Bola Internasional

Pelatih 'Londo-Jowo' dan Pandangan Tentang Boneka Seks di Sepak Bola

Kamis, 4 Juni 2020 07:41 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Indosport/Petrus Manus Da'Yerrimon
Pelatih 'Londo-Jowo' dan Pandangan Tentang Boneka Seks Sebagai Suporter Copyright: © Indosport/Petrus Manus Da'Yerrimon
Pelatih 'Londo-Jowo' dan Pandangan Tentang Boneka Seks Sebagai Suporter

INDOSPORT.COM - Pelatih 'Londo-Jowo', Timo Scheunemann memberikan pandangannya tentang penggunaan boneka seks serta para suporter fiktif lain di pertandingan sepak bola saat pandemi.

Beberapa negara sendiri belakangan memang tengah mencoba mengembalikkan kompetisi sepak bola mereka secara usai mati suri panjang akibat pandemi Corona sejak Maret lalu.

Di Asia, Korea Selatan menjadi negara pertama yang mencoba menghidupkan kembali sepak bola mereka. K-League atau Liga Korea Selatan secara mengejutkan kembali bergulir di tengah pandemi corona yang masih melanda dunia.

Sementara di Eropa, Jerman menjadi negara pertama yang coba melanjutkan kompetisi dan pada Sabtu 16 Mei 2020 lalu, Bundesliga kembali dimainkan dengan mempertemukan Dortmund vs Schalke 04 sebagai partai pembuka. 

Layaknya Korea Selatan, federasi sepak bola Jerman dan otoritas kesehatan disana pun menerapkan beberapa aturan ketat sebelum para pemain masuk lapangan dan memulai pertandingan.

Terdapat satu kesamaan yang terjadi pasca kembali bergulirnya kompetisi di Jerman dan Korea Selatan, yakni tidak adanya penonton dalam stadion sehingga menjadikan tiap laga sedikit terasa hambar dan sepi.

Namun masing-masing penyelenggara pertandingan kedua negara punya inisiatif tersendiri untuk meramaikan suasana di stadion. Di Korea Selatan misalnya, FC Seoul menggunakan boneka sebagai pengganti suporter. Walau akhirnya aksi tersebut menuai kontroversi lantaran boneka yang dipakai adalah boneka seks.

© twitter.com/AndyRobsonTips
Boneka seks di tribun klub Korea Selatan, FC Seoul Copyright: twitter.com/AndyRobsonTipsBoneka seks di tribun klub Korea Selatan, FC Seoul

Sedangkan Jerman menggunakan foto para suporter yang dicetak seukuran tubuh, dan dipasang pada tiap-tiap tribun agar stadion terlihat dipadati oleh penonton.

Menanggapi berbagai upaya dan cara unik tim-tim dunia untuk melanjutkan kembali kompetisi pasca pandemi Corona, salah satu pelatih ternama Tanah Air, Timo Scheunemann coba memberikan pandangannya.

Menurutnya, Bundesliga layak menjadi percontohan bagi negara yang ingin melanjutkan kembali kompetisi sepak bolanya. Pasalnya, Jerman memiliki peraturan yang sangat baik dan tegas kepada semua pemain.

"Bundesliga pantas menjadi contoh. Mereka menangani skandal pemain Schalke yang tidak disiplin mengikuti peraturan dengan sangat baik, bahkan sedikit berlebihan," ucap Timo kepada INDOSPORT.

"Contohnya saat mencetak gol tidak bisa berpelukan, padahal kondisi kesehatan pemain selalu dalam pantauan dan dalam pertandingan pasti ada sentuhan dan benturan," tambahnya.

Selain itu, pelatih yang dikenal sebagai Londo-Jowo lantaran kefasihannya berbicara Jawa meski memiliki garis keturunan Jerman ini juga mengomentari aksi beberapa tim yang menggunakan suporter fiktif seperti boneka hingga foto yang ditempelkan di tribun dalam tiap laga.

Menurutnya hal tersebut tidak terlalu penting, karena bagi para pemain yang paling diutamakan adalah fokus terhadap lawan dan bukan faktor diluar lapangan.

"Saya tidak paham landasan psikologisnya, buat saya sama saja, bahkan pemborosan, entah mungkin untuk penonton tv agar bisa lebih menarik," tutupnya.

Sementara itu di Indonesia, PSSI akhirnya mengambil keputusan konkret terkait nasib Liga 1 dan 2 musim 2020 yang terhenti akibat pandemi COVID-19. 

Melalui virtual meeting dengan perwakilan klub Liga 1 dan 2, diambil keputusan sementara untuk melanjutkan gelaran Liga 1 dan 2 mulai bulan September.

Dengan berkaca pada dua negara diatas, akankah penyelenggara pertandingan Liga 1 bakal mengikuti inovasi penerapan suporter fikti seperti Jerman dan Korea Selatan? Atau akan ada ide baru yang tidak kalah kreatif dari sebelumnya.