In-depth

Kota La Paz: Kandang Bolivia yang Jadi 'Lapas' Timnas Argentina

Rabu, 14 Oktober 2020 17:36 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Futbolizados
Stadion Hernando Siles, markas Bolivia yang berada di Kota La Paz dan menjadi 'lapas' bagi Timnas Argentina. Copyright: © Futbolizados
Stadion Hernando Siles, markas Bolivia yang berada di Kota La Paz dan menjadi 'lapas' bagi Timnas Argentina.

INDOPSPORT.COM – Argentina berhasil meraih kemenangan dalam lawatannya ke markas Bolivia pada kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Amerika Selatan yang berlangsung Rabu (14/10/20) pagi WIB. Kemenangan ini seakan menghapus kutukan La Albiceleste di Kota La Paz, markas tuan rumah.

Argentina secara susah payah mengalahkan tuan rumah Bolivia di laga kali ini dengan skor 2-1. Adapun dua gol kemenangan La Albiceleste dicetak oleh Lautaro Martinez dan Joaquie Correa.

Sebelum Argentina mencetak gol lewat kedua penggawanya, tim arahan Lionel Scaloni ini sempat tertinggal terlebih dahulu dari Bolivia lewat gol Marcelo Martins Moreno di menit ke-24.

Di atas kertas, materi dari kedua tim terbilang sangat jauh. Namun di laga ini bahkan di laga-laga tandang sebelumnya, Argentina yang bermaterikan pemain bintang harus kesulitan melawan tuan rumah Bolivia.

Padahal Bolivia juga terbilang tim paling lemah di zona Amerika Selatan. Namun ada satu faktor yang membuat Argentina kerap kesulitan melawan timnas berjuluk La Verde ini. Faktor tersebut adalah Stadion Hernando Siles yang berada di Kota La Paz.

Sedikit berbicara mengenai Stadion Hernando Siles, stadion berkapasitas 42 ribu kursi ini bukanlah stadion yang angker layaknya Camp Nou dengan kapasitas 99 ribu kursi penonton atau bahkan Anfield yang bisa membuat mental lawan jatuh.

Stadion Hernando Siles ini memiliki sebuah hal yang ditakutkan banyak pecinta sepak bola, yakni letaknya. Stadion dari Timnas Bolivia ini terletak di ibukota yakni Kota La Paz.

Kota La Paz sendiri terletak di ketinggian 3460 meter di atas permukaan laut. Sebagai perbandingan, Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa memiliki ketingging 3676 meter di atas permukaan laut.

Bisa dikatakan, Kota La Paz adalah ibukota negara tertinggi di dunia. Tak pelak sebutan kota di atas awan pun mampir kepada kota berpenduduk 766.468 jiwa itu.

Nah, karena Stadion Hernando Siles yang merupakan markas Timnas Bolivia ini terletak di Kota La Paz, maka para pemain termasuk tuan rumah dan tim tamu dianggap sedang bermain di atas awan.

© Futbolizados
Estadio Hernando Siles Copyright: FutbolizadosEstadio Hernando Siles, markas Bolivia yang terletak di Kota La Paz

Bayangkan saja, para pemain berlari selama 90 menit di atas ketinggian 3460 meter di atas permukaan laut. Membayangkannya saja pun pasti menyakitkan karena pada ketinggian tersebut, oksigen terbilang tipis.

Hal tersebut menjadi alasan mengapa Argentina selalu kesulitan saat melawan Bolivia di rumah. Mungkin tak hanya La Albiceleste saja, beberapa tim dari negara lain pun pasti kewalahan.

Sejatinya, FIFA selaku federasi sepak bola dunia telah melarang pertandingan sepak bola digelar di atas ketinggian 2400 meter pada 2007 silam. Larangan ini mendapat protes keras dari Bolivia sendiri.

Bahkan untuk memprotes aturan kontroversial FIFA tersebut, Bolivia menggelar pertