Liga Indonesia

PSPS Pekanbaru 2003, Dream Team Liga Indonesia yang Hancur Karena 1 Pertandingan

Minggu, 29 Maret 2020 14:25 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Indra Citra Sena
© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Logo klub PSPS Pekanbaru. Copyright: © Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Logo klub PSPS Pekanbaru.

INDOSPORT.COM - PSPS Pekanbaru sempat mewarnai Liga Indonesia dengan kisah dream team, yang sayangnya berujung pahit lantaran satu pertandingan edisi 2003.

PSPS Pekanbaru atau yang kini dikenal sebagai PSPS Riau, memang bukanlah klub yang memiliki tradisi besar di sepak bola Liga Indonesia.

Sejak berdiri pada 1 Januari 1955, PSPS bahkan baru bisa menembus kata tertinggi sepak bola Indonesia pada musim 1999/00 atau semusim usai mereka untuk pertama kalinya meraih juara di Divisi I (Liga 2) Liga Indonesia 1999/98.

Selepas keberhasilan masuk ke Divisi Utama (kasta tertinggi Liga Indonesia saat itu) prestasi PSPS juga tak bisa cukup dibanggakan.

Dua tahun awal, mereka hanya nyaris bisa menembus babak delapan besar. Usai hanya menyudahi fase wilayah Liga Indonesia kala itu di peringkat lima musim 1999/00 dan enam musim 2001.

Berada di posisi nyaris dalam dua musim perdanannya di Divisi Utama saat itu, kemudian membuat manajemen PSPS Pekanbaru punya ambisi besar di Liga Indonesia 2020.

Langkah luar biasa dibuat manajemen Askar Betuah dengan mendatangkan pemain-pemain bintang berlabel timnas Indonesia, seraya membentuk sebuah dream team, yang bisa bersaing merebut gelar juara.

Nama-nama langganan timnas Indonesia seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, hingga Kurniawan Dwi Yulianto diboyong. Belum termasuk Saktiawan Sinaga, Ricky Nelson, Eko Purdjianto, hingga Lilik Suheri saat itu.

Namun upaya instan manajemen PSPS Pekanbaru itu rupanya jauh dari harapan. Jangankan gelar juara, lolos ke babak delapan besar saja mereka tak mampu. Lantaran tertahan di peringkat lima Wilayah Barat, kalah satu poin dari Persita Tangerang di atasnya.

Dream Team 2003

Seakan belum putu asa dengan usaha pertamanya membentuk dream team yang menemui kegagalan, manajemen PSPS Pekanbaru semakin menggia di Liga Indonesia 2003.

Nama-nama bintang kembali mereka datangkan ke klub yang juga dijuluki Tapir Sumatera itu. Bejo Sugiantoro, Uston Nawawi, Aples Tecuari, Erol Iba, hingga Carlos de Melo direkrut guna menambah kekuatan yang sudah ada sebelumnya.

Dengan tambahan amunisi tersebut dream team PSPS Riau langsung bisa menunjukan potensinya di awal Liga Indonesia 2003. Dalam lima pekan awal, tak satupun kekalahan bisa menghampiri mereka (dua menang, tiga imbang).

Namun sial, awalan baik itu berujung petaka di pekan ke-6. Saat harus bertandang ke Stadion Manahan Solo, melawan tuan rumah Persijatim Solo FC.

Bukan hanya kekalahan yang akhirnya mereka terima di laga itu dalam skor 0-1, karena gol Eka Ramdani. Laga itu juga seakan mengubah segalanya buat PSPS, di saat tiga bintang mereka Hendro Kartiko, Bejo Sugiantoro, dan Aples Tecuari melakukan perbuatan tidak terpuji kepada wasit.

Ketiganya pun dijatuhi hukuman larangan bertanding selama sembilan bulan, akibat ulahnya di pertandingan tersebut. Sebuah putusan yang secara langsung menggangu kekuatan serta mental pemain PSPS untuk melanjutkan sisa kompetisi Liga Indonesia 2003.

Terbukti, meski masih bisa mendapatkan 12 kemenangan lagi setelah kejadian itu, PSPS tak bisa menghindarkan diri dari kekalahan yang juga berjumlah 12 kali mereka terima.

Dengan jumlah total 55 poin di akhir musim, musnah sudah harapan dream team PSPS Pekanbaru untuk menghadirkan juara. Sebab mereka hanya bisa berada juh di peringkat kesembilan kompetisi Liga Indonesia 2003 yang sudah menggunakan format satu wilayah tersebut.

Setelah kegagalan dream team di Liga Indonesia 2003 itu, berakhir sudah misi PSPS  untuk terus bersaing merebut juara. Musim setelahnya, bintang-bintang mereka satu persatu pergi dan mereka kembali ke titahnya sebagai tim medioker.

1