Bola Internasional

Kisah Juara Liverpool dan Arseto Solo: Bukti Kesabaran Berbuah Tinta Emas

Kamis, 2 Juli 2020 10:35 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Indra Citra Sena
 Copyright:
Arseto Solo Juara Galatama 1992

Siapa yang tidak kenal Arseto? Klub kepunyaan putra Presiden RI ke-2, Soeharto, itu didirikan di Jakarta pada 1978 sebelum diboyong ke Kota Bengawan medio 1983.

Bermodalkan dana melimpah, tim yang bermarkas di Stadion Sriwedari itu selalu mendatangkan pemain jempolan. Cukupkah untuk juara? Ternyata apa yang diraih Arseto Solo saat itu bak padi ditanam tumbuh ilalang. Gelar kampiun yang dinanti tak juga-juga datang.

Berjalan dua tahun di Solo, Arseto baru mendapatkan gelar runner-up Galatama edisi 1985 setelah kalah dari Krama Yudha Tiga Berlian di final kejuaraan.

Prestasi itu berbanding terbalik dengan sang rival, Pelita Jaya, yang sukses membawa pulang trofi edisi 1988/89 dan 1990. Kedua tim memang terlibat persaingan sengit di era Galatama hingga Liga Indonesia.

Maklum saja, keberadaan Sigit Soeharto di Arseto dan Nirwan Bakrie sebagai pemilik Pelita Jaya bersaing dalam 'menguasai' sepak bola Indonesia. Ibarat persaingan Manchester United dan Liverpool yang saling sikut demi gelar prestise bernama Premier League.

Namun sama seperti pasukan The Reds, kesabaran akan membuahkan hasil manis. Setelah menunggu 14 tahun, anak-anak 'Mes Kadipolo' akhirnya melepas dahaga berupa juara Galatama 1992 setelah poinnya tak mampu dikejar Pelita Jaya di klasemen akhir.

Kapten Arseto Solo saat juara 1992, Inyong Lolombulan, menyebut butuh perjuangan ekstrakeras dan kesabaran sebelum merengkuh gelar Galatama. Ikhtiar dan evaluasi dilakukan setiap akhir musim guna mencatat segala kekurangan untuk perbaikan di musim selanjutnya.

"Setelah musim selesai semuanya berkumpul mulai manajemen, pelatih, hingga pemain membahas apa yang masih kurang. Kemudian musim depan diperbaiki terus-menerus hingga akhirnya bisa juara Galatanma 1992," kata Inyong kepada INDOSPORT beberapa waktu lalu.

Kisah perjuangan dan kesabaran Liverpool dan Arseto Solo bisa menjadi pelajaran. Sebab, sepak bola butuh proses, termasuk untuk meraih tinta emas alias gelar juara.