Liga Indonesia

Wiel Coerver, Pelatih Timnas Indonesia Berjuluk Albert Einstein

Kamis, 30 April 2020 20:40 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Getty Images
Timnas Indonesia sempat memiliki pelatih bernama Wiel Corever, yang bahkan dengan kehebatannya sampai dijuluki Albert Einstein Sepak Bola. Copyright: © Getty Images
Timnas Indonesia sempat memiliki pelatih bernama Wiel Corever, yang bahkan dengan kehebatannya sampai dijuluki Albert Einstein Sepak Bola.

INDOSPORT.COM Timnas Indonesia sempat memiliki pelatih bernama Wiel Corever, yang bahkan dengan kehebatannya sampai dijuluki Albert Einstein Sepak Bola.

Sebelum dalam dua kesempatan terakhir ini Timnas Indonesia dipimpin oleh pelatih yang punya nama besar di sepak bola Internasional, Luis Milla dan Shin Tae-yong, jauh sebelumnya Tim Garuda juga pernah merasakan hal sama. Tepatnya di tahun 1975, ketika pelatih sekelas Wiel Coerver mau menukangi Timnas Indonesia kala itu.

Sebagai pelatih Wiel Coerver jelas sebuah nama yang sangat besar kala itu. Sebab setahun sebelum akhirnya menukangi buat Timnas Indonesia, Coerver adalah pelatih yang sukses membawa klub Belanda Feyenoord meraih double winners, juara Eredivisie dan Piala UEFA 1973/74.

Didatangkan ke Timnas Indonesia oleh PSSI di era kepemimpinan Bardosono, Coerver sebenarnya mendapatkan tawaran dari banyak klub Eropa saat itu. Namun dirinya lebih melihat adanya tantangan bersama Indonesia. Saat kemudian diberikan target bisa membawa Timnas melaju ke Olimpiade 1976 di Montreal, Kanada.

Meski akhirnya gagal memenuhi target, tapi Coerver tak terbantahkan sukses membentuk Timnas Indonesia yang berkarakter kuat dan cukup dipandang kala itu.

Terbukti meski gagal di kualifakiasi Pra Olimpiade, Timnas Indonesia besutan Coerver bisa berbicara banyak dengan hanya kalah dari tim kuat Korea Utara, di akhir fase grup dan juga babak final lewat adu penalti.

Meski gagal Coerver jelas tetap bukan pelatih sembarangan. Pria asal Belanda terkenal sebagai pelatih yang mampu meramu metode latihan dan menerapkan taktik dengan sangat luar biasa.

Dirinya juga menyusun konsep baru dalam sepak bola yang menganjurkan bahwa keterampilan tidak hanya melekat pada para pemain muda tetapi juga dapat diteruskan secara akademis yang komprehensif. 

Di bawah teknik ini, pemain maju secara terstruktur, piramidal, dari dasar-dasar penguasaan bola menjadi serangan kelompok yang digerakkan secara taktis. Mereka akan terpapar pada hal-hal penting lainnya seperti Menerima dan Melewati, Bergerak (1v1), Kecepatan dan Penyelesaian Lethal.

Dengan metode yang disusunya dengan bekal banyak melihat rekaman vdeo pemain-pemain hebat dunia selayaknya Pele itu, membuat Wiel Coerver bahkan dikenal di dunia sepak bola Internasional sebagai Albert Einstein Sepak Bola.

Selain metode Latihan, Coerver juga dikenal sebagai sosok yang sangat tegas. Bahkan dirinya dengan lantang berani mengeluarkan pendapat dan mengusir siapa saja yang dianggapnya mengganggu dirinya dalam membentuk tim.

Seperti dalam awal kedatangannya ke Timnas, Coerver sempat memancing kontroversi ketika mengeluarkan pernyataan dengan menyebut pemain Indonesia bermental kacung, karena terlalu mudah tunduk pada pengurus PSSI saat itu.

Dengan pengurus PSSI pun, Coerver sempat beritegang ketika Ketua PSSI Bardosono ikut campur dalam proses pemilihan pemainnya. Dalam suatu kesempatan, dikabarkan sempat menantang Bardosono dalam memberikannya kebebesan memilih pemain. Jika tidak dibebaskan, Coerver dengan senang hati yang akan memilih Kembali ke Belanda dan meninggalkan Timnas Indonesia.

Ancaman Coerver itupun akhirnya berbuah kenyataan, setelah kegagalan menembus putaran final Olimpiade 1976. PSSI kemudian tak lagi memperpanjang kontraknya, jadi Coerver Kembali ke Belanda dan setelahnya menukangi klub Go Ahead Eagles.

Meski keras, Coerver jelas merupakan pelatih yang bertanggung jawab penuh kepada pemain dan timnya. Terlihat ketika dirinya membentuk dewan pemain, yang terdiri dari Risdianto, Iswadi Idris, Junaedi Abdullah dan lain-lain untuk menekan para petinggi PSSI agar memberikan bonus yang lebih layak bagi anak-anak asuhnya. Karena selama ini para pemain dianggapnya memiliki gaji yang terlalu kecil.