganalisa bahkan mengetahui kelemahan Timnas Indonesia. Baginya kelemahan terbesar Indonesia adalah kemampuan fisik. 

"Kemampuan individu pemain Indonesia bagus. Tapi masalahnya pemain Indonesia pada babak kedua menit 20 biasanya bermasalah dengan fisik," ucap Shin Tae-yong. 

Shin Tae-yong menegaskan bahwa permasalahan fisik sangatlah penting. Baginya, pemain dengan fisik prima dapat membangun kekuatan tim yang kuat.

"Fisik yang kuat akan lebih membuat pemain fokus. Selain itu dengan fisik yang kuat juga bisa membuat semangat kita untuk meraih kemenangan," tambahnya.

Timnas Indonesia sendiri memang cukup keteteran di dua puluh menit terakhir saat bertanding, tidak heran jika mereka sering kebobolan jelang masa injury time.

Mengantisipasi dan memperbaiki buruknya kondisi fisik Timnas Indonesia, Shin Tae-yong bisa coba mencontoh metode kepelatihan salah satu mantan jurulatih skuat Garuda asal Rusia, Anatoli Polosin.

Juru latih kelahiran Moscow tersebut pernah menukangi Timnas Indonesia pada periode 1989 hingga 1991, meski singkat namun banyak kesan yang ditinggalkan Anatoli Polosin ketika di Tanah Air.

Salah satunya gaya kepelatihan yang berat bahkan cenderung 'mematikan' buat pemain Timnas. Anatoli Polosin selalu mengedepankan kerja keras dan disiplin pemain sebagai kunci utama. 

Saat menukangi timnas Indonesia, ia langsung memperkenalkan program untuk menggembleng fisik pemain. Ketika itu, Polosin menilai jika punggawa tim Garuda memiliki kondisi fisik yang buruk.

© bolaskor.com
Anatoli Polosin menjadi pelatih terukses Indonesia. Copyright: bolaskor.comAnatoli Polosin menjadi pelatih terukses Indonesia.

Program Shadow Football sebagai metode penggemblengan fisik Timnas pun dilakukan. Selama 3 bulan para pemain ditempa fisik, stamina dan instingnya. Caranya dengan bermain tanpa bola dan melakukan ball touch sebanyak 150 kali.

Untuk meningkatkan fisik, para skuat Garuda melakukan latihan cukup keras yakni diwajibkan berlari naik-turun gunung, di pantai, dan aktivitas lain-lain yang sangat menguras tenaga. 

Salah satu mantan pemain yang pernah merasakan kerasnya 'siksaan' Shadow Football ala Polosin adalah Erick Ibrahim. Erick merupakan kiper kedua Timnas Indonesia setelah Eddy Harto. 

Erick menuturkan, jika para pemain Timnas Indonesia ditempa latihan fisik maha berat oleh pelatih Anatoli Polosin. 

“Persiapan SEA Games waktu itu tidak sebentar. Kami harus berlatih keras di bawah asuhan Anatoli Polosin, Vladimir Urin, dan Danurwindo,"

“Latihan waktu itu gila-gilaan. Latihan kami waktu itu bukan strategi. Yang ditempa adalah fisik dan kekuatan. Satu bulan sebelum berangkat ke Filipina, kami latihan di Bandung. Pagi latihan di lapangan, siang di GOR, sorenya kami naik gunung. Itu gunung yang di Cimahi kami naiki,” cerita Erick Ibrahim kepada redaksi media olahraga INDOSPORT.

Meski kasar, namun metode yang diperankan Antoni Polosin ini benar-benar manjur. Terbukti Timnas Indonesia di bawah arahannya berhasil meraih medali emas SEA Games Manila 1991, dan menjadi gelar tertinggi terakhir yang bisa didapatkan Timnas hingga saat ini.

Bahkan, latihan fisik ekstrem yang dijalani para pemain timnas Indonesia membuat para pemain mampu berlari sejauh 4 kilometer dalam waktu 15 menit, sebuah catatan yang mungkin bisa disamakan dengan para pemain Eropa.

Berbekal metode kepelatihan keras ala Polosin yang sejatinya telah teruji tersebut, menarik dinanti langkah Shin Tae-yong dalam memperbaiki kelemahan Timnas jelang babak kualifikasi Piala Dunia 2022 mendatang.

Apakah mantan pelatih Timnas Korea Selatan tersebut juga bakal menerapkan Shadow Football ala Polosin, atau malah punya cara lain yang lebih efektif dan bisa memberikan dampak lebih maksimal untuk Timnas Indonesia.