In-depth

Sepenggal Kisah Peri Sandria, Bomber Komplet Tiada Tanding 'Berkepala Batu'

Sabtu, 15 Agustus 2020 12:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© Dokumen Pribadi
Peri Sandria, striker yang sukses pada era 1990-an. Copyright: © Dokumen Pribadi
Peri Sandria, striker yang sukses pada era 1990-an.

INDOSPORT.COM - Siapa tak kenal Peri Sandria? Dia adalah bomber lokal top yang bersinar pada era 1990-an bersama sederet jebolan Galatama lain semisal Bambang Nurdiansyah, Buyung Ismu, dan Singgih Pitono.

Namun, Peri paling menonjol karena prestasinya yang fenomenal ketika menceploskan 34 gol semusim bareng Mastrans Bandung Raya di Liga Indonesia (LI) 1994/95. Dia mampu menggungguli penyerang-penyerang impor sekaliber Roger Milla, Vata Matanu Garcia, dan Jacksen F. Tiago.

Rekor ini bertahan selama 22 tahun sebelum dipecahkan Sylvano Comvalius (Bali United; 37 gol) di Liga 1 2017, kendati sedikit meninggalkan rasa kecewa di benak Peri karena sesungguhnya ia berharap pemain lokal-lah yang melampaui catatan tersebut.

Sebagai penyerang bertipe bomber, Peri Sandria dikenal punya kemampuan  komplet. Kedua kakinya sama-sama kuat dan kepalanya bahkan lebih berbahaya mengingat cukup banyak gol yang ia cetak melalui sundulan, baik di Galatama maupun Liga Indonesia (sekarang Liga 1).

Ayah satu putri ini juga diketahui sangat ngotot selama berada di atas lapangan. Peri tidak pernah mau kalah berduel dengan pemain lawan demi memperebutkan bola dan membuka ruang tembak. Tak jarang aksi tersebut membuatnya terlibat benturan fisik yang merugikan diri sendiri dan tim.

“Saya berkarakter keras. Tidak ada itu kata lembek di kamus saya," cetus Peri Sandria seperti dikutip dari Tabloid BOLA edisi 2.841 (Jumat, 2 Februari 2018).

"Penyerang yang ingin berprestasi harus tahan banting dan saya sudah membuktikannya, tapi segala bentuk emosi mesti dihabiskan di lapangan. Jangan dibawa-bawa sampai ke luar lapangan,” kata legenda kelahiran Binjai, Sumatra Utara, ini.  

Karakter plus kualitas individu Peri Sandria mendatangkan prestasi demi prestasi. Di level klub, pria yang kini berusia 52 tahun itu meraih trofi bersama Krama Yudha Tiga Berlian (Piala Galatama 1991) dan Bandung Raya (Sepatu Emas LI 1994/95 dan titel LI 1995/96).

Bukan cuma itu, Peri juga termasuk bagian dari skuat tim nasional Indonesia yang terakhir kali berjaya di turnamen internasional. Dia menyumbangkan medali emas SEA Games Manila 1991 bersama Robby Darwis dkk. usai menekuk Thailand di final.