In-depth

Mengenang Liga Super Indonesia 2008/09, Kompetisi yang Dikuasai Tim-tim Papua

Jumat, 27 Maret 2020 05:28 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
 Copyright:

INDOSPORT. COM - Liga Super Indonesia 2008/09, kisahnya dahulu menjadi kompetisi yang dikuasai oleh tim-tim Papua.

Kala itu, kasta tertinggi sepak bola Indonesia baru kali pertama menggunakan format Liga Super Indonesia. Tim-tim yang berlaga tak lagi dibagi ke dalam dua wilayah, melainkan bertanding secara sistem kompetisi penuh.

Memakai format anyar, Liga Super Indonesia 2008/09 coba meluncurkan kompetisi dengan cara yang berbeda. Tersaji laga All Star antara Super Eleven yang dimotori Ponaryo Astaman vs Fantastic Eleven yang diperkuat Julio Lopez, pada 6 Juli 2008, atau sepekan sebelum laga kick-off Liga Super Indonesia 2008/09.

Laga all star sendiri kemudian dimenangkan pihak Super Eleven dengan skor 3-2. Tiga gol Super Eleven dicetak Rudi Widodo, Budi Sudarsono, dan Ponaryo Astaman, sementara dua gol Fantastic Eleven dibukukan Julio Lopez serta Charis Yulianto.

Tepat 12 Juli 2008, kompetisi Liga Super Indonesia 2008/09, akhirnya memainkan laga pembuka antara dua tim kuat, Sriwijaya FC vs Persipura Jayapura. Laga yang dihelat di markas Sriwijaya FC itu, berakhir imbang 2-2.

Sebuah kejutan terjadi pada 20 Agustus 2008. Persipura Jayapura yang sedang memuncaki klasemen, tiba-tiba ditinggal pelatihnya, Raja Isa.

Persipura Jayapura pun kemudian menunjuk Jacksen F. Tiago untuk menggantikan peran Raja Isa. Jacksen diharapkan bisa menjaga posisi Persipura yang sedang kokoh memuncaki klasemen.

Tangan dingin Jacksen ternyata berbuah manis bagi skuat Mutiara Hitam. Jacksen sukses membawa Persipura keluar sebagai juara, setelah memuncaki klasemen dengan koleksi 80 poin.

Permainan Persipura di bawah asuhan Jacksen begitu tangguh. Sektor lini depan jadi yang tertajam di antara peserta Liga Super Indonesia 2008/09 lainnya, berkat koleksi 81 gol.

Begitu pula dengan lini belakang tim yang tak kalah tangguhnya. Lini belakang Persipura hanya menderita 25 kali kebobolan, atau yang paling sedikit di antara peserta Liga Super Indonesia 2008/09.

Kegemilangan Persipura juga terlihat dalam daftar top skor. Boaz Solossa memuncaki daftar top skor dengan koleksi 28 gol, menyusul Beto Goncalves yang mengumpulkan 22 gol.

Ada pula nama Ernest Jeremiah yang mampu membukukan total 15 gol. Trio lini depan Persipura kala itu benar-benar haus gol.

Menariknya, keberhasilan Persipura berjaya di Liga Super Indonesia 2008/09, bisa diikuti tim Papua lainnya, Persiwa Wamena. Meski gagal juara, Persiwa bisa menempel Persipura dan menduduki peringkat dua klasemen akhir.

Persiwa keluar sebagai runner-up Liga Super Indonesia 2008/09 setelah mengumpulkan 66 poin. Torehan poin mereka sebenarnya sama dengan Persib Bandung di urutan tiga, tapi Persiwa unggul dalam selisih gol.

Persiwa kala itu dibesut mendiang pelatih Suharno. Tangan dingin Suharno berhasil menyulap skuat Persiwa begitu kokoh di lini belakang.

Sepanjang kompetisi, Persiwa cuma kebobolan 32 gol dari 34 laga. Angka itu merupakan terbaik kedua setelah Persipura.

Kunci permainan Persiwa terletak pada ketajaman Edison Pieter Rumaropen. Sosok Pieter kemudian menjadi pemain tertajam Persiwa dengan koleksi delapan gol.

Begitulah kurang lebih kenangan kisah masa lalu Liga Super Indonesia 2008/09, sebuah kompetisi kasta tertinggi sepak bola yang dikuasai tim-tim Papua.