Liga Indonesia

Persipura, Bodi Mekanik dan Prinsip Hidup ala Legenda HB Samsi

Rabu, 22 April 2020 19:26 WIB
Penulis: Sudjarwo | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Papua Goal
Peletak dasar sepak bola Papua, HB Samsi. Copyright: © Papua Goal
Peletak dasar sepak bola Papua, HB Samsi.

INDOSPORT.COM - Seorang pria jawa dengan gaya khasnya ditemani vespa tua, berprofesi sebagai guru di STM Jayapura pada era 60-an, tak punya latar belakang olahragawan, tapi belakangan diketahui dia sosok yang sangat berjasa bagi persepakbolaan Papua, setidaknya hingga periode emas class of '86 diklat (PPLP) angkatan pertama.

Namanya HB Samsi, pelatih pertama Persipura Jayapura di era 60-an yang juga sukses di periode keduanya saat berhasil membawa Persipura kembali promosi ke divisi utama tahun 1994 pasca terdegradasi di era Perserikatan.

Pada masanya, Samsi ibaratkan pelatih timnas Italia, Vittorio Pozzo yang tersohor berkat kesuksesannya sebagai pelatih yang mempersembahkan dua trofi Piala Dunia untuk Italia.

Namun Samsi bukan pelatih kelas dunia, bukan pula orang yang berlatarbelakang sebagai pesepakbola. Dia seperti Pozzo yang hanya jatuh cinta pada sepak bola.

Saking cintanya, Samsi ikhlas nyambi melatih di sela-sela kesibukannya sebagai guru untuk melahirkan pesepakbola-pesepakbola andal dari Tanah Papua.

Di era pertamanya, ia sukses mengorbitkan sejumlah pemain seperti Dominggus Waweyai, Dolf Rumbino, Gasper Sibi, Agustinus Pui, Adolof Hanasbe, Barnabas Youwe, Benny Yensenem dan lainnya.

Metode latihan yang ia terapkan terbilang klasik. Sama halnya seperti yang dilakukan oleh pelatih-pelatih lainnya di masa lampau. Memanfaatkan keterbatasan dan menyempurnakan kelebihan.

Lahirnya Generasi Class of '86

Tangan dingin Samsi sebagai pelatih bagi anak-anak Papua cukup disegani. Setelah meletakkan pondasi sepak bola samba bercampur karakter ala anak-anak Papua di era 60-an, Samsi bersama Hengky Rumere dipercayakan membina PPLP (diklat) Irian Jaya (sebelum Papua) angkatan pertama, tahun 1986.

Dari situlah, generasi Class of '86 yang menjadi penyelamat nasib Persipura terlahir. Nama-nama legenda sepak bola Papua seperti Ferdinando Fairyo, Cristian Leo Jarangga, Ronny Wabia, Izack Fatari, Ritham Madubun, Aples Tecuari, Carolino Ivakdalam, Johanes Bonay, David Saidui dan rekan-rekan mereka yang lain mulai bermunculan.

Generasi inilah yang kemudian menjadi tonggak bersejarah bagi Persipura, walau tak meraih trofi juara kompetisi sepak bola Indonesia. 

Mereka merupakan salah satu generasi hebat yang secara heroik berjuang demi harga diri bangsa Papua di kancah sepak bola Indonesia, saat terpuruk di kasta kedua (divisi satu).

HB Samsi-lah yang membentuk mental dan prinsip hidup generasi 86 hingga akhirnya mereka berhasil mengembalikan wajah Persipura, khususnya Papua di persepakbolaan Indonesia.

Mereka ditempa layaknya anggota militer yang tengah dihadapkan pada kondisi medan perang dengan berbagai macam kesulitannya.

Generasi ini mulai ditempa dengan metode pemikiran Samsi yang dikenal dengan istilah bodi mekanik. Artinya, dasar menjadi pesepakbola yang baik harus memiliki kelenturan. 

Samsi memang dikenal sebagai pengagum sepak bola ala samba, Brasil, yang membutuhkan teknik dasar dan kelenturan pada masing-masing pemain.

"Metodenya yang masih kita ingat kala itu kita pemain harus memiliki bodi mekanik."

"Jadi kelenturan seluruh badan kita itu harus dibentuk. Setelah itu baru kita belajar passing bola yang baik, latihan tendang sasaran di tembok dan cara heading yang baik. Sangat disiplin, bahkan waktu itu saat latihan kita sampai harus berguling-guling di lapangan mandala ibarat militer," kenang Nando Fairyo, personel generasi 86 kepada INDOSPORT, Selasa (21/04/20).

"Kiblat beliau sepak bola samba, mengandalkan kelincahan dan bermain cepat, sesuai dengan karakter kita anak Papua yang lentur. Beliau bahkan menghitung performa kita di lapangan saat bertanding. Contoh, kita buat lima kali kesalahan akan diganti," ujar Nando.

Apa yang dipupuk oleh Samsi pada generasi 86 itu nyatanya dituai. Setelah menjuarai cabang sepak bola PON XIII 1993 bersama pelatih Festus Yom, Nando cs kembali bereuni dengan Samsi, dua bulan setelahnya.

Di bawah komando Samsi itulah, Persipura yang telah vakum selama lima tahun di pentas tertinggi sepak bola Indonesia akhirnya kembali promosi. Mereka menjadi tonggak sejarah Persipura yang sampai saat ini berjaya di era sepak bola profesional Indonesia.

Samsi dan Kecintaannya Terhadap Papua

Samsi tidak hanya dikenal dengan metode teknik dasar sepak bolanya. Ia juga menanamkan prinsip kehidupan untuk membentuk mental dan karakter individu anak asuhnya. Tak hanya itu, ia juga memberi kebebasan bagi para pemainnya 
untuk memimpin diri mereka sendiri saat bertempur di lapangan hijau.

"Beliau tanamkan prinsip hidup seperti saling mengerti antar sesama, saling menolong, menjaga kebersamaan dan kekompakan. Makan harus sama-sama dan tidak menghina kekurangan orang lain," tutur Nando.

"Beliau juga kasih kita kebebasan di lapangan. Beliau bilang, beliau latih kita bukan hanya untuk taat kepada pelatih tapi kita sebagai pemain yang memimpin diri kita sendiri," sambungnya.

Usai membawa Persipura kembali promosi ke divisi utama bersama sekumpulan muridnya semasa di PPLP, guru STM  Jayapura asal Jawa Timur ini memutuskan pensiun.

Alasan usia, anak-anaknya membawanya pulang ke Malang. Padahal, Samsi sendiri enggan kembali ke tanah leluhurnya dan lebih memilih menghabiskan akhir hayatnya di rumah keduanya, Jayapura.

"Beliau sebenarnya masih ingin berada di Papua, tapi anak-anak beliau memintanya pulang ke Jawa karena faktor usia kala itu. Beliau bahkan sudah mengatakan bahwa ia ingin menghabiskan akhir hayatnya di Papua," kenang Nando.

25 Maret 2016, bapak sepak bola Papua asal Tanah Jawa itu meninggalkan dunia untuk selamanya. HB Samsi mengembuskan napas terakhirnya di Malang, Jawa Timur dalam usia 84 tahun.

“Beliau selalu berpesan kalau mau prestasi sepak bola di Papua meningkat kita harus berani mengontrak dan menghargai mereka dengan sesuai, sehingga mereka juga mampu berprestasi," pungkas Nando.

2