In-depth

De Ligt Makin Tersingkir di Juventus, Pembelian Gagal?

Selasa, 7 Januari 2020 13:41 WIB
Editor: Matheus Elmerio Giovanni
© Pakawich Damrongkiattisak/Getty Images
Bek anyar klub Serie A Italia Juventus, Matthijs de Ligt makin tersingkir dari skuat asuhan Maurizio Sarri, apakah ini pembelian gagal? Berikut ulasannya dari INDOSPORT. Copyright: © Pakawich Damrongkiattisak/Getty Images
Bek anyar klub Serie A Italia Juventus, Matthijs de Ligt makin tersingkir dari skuat asuhan Maurizio Sarri, apakah ini pembelian gagal? Berikut ulasannya dari INDOSPORT.

INDOSPORT.COM - Bek anyar klub Serie A Italia Juventus, Matthijs de Ligt makin tersingkir dari skuat asuhan Maurizio Sarri, apakah ini pembelian gagal? Berikut ulasannya dari INDOSPORT.

Juventus memang kembali menang dengan skor telak 4-0 atas Cagliari di pertandingan Serie A Italia 2019/2020 giornata ke-18 di Stadion Allianz Arena, Senin (06/01/20) kemarin malam.

Menang telak tentu hasil yang bagus, tapi lagi-lagi bisa kita lihat bahwa Matthijs De Ligt tak dimainkan oleh Maurizio Sarri dan hanya duduk di bangku cadangan saat Juventus vs Cagliari.

Matthijs de Ligt memang belum bisa menunjukkan penampilan terbaiknya di Juventus seperti saat dia masih membela Ajax Amsterdam di musim 2018/2019 lalu.

Bahkan karena sederet kesalahan setiap kali dimainkan, kini Maurizio Sarri lebih memilih Merih Demiral untuk menemani Leonardo Bonucci di jantung pertahanan Juventus.

Kepindahan De Ligt ke Juventus di bursa transfer musim panas 2019 lalu sempat menyita perhatian. Bagaimana tidak, dengan transfer tersebut De Ligt menjadi bek termahal di dunia saat ini.

Juventus menebus De Ligt dari Ajax Amsterdam dengan harga sebesar 85 juta euro atau setara dengan sekitar Rp1,2 Triliun. Bek berusia 20 tahun ini melewati harga bek Liverpool, Virgil van Dijk yang miliki harga 84 juta euro saat pindah dari Southampton.

Untuk seorang bek yang dibeli seharga triliunan Rupiah, memang kurang cocok rasanya jika melihat De Ligt tak tampil secara reguler di Juventus. Bahkan jika melihatnya di bangku cadangan, sangatlah miris.

De Ligt Tersingkir Karena Penampilan Naik-turun

© Nicolò Campo/LightRocket via Getty Images
Lautaro Martinez berusaha menggagalkan aksi Matthijs de Ligt Copyright: Nicolò Campo/LightRocket via Getty ImagesLautaro Martinez berusaha menggagalkan aksi Matthijs de Ligt

Sejak didatangkan pada bursa transfer musim panas 2019 lalu, De Ligt memang kesulitan untuk menyesuaikan dengan gaya bermain Juventus. Bahkan dirinya terus meminta para fans bersabar karena masih menjalani proses adaptasi.

Karena De Ligt bek tengah, tentu saja Juventus memainkannya juga di posisi yang sama. Tapi rekan duetnya sejak awal datang ke Juventus adalah Leonardo Bonucci, yang memang kerap salah dalam penempatan posisi.

De Ligt pun berusaha untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan penempatan posisi Bonucci yang akhirnya berbuntut pada sejumlah kesalahan atas namanya sendiri.

Kita bisa lihat saat De Ligt tampil starter di laga Inter Milan vs Juventus pada tanggal 06 Oktober 2019 lalu. Dia melakukan blunder handball di kotak penalti dan berujung gol untuk Inter lewat titik putih kotak penalti.

Dia juga sangat jelas kehilangan konsentrasi saat Atletico Madrid vs Juventus di laga perdana Liga Champions. Juventus yang unggul 2 gol lebih dulu, harus kebobolan 2 gol di babak kedua.

