In-depth

PSMS dan Persebaya, Rivalitas dan Kisah Saling Sikut demi Tiket Promosi

Kamis, 28 Mei 2020 14:26 WIB
Penulis: Aldi Aulia Anwar | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Rivalitas dua klub legendaris PSMS Medan dengan Persebaya Surabaya sudah terjadi saat kompetisi Liga Indonesia era Perserikatan dulu. Copyright: © Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Rivalitas dua klub legendaris PSMS Medan dengan Persebaya Surabaya sudah terjadi saat kompetisi Liga Indonesia era Perserikatan dulu.

INDOSPORT.COM - Rivalitas dua klub legendaris PSMS Medan dengan Persebaya Surabaya sudah terjadi saat kompetisi Liga Indonesia era Perserikatan dulu. Salah satunya saat PSMS menjadi juara Perserikatan edisi 1971 dan Persebaya menjadi runner-up.

Setelah itu di era kompetisi Liga Indonesia profesional, rivalitas kedua tim lebih banyak terjadi pada kompetisi kasta kedua. Salah satunya pada Liga 2 edisi 2003 atau saat itu masih bernama Divisi Satu.

Di mana saat itu, Persebaya keluar sebagai juara Divisi Satu dan PSMS menjadi runner-up, dan keduanya sama-sama berhak promosi ke Divisi Utama (saat ini Liga 1).

Deja vu serupa akhirnya kembali terjadi pada Liga 2 2017, di mana Persebaya menjadi jawara dan PSMS menjadi runner-up, yang mana kedua sama-sama kembali promosi ke Liga 1 2018.

Salah satu aktor yang masih bertahan merasakan deja vu tersebut adalah Legimin Raharjo dari PSMS Medan. Sebab, pemain berposisi sebagai gelandang itu merasakan PSMS menjadi runner-up dan di bawah bayang-bayang Persebaya, baik edisi 2003 maupun edisi 2017.

"Sebenarnya sama saja momennya bagi saya, cuman yang membedakannya di 2003 klub-klub masih boleh diperkuat pemain asing, sedangkan di 2017 tidak ada pemain asing," kenang Legimin kepada INDOSPORT.

"Di 2003 itu saya baru main di PSMS dan dapat main setim bareng dengan kakak kandung saya, Subandi. Di 2017, saya sudah jadi pemain senior," imbuh Legimin.

Namun, nasib berbeda dialami kedua tim pada musim 2018 usai promosi di kompetisi kasta tertinggi Indonesia tersebut. Sebab PSMS harus kembali terdegradasi ke Liga 2 di musim selanjutnya dan Persebaya tetap bertahan di Liga 1 hingga saat ini.

Selain momen deja vu promosi 2003 dan 2017, juga ada momen rivalitas antara kedua tim yang patut dikenang yakni saat musim 2008-2009.

Namun, yang membedakan saat itu adalah PSMS yang berada di kasta tertinggi finis ke-15 klasemen akhir sehingga masuk zona play-off degradasi. Sementara Persebaya yang berada di kasta kedua, masuk ke zona play-off promosi.

Akibatnya, PSMS dan Persebaya harus saling sikut untuk menentukan nasib. Akhirnya Persebaya lah yang keluar sebagai pemenang di laga play-off tersebut dan berhak promosi sehingga PSMS yang harus gigit jari dengan terdegradasi.

Kala itu, PSMS takluk lewat drama adu penalti 5-6, setelah bermain imbang 1-1 di waktu normal dan perpanjangan waktu.