Liga Indonesia

Safin Pati Football Academy: Fasilitas Prima, Sekolah Pribadi hingga Pelatih Nasional

Senin, 6 Juli 2020 16:05 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Dok SPFA/Rudy Eka Priyambada
Safin Pati Football Academy Copyright: © Dok SPFA/Rudy Eka Priyambada
Safin Pati Football Academy
Datangkan Pelatih Berlabel Nasional

Salah satu keunggulan dan kesriusan SPFA adalah dari segi tim kepelatihan. Tak tanggung-tanggung, sederet nama-nama nasional hingga mantan pemain Timnas Indonesia pun didatangkan.

Mulai Kas Hartadi (eks Sriwijaya FC) yang didapuk menangani siswa kelompok usia (KU) 17. Lalu legenda Persebaya Surabaya, Ibnu Graham sebagai pelatih KU-15, serta Hidayat (Persiku Kudus) yang bakal meracik tim dengan KU-13.

Tak cukup itu saja, mantan kiper Timnas Indonesia, Kurnia Sandi juga bergabung. Dia ditunjuk menjadi kepala pelatih penjaga gawang.

"Kami ingi dengan pengalaman yang dimiliki beliau-beliau bisa memberikan ilmu ke anak-anak. Apalagi mereka juga berlabel timnas. Termasuk kami datangkan fisioterapis eks Timnas Futsal Indonesia, Diky Krisnanda yang musim lalu di PSS Sleman," ujarnya.

Sekolah Pribadi dan Kegiatan Ekstra

© Dok SPFA/Rudy Eka Priyambada
Safin Pati Football Academy Copyright: Dok SPFA/Rudy Eka PriyambadaSafin Pati Football Academy

Keunggulan lain dari Safin Pati Football Academy (SPFA) adalah fasilitas pendidikan. SPFA memiliki sekolah sendiri dengan berbasis internasional mulai jenang SD, SMP, serta SMA.

Kurikulum Cambridge International School pun dijalankan. Rudy menilai, ilmu pendidikan sangat diperlukan bagi para pesepak bola, tak hanya skill bermain di lapangan.

"Biasanya kan akademi itu sekolahnya dititipkan di beberapa tempat. Namun kita punya sendiri dengan berbasis internasional sekolah Singapura," jelasnya.

"Sehingga mereka juga memiliki ilmu bahasa inggris dan bahasa asing lainnya. Kemampuan itu sangat penting bagi pesepak bola, termasuk di era modern saat ini," tegas mantan pelatih fisik Persebaya Surabaya tersebut.

Tak hanya pendidikan formal, para siswa juga dibekali kemampuan informal dengan berbagai kegiatan ekstra. Rudy menjelaskan, kegiatan ekstra itu meliputi bercocok tanam hingga peternakan.

"Kami ingin membekali mereka dengan ilmu di luar sepak bola untuk pegangan nanti. Karena rata-rata pemain itu kan maksimal usia 34 sampai 35 tahun sudah pensiun. Jadi setelah gantung sepatu, mereka memiliki keahilan lain termasuk berwirausaha," pungkas dia.