Karena penampilan yang naik turun tersebut, De Ligt pun hanya bermain total 17 kali di Serie A dan Liga Champions untuk Juventus. Bahkan yang lebih parah lagi catatan fouls menurut whoscored.

Dari 13 penampilannya di Serie A Italia, De Ligt melakukan sebanyak 15 kali fouls. Yang artinya 1-2 kali di setiap kali dimainkan oleh Maurizio Sarri.

Nasib De Ligt di Juventus pun diperburuk oleh cedera bahu yang dialaminya pada awal Desember 2019 lalu. Meski hanya mangkir 5 hari, cedera tersebut membuat bek Timnas Belanda itu kini kehilangan tempatnya di jantung pertahanan Juventus.

Dalam 3 giornata terakhir Serie A Italia, De Ligt belum lagi memainkan pertandingan sebagai starter. Kini Maurizio Sarri tengah kepincut dengan penampilan apik bek tengah anyar mereka lainnya, yakni Merih Demiral.

Merih Demiral Jadi Andalan, De Ligt Pembelian Gagal?

© tgrthaber.com.tr
Matthijs de Ligt dan Merih Demiral saat bermain untuk Juventus di pra musim jelang musim 2019/20 Copyright: tgrthaber.com.trMatthijs de Ligt dan Merih Demiral saat bermain untuk Juventus di pra musim jelang musim 2019/20

Merih Demiral merupakan bek yang terbilang baru untuk Juventus, dia didatangkan hampir bersamaan dengan De Ligt yaitu pada bursa transfer musim panas 2019 lalu.

Demiral gabung Juventus dari Sassuolo dengan nilai transfer yang sangat jauh dari harga De Ligt. Yakni dengan harga sekitar 18 juta euro atau sekitar Rp276,2 Miliar.

Diperkirakan bakal menjadi pelapis De Ligt dan Bonucci, Demiral kini malah tampil sebagai starter dalam 3 pertandingan terakhir Juventus di Serie A Italia. Tentu, semua ini karena cedera yang dialami oleh De Ligt.

Bek berusia 21 tahun itu mampu tampil bersinar dalam 3 giornata terakhir. Dia bahkan memiliki rataan rating sebesar 7,17 dari total 4 penampilannya bersama Bianconeri di Serie A musim ini.

Bahkan Whoscored juga mencatat bahwa Demiral memiliki tekel sukses sebanyak 6 kali dan hanya 2 kali dilewati lawan. Tiga kali memblok shot yang mengarah ke gawang Juventus, 4 kali interception dan 14 kali clearances setiap kali dimainkan.

"Merih Demiral dalam kondisi sangat baik saat ini, dan saya merupakan pelatih yang senang mengeksploitasi para pemain ketika sedang dalam penampilan terbaiknya," ucap Sarri ketika ditanyai kenapa memainkan Demiral ketimbang De Ligt.

Meski Sarri mengakui Demiral memang sedang dalam penampilan terbaiknya, dia tetap mengakui bahwa De Ligt punya potensi besar menjadi salah satu bek terbaik di dunia.

"Saya adalah orang pertama yang sangat yakin bahwa Matthijs de Ligt bakal jadi bek terbaik di dunia. Tapi dia harus belajar bagaimana bisa bermain dalam tempo 3 hari sekali. Dia masih adaptasi," ucap Sarri dilansir dari Football Italia.

Masih terus adaptasi nampaknya memang satu-satunya alasan kenapa De Ligt belum bisa menunjukkan penampilan terbaiknya bersama Juventus. Tapi dengan label harga triliunan, sangat miris jika De Ligt butuh waktu lama untuk menyatu dengan gaya bermain Juventus.

Apalagi jika dibandingkan dengan penampilan apik Demiral, De Ligt benar-benar seperti pembelian gagal yang dilakukan Juventus di bursa transfer musim panas 2019 lalu. Tapi ini baru pertengahan musim Serie A Italia, kita lihat saja akhirnya bagaimana.