In-depth

Corona dan Sindrom Scudetto 1915, Ketika Mahkota Juara Lazio Harus Terenggut

Sabtu, 14 Maret 2020 16:06 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Lazio terancam bakal mengurangi memori kelam perebutan Scudetto musim 1914-1915 ketika mahkota juara mereka harus terenggut karena dihentikannya kompetisi. Copyright: © Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Lazio terancam bakal mengurangi memori kelam perebutan Scudetto musim 1914-1915 ketika mahkota juara mereka harus terenggut karena dihentikannya kompetisi.

INDOSPORT.COM - Klub Serie A, Lazio, terancam bakal mengurangi memori kelam perebutan gelar Scudetto di musim 1914-1915 ketika mahkota juara mereka harus terenggut karena dihentikannya kompetisi.  

Kabar kurang mengenakan datang dari Italia. Komite Olahraga Italia (CONI) telah resmi menunda semua kegiatan olahraga hingga tanggal 3 April, termasuk kompetisi Serie A Italia.

Penundaan ini dilakukan tak lepas dari upaya untuk meminimalisir tersebarnya virus Corona. Dilansir dari Independent dan BBC, CONI mengambil langkah tegas tersebut karena Italia telah terlampau parah terkena wabah virus corona. 

Sekadar informasi, Italia menjadi negara Eropa yang memiliki dampak terparah dalam virus corona. Hingga hari ini, lebih dari 10 ribu orang dinyatakan positif terjangkit virus Corona di mana sekitar 1000 di antaranya meninggal dunia.

Kondisi ini jelas sangat merugikan, terutama bagi tim-tim yang tengah berpeluang besar merengkuh juara. Salah satu yang was-was adalah Lazio.

Lazio menjalani musim ini dengan luar biasa. Sama sekali tak diunggulkan meraih scudetto, Biancocelesti ternyata sanggup tampil konsisten menyaingi klub favorit juara, Juventus.  

Sampai pekan ke-26, Lazio bertengger di peringkat kedua dengan 62 poin hasil 19 kali menang, 5 imbang, dan 2 kalah. Lazio cuma berjarak satu poin dari Juventus di puncak yang mengumpulkan 63 angka. 

Sementara itu, pesaing terdekat Lazio, yakni Inter Milan, meraih hasil kurang maksimal dan tercecer di urutan ketiga dengan 54 poin. Oleh karena itu, Lazio dan Juventus pun jadi dua tim teratas untuk memperebutkan scudetto. 

Sayang, di tengah keseruan ini, Liga Italia harus terhenti karena pandemi virus Corona yang makin mengkhawatirkan di Italia dan dunia. 

© Giuseppe Fama/Pacific Press/LightRocket via Getty Images
Luis Alberto merayakan golnya dalam laga Lazio vs Bologna Copyright: Giuseppe Fama/Pacific Press/LightRocket via Getty ImagesLuis Alberto merayakan golnya dalam laga Lazio vs Bologna

Hal ini secara jelas dikhawatirkan oleh presiden Lazio, Claudio Lotito. Lotito yang meminta fans Lazio bersatu mendukung timnya merengkuh scudetto, merasa khawatir virus corona bakal mengubur mimpi timnya meraih juara. 

Pasalnya, ada opsi bahwa Liga Italia akan dihentikan tanpa pemenang atau pun menggunakan pekan ke-26 sebagai klasemen akhir. Selain itu, muncul pula opsi untuk menggelar play-off 4 tim teratas yang tentunya merugikan Juventus dan Lazio yang tampil konsisten

Sindrom Scudetto 1915, Sebuah Memori Pahit Lazio

Apa yang dialami oleh klub Lazio saat ini ternyata kurang lebih pernah mereka alami 105 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1915. 

Kala itu Lazio harus kehilangan titel juara sebelum melangsungkan kompetisi hingga akhir musim. Liga Italia musim 1914-1915 harus terhenti karena tengah meletusnya Perang Dunia I. 

Kompetisi pada saat itu masih berformat 2 wilayah. Lazio keluar sebagai tim terbaik alias juara regional Italia Tengah dan Selatan mengungguli Pisa, Roman, dan Lucca. 

Sementara grup Regional Italia Utara dipuncaki oleh klub Genoa yang menyisihkan Torino, Internazionale, dan AC Milan. Hanya saja grup utara semestinya masih menyisakan satu pertandingan antara Genoa vs Torino. 

Lazio yang menunggu di partai puncak pun masih menunggu partai antara Genoa vs Torino. Namun, karena meletusnya Perang Dunia I, laga pamungkas regional utara antara Genoa vs Torino urung digelar. Parahnya, pembatalan juga merembet ke partai puncak antara Genoa vs Lazio. 

Namun, alih-alih menghapuskan juara musim tersebut, otoritas sepak bola Italia kala itu mengambil keputusan yang cukup kontroversial. 

Genoa akhirnya diputuskan menjadi juara nasional (scudetto) dengan alasan klub kota pelabuhan itu di atas kertas lebih kuat dari Lazio. Memang, Genoa saat itu tengah di masa keemasan dengan menjadi salah satu tim peraih gelar juara terbanyak di Italia. 

Akhirnya, gelar mahkota juara yang sudah sangat dekat pun harus melayang dari genggaman Lazio. Kondisi tersebut berpeluang kembali terjadi bagi Lazio di musim ini. 

Andai saja klasemen pekan ke-26 dianggap menjadi klasemen akhir, maka Juventus yang satu poin lebih banyak dari Lazio akan menjadi juara. 

Apabila digelar play-off, maka Lazio yang semestinya 'tinggal' bersaing bersama Juventus, harus menyisihkan dua tim lainnya yakni, Inter Milan dan Atalanta, yang sebetulnya memiliki kans juara yang tipis. 

© Valerio Pennicino/Getty Images
Stadion kosong dalam laga Juventus vs Inter Milan Copyright: Valerio Pennicino/Getty ImagesStadion kosong dalam laga Juventus vs Inter Milan

Lazio merupakan salah satu tim kuat dalam sepak bola Italia. Total, klub asal kota Roma ini telah emngoleksi dua gelar scudetto, tahun 1973-74 dan 1999-2000. 

Walau jumlahnya tak banyak, namun mereka mampu cukup konsisten berada di persaingan enam besar Serie A. Selain itu, Lazio juga salah satu raja di Coppa Italia dengan mengoleksi 7 gelar juara.