Bola Internasional

Apa Kabar Michael Ballack, Si Kaki Petir Jerman dan Spesialis Runner Up

Selasa, 12 Mei 2020 16:05 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Team 2 Sportphoto/ullstein bild via Getty Images
Kabar terkini Michael Ballack, pemain yang memiliki tendangan kuat asal Jerman sekaligus spesialis runner up di kompetisi Eropa. Copyright: © Team 2 Sportphoto/ullstein bild via Getty Images
Kabar terkini Michael Ballack, pemain yang memiliki tendangan kuat asal Jerman sekaligus spesialis runner up di kompetisi Eropa.

INDOSPORT.COM - Kabar Michael Ballack, gelandang asal Jerman pemilik tendangan mematikan sekaligus pemegang kutukan runner up berbagai kompetisi Eropa.

Nama Michael Ballack sendiri tenar di jagat sepak bola dunia pada era 90-an hingga akhir 2009. Di masa jayanya, pemain kelahiran Görlitz tersebut pernah memperkuat sejumlah tim besar seperti Bayern Munchen dan Chelsea.

Memulai karier bersama tim kasta ketiga Liga Jerman, Chemnitzer FC pada musim 1994 hingga 1997, bakat Michael Ballack muda tercium pencari bakat FC Kaiserslautern dan memboyongnya pada musim panas 1997.

Otto Rehhagel menjadi sosok paling berjasa dalam karier Ballack. Pelatih yang membawa FC Kaiserslautern promosi ke Bundesliga musim 1997/98 tersebut memboyong Ballack dari ketatnya persaingan kasta ketiga Liga Jerman.

Meski di awal musim Ballack jarang mendapat kesempatan dan hanya tampil sebanyak 18 pertandingan di semua laga, namun kemampuannya mulai terasah di musim kedua serta mencatatkan 35 laga dan 10 gol.

Namun sayang, penampilan impresifnya hanya berhasil membawa Kaiserslautern finish di peringkat lima pada akhir musim. Walau gagal memberikan gelar juara, bakat Ballack mulai mencuri perhatian banyak klub besar dan Bayer Leverkusen sebagai pemegang status runner up berhasil mendapatkan tanda tangan sang pemain.

Tiga musim memperkuat Die Werkself, Michael Ballack hanya bisa meraih mempersembahkan gelar runner up yakni di ajang DFB-Pokal, Bundesliga hingga Liga Champions Eropa musim 2001/02. Musim tersebut bisa dibilang sebagai awal mula kutukan runner up pada diri Ballack.

Pasalnya, setelah gelaran musim tersebut, pemain yang memiliki 98 caps dengan Timnas Jerman ini harus puas berada di tempat kedua baik bersama klub ataupun Timnas

Kutukan pertama terjadi saat Ballack bersama Timnas Jerman menempati peringkat kedua Piala Dunia 2002, kemudian runner up Liga Inggris di musim 2006/2007 dan 2007/2008, berlanjut ke Piala Carling 2007/2008, Piala Eropa 2008, Liga Champions 2007/2008, dan Bundesliga 2010/2011 saat memutuskan kembali ke Bayern Leverkusen. 

Tidak cuma gelar bersama tim, dar torehan individu pun Ballack masih mendapat kutukan dengan menempati peringkat kedua dalam ajang pemilihan Pemain Terbaik Jerman tahun 2008.

Meski kerap meraih posisi kedua, namun secara statistik permainan, Michael Ballack merupakan tipikal gelandang yang paling disegani, bahkan legenda sepak bola Pele memasukan namanya dalam 100 pemain terbaik FIFA.

Selain itu, Ballack juga sering meraih juara seperti tiga gelar Bundesliga dan DFB-Pokal bersama Bayern Munich, serta masing-masing satu trofi Liga Inggris, Piala FA, Piala Liga dan FA Community Shield ketika berseragam Chelsea. Raihan predikat pemain terbaik Jerman pun pernah ia raih sebanyak tiga kali, yakni pada tahun 2002, 2003, dan 2005.

Dalam lapangan, Ballack dianggap sebagai gelandang paling lengkap dan serbaguna dari generasinya. Tercatat, dirinya bisa bermain di beberapa posisi lini tengah, dan terkenal karena tendangan keras dari kedua kakinya.

Berbekal postur tinggi, ia juga dikenal dengan kemampuan duel udara yang baik, membuat Ballack menjadi salah satu menjadi besar gawang lawan saat situasi bola mati.

Menghabiskan 17 tahun karier di lapangan hijau, pada 2 Oktober 2012 silam sang maestro lapangan tengah Der Panzer ini mengumumkan kabar pensiunnya. Total selama aktif sebagai pemain, Ballack telah memainkan 604 pertandingan dan mencetak 148 gol di semua ajang dengan berbagai klub.

Pasca gantung sepatu, Ballack lebih banyak aktif dalam sepak bola sebagai pengamat dan komentator. Bahkan, selama Euro 2012, Piala Dunia 2014, dan Euro 2016 dirinya bekerja sebagai analis dalam program ESPN.