Liga Indonesia

Kurniawan Dwi Yulianto Sang Petualang: Buka-bukaan soal Loyalitas

Sabtu, 6 Juni 2020 22:24 WIB
Penulis: Martini | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Fandom.id
Mantan pesepakbola nasional, Kurniawan Dwi Yulianto layak dijuluki sosok petualang. Pasalnya, ia cukup jarang bertahan di satu klub dalam beberapa musim. Copyright: © Fandom.id
Mantan pesepakbola nasional, Kurniawan Dwi Yulianto layak dijuluki sosok petualang. Pasalnya, ia cukup jarang bertahan di satu klub dalam beberapa musim.

INDOSPORT.COM - Mantan pesepakbola nasional, Kurniawan Dwi Yulianto layak dijuluki sebagai sosok petualang. Pasalnya, ia cukup jarang bertahan di satu klub dalam beberapa musim, dan kerap kali berganyi klub hanya dalam kurun waktu satu musim saja.

Mulai dari pengalaman di Eropa, membela PSM Makassar di awal-awal karir senior, membawa Persebaya juara Liga Indonesia 2003/04, hingga Kurniawan memutuskan gantung sepatu di Persipon Pontianak.

Banyak pula komentar miring yang menyebut jika Kurniawan Dwi Yulianto alias Si Kurus itu adalah sosok pemain yang tidak loyal pada klub.

Namun, sosok yang kini menjabat sebagai pelatih Sabah FA itu enggan menanggapi komentar miring, sebab tak dapat disangkal jika ia telah membuktikan loyalitasnya lewat sederet prestasi.

"Saya lebih mengedepankan profesionalisme untuk mencari klub. Kalau buat saya, mikir loyalitas saya nggak cukup," ungkap Kurniawan dalam sebuah sesi live di media.

"Saya merasa saya sudah mengorbankan semua untuk sepak bola, sekolah, keluarga, masa muda, sehingga saya harus dapat sesuatu dari sepak bola. Saya main bola buat cari duit," tambah mantan penggawa Timnas Indonesia tersebut.

Berbicara soal nominal kontrak, diakui salah satu alasan kepindahan Kurniawan tiap satu musim membela klub, yakni untuk mendapat kenaikan gaji.

"Kenapa saya banyak pindah klub, karena kadang tahun depannya akan susah bisa naik 50 sampai seratus persen dari nilai kontrak kita. Paling 20 sampai 30 persen."

"Jadi kalau ada tim yang lebih serius, bisa naik 50 atau seratus persen, kenapa tidak? Karena usia produktif untuk main bola kan terbatas," pungkasnya.