In-depth

Kenangan Pahit PSMS Musim 1996/97 Nyaris Terdegradasi

Selasa, 28 April 2020 13:49 WIB
Penulis: Aldi Aulia Anwar | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Dok. Indra Efendi Rangkuti
Skuat PSMS Medan di Liga Indonesia edisi ketiga musim 1996/97. Copyright: © Dok. Indra Efendi Rangkuti
Skuat PSMS Medan di Liga Indonesia edisi ketiga musim 1996/97.

INDOSPORT.COM - Klub yang kini berlaga di Liga 2 2020, PSMS Medan, tak hanya memiliki kenangan manis dalam kancah persepak bolaan nasional. Tim berjuluk Ayam Kinantan itu juga memiliki kenangan pahit.

Kenangan pahit tersebut terjadi pada edisi 1996/97, di mana tim 6 kali juara kompetisi Perserikatan ini nyaris saja terdegradasi dari kompetisi kasta tertinggi Liga Indonesia.

Sebab, di edisi Liga Indonesia ketiga tersebut, PSMS selamat dari degradasi dan tetap bertahan di kompetisi kasta tertinggi di musim sebelumnya. PSMS di musim tersebut finis di peringkat ke-10 Wilayah Tengah.

Dari 20 laga yang telah dilakoni, PSMS total mengoleksi 3 kali menang, 10 seri dan 7 kalah dengan total 19 poin atau hanya berselisih satu poin saja atas Mataram Indocement yang terdegradasi.

Putaran pertama

Di musim 1996/97 ini, PSMS dilatih oleh Abdul Karim Peranginangin sebagai pelatih kepala dibantu  Suharto AD sebagai asisten pelatih dan Acong sebagai pelatih kiper.

Namun, menjelang pertengahan musim, sang pelatih kepala wafat seusai memimpin latihan di Komplek Stadiy Kebun Bunga, Medan akibat serangan jantung dan sempat dilarikan ke rumah sakit.

"Posisi pelatih hingga akhir musim diambil alih oleh Suharto AD bersama pelatih kiper Acong," kata pemerhati PSMS, Indra Efendi Rangkuti, kepada INDOSPORT.

Putaran kedua

Setelah di putaran pertama murni bermaterikan pemain-pemain lokal tanpa pemain asing, namun di awal putaran kedua, PSMS mendapat amunisi baru.

Amunisi baru itu yakni dua pemain asing pinjaman dari Semen Padang yakni Claudio Luzardi dan J.R Fiana alias Brazio. Namun, tak lama berselang kembali dipulangkan.

"Kedatangan keduanya tidak banyak membantu karena PSMS lebih banyak meraih hasil seri hingga menjelang 3 atau 4 pertandingan terakhir keduanya kembali ke Semen Padang," kenang Indra.

Partai Hidup-Mati

PSMS melakoni partai hidup mati alias untuk terhindar dari degradasi dengan bertandang ke markas tim kuat Persib Bandung di Stadion Siliwangi.

Sebab, andai PSMS kalah dari Persib di laga itu, dipastikan tim kebanggaan Kota Medan itu musim depan bermain di kompetisi kasta kedua alias terdegradasi.

"Kala itu, PSMS lebih banyak ditekan oleh tuan rumah Persib karena PSMS lebih banyak bertahan alias bahasa sekarang menyebut 'parkir bus'. Karena kalau PSMS kalah dipastikan terdegradasi," ujar Indra.

"Akan tetapi, skuat PSMS sampai akhir laga akhirnya berhasil menahan imbang tuan rumah 0-0 dengan susah payah sehingga mereka selamat dan Mataram Indocement yang akhirnya terdegradasi karena hanya berselisih satu poin saja. Andai PSMS kalah kala itu, mereka terdegradasi karena kalah selisih gol dengan Mataram," tutupnya.

Sementara itu, meski hanya bermain imbang 0-0 atas PSMS, Persib berhak keluar sebagai juara grup Wilayah Tengah dan berhak melangkah ke babak 12 besar. Sedangkan di akhir musim Persebaya Surabaya lah yang keluar sebagai juara setelah di final mengalahkan Bandung Raya 3-1.