Liga Indonesia

Indriyanto Nugroho: Julukan 'Mr Cepek' yang Justru Kuatkan Mental di Lapangan

Minggu, 28 Juni 2020 18:36 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Herry Ibrahim
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Striker legendaris Indonesia, Indriyanto Nugroho (kanan) memiliki cerita menarik di sepak bola Tanah Air, medio 1990-an. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Striker legendaris Indonesia, Indriyanto Nugroho (kanan) memiliki cerita menarik di sepak bola Tanah Air, medio 1990-an.

INDOSPORT.COM - Kisah 'Mr Cepek' yang dialami striker legendaris Indonesia, Indriyanto Nugroho pernah menjadi cerita tersendri di sepak bola Tanah Air, medio 1990-an.

Namun siapa sangka, ledekan itu justru semakin menguatkan mental sosok yang kini menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-16 tersebut kala di lapangan.

Indriyanto saat mengunjungi sesepuh Pasoepati, Mayor Haristanto, Jumat (26/06/20) lalu kepada awak media buka-bukaan berkait kasus dan julukan itu. Kasus itu tak membuatnya surut, namun justru semakin menunjukkan diri sebagai bomber ganas di Tanah Air.

"Saya bisa seperti ini berkat pengalaman itu. Jadi saya melihat ke anak-anak juga kalau ada masalah singkitkan, yang penting prestasi," ungkap Nunung, sapaan akrab Indriyanto.

Seperti diketahui, julukan itu berawal dari kasus transfer yang melibatkan Arseto Solo dengan Pelita Jaya tahun 1996. Saat itu, Nunung disebut masih menjadi mili Arseto Solo yang kemudian dibawa ke proyek PSSI Primavera di Italia.

Singkat cerita, tak ingin polemik berlanjut, Arseto akhirnya bersedia melepas sang pemain, namun dengan transfer sangat murah yakni Rp100. Bahkan nominal transfer itu disebut-sebut lebih murah dibadingkan harga materai saat tanda-tangan jual beli kala itu.

Nunung tak memungkiri, kasus itu membuatnya mendapat banyak teror. Termasuk saat bertanding di Bandung dan Medan dimana dia dilempari uang koin seratus perak.

Namun, mental baja benar-benar ditunjukkan sosok kelahiran Sukoharjo itu dengan gol-golnya. Pembuktian itu berbuah manis dengan hadirnya respek dari banyak pihak termasuk masyarakat.

"Saya tidak mau balas dengan omongan. Saya hanya bekerja keras dan mencetak gol, akhirnya hormat kok," paparnya.

"Akhirnya hal-hal seperti itu membuat saya semakin kuat. Banyak teman-teman senior yang memberi dukungan dan ngomong kalau nggak usah difikirin nanti akan hilang. Akhirnya beneran hilang dan kasusnya juga bubar," tegas mantan pemain PSIS Semarang tersebut.