Liga Indonesia

3 Defender Orbitan Persija yang Meroket Saat Gabung Arema

Senin, 4 Mei 2020 19:31 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© aremafcofficial
Berikut ini redaksi berita olahraga INDOSPORT mengulik profil singkat dari 3 defender yang menjadikan Persija dan Arema dalam bagian perjalanan kariernya. Copyright: © aremafcofficial
Berikut ini redaksi berita olahraga INDOSPORT mengulik profil singkat dari 3 defender yang menjadikan Persija dan Arema dalam bagian perjalanan kariernya.

INDOSPORT.COM - Pada era sepak bola profesional, perpindahan pemain dari satu klub ke lainnya sudah menjadi pemandangan jamak. Cerita berbeda selalu akan terjadi, saat si pemain memilih hengkang ke klub rival sekali pun.

Berikut ini redaksi berita olahraga INDOSPORT mengulik profil singkat dari 3 defender yang menjadikan Persija dan Arema dalam bagian perjalanan kariernya.

Seperti diketahui, dua tim dengan basis suporter militan selalu terlibat rivalitas sengit dalam konteks positif, dalam perburuan prestasi di setiap musimnya.

Uniknya, ketiga pemain ini justru meroket hingga menorehkan prestasi membanggakan di Arema. Padahal, mereka justru dikenal setelah diorbitkan oleh tim Macan Kemayoran pada era Liga Indonesia lalu.

1. Ardi Warsidi

Warsidi mulai dikenal publik sepak bola nasional, ketika memutuskan berkarir di Persija Jakarta awal 2000. Defender kelahiran Jepara, 40 tahun lalu itu memulai karir sebagai pesepakbola profesional di Persita Tangerang 1998.

Prestasi tinggi pertama langsung diraihnya kala membawa Persija menjuarai kompetisi Ligina 2001 dan Piala Emas Bang Yos, sebagai turnamen pra musim 2003. Namun, prestasinya terus menurun meski berlaga di level internasional pada Piala Asia 2004.

Hengkang ke Arema Malang, karirnya justru meroket. Dua kali Warsidi membawa tim Singo Edan meraih trofi juara Copa Indonesia pada edisi 2005 dan 2006. Dalam periode yang sama, bek taktis itu membawa Arema selalu lolos ke babak 8 besar Ligina.

Namun, karirnya bersama Arema hanya berlangsung dua musim, sebelum Miroslav Janu mencoretnya. Warsidi kemudian hijrah ke Persmin Minahasa pada 2007 dan menutup karir di PSS Sleman tahun 2010 silam.

2. Hamka Hamzah

Hamka juga tidak mengawali karirnya di Persija. Defender kelahiran Makassar, 35 tahun itu memulai kiprah bersama PSM, kemudian membela Persebaya (2003) dan Persik Kediri (2004).

Sayang, kehadirannya di Jakarta sepeti dalam waktu yang kurang tepat. Hamka selalu gagal merengkuh gelar juara pada sejumlah turnamen dan kompetisi bersama tim Macan Kemayoran periode 2005 sampai 2008 lalu.

Prestasi tertingginya yakni membawa Persija sampai di posisi Runner up Copa Indonesia 2005 dan peringkat tiga Copa edisi berikutnya. Sementara di kompetisi, Hamka juga gagal juara setelah menempati posisi runner-up Ligina 2005 dan semifinal 2007.

Setelah berkelana bersama Persik Kediri (2008), Persisam Putra Samarinda (2009), Persipura (2010), Mitra Kukar (2011) dan PKNS Selangor (2014) dan Pusamania Borneo (2015), tiba lah dia ke Arema pada 2016.

Hamka langsung menyabet gelar juara pada turnamen Bhayangkara Cup dan membawa Arema sampai ke posisi runner-up TSC, turnamen berformat kompetisi selepas ISL berhenti. Dia kemudian hijrah ke PSM Makassar (2017) dan Sriwijaya FC (2018).

Beragam kemelut finansial di SFC, membuatnya kembali ke tim Singo Edan yang dibawanya finis di 6 besar Liga 1. Sebelum menuju Persita di awal 2020, Hamka meraih dua gelar bergengsi, yakni Trofi juara Piala Presiden dan pemain terbaik 2019.

3. Leonard Tupamahu

Nyong Ambon ini nasibnya serupa dengan apa yang dialami Hamka Hamzah di Persija. Selama membela tim Macan Kemayoran sejak 2005 hingga 2009, tidak ada gelar bergengsi yang diraihnya.

Pilihannya hijrah ke Malang pun sedikit menjawab keresahannya, yang ingin meraih trofi juara. Leonard membela Arema selepas juara ISL, dan langsung berkiprah di level Liga Champions Asia 2011.

Sayang, kompetisi sepak bola level tinggi di Asia berujung buruk bagi Arema. Tim Singo Edan terhenti di babak penyisihan grup G, lantaran tak mampu bersaing dengan tim sekelas Cerezo Osaka (Jepang), Jeonbuk Hyundai Motors (Korea Selatan) dan Shandong Luneng (China).

Kendati demikian, Leonard masih cukup berbangga dengan menutup kompetisi ISL dengan harapan baru. Membawa Arema finis sebagai runner-up ISL, dia setidaknya bisa menebus kegagalan di level internasional melalui AFC Cup.

Namun, takdir berkata lain. Di tengah motivasinya bertarung di AFC Cup 2012 tengah tinggi, kisruh dualisme Arema mengiris keyakinannya.

Leonard memutuskan pindah ke Persema Malang, meski sempat membawa Arema Indonesia merajai puncak klasemen hingga putaran pertama kompetisi IPL musim 2012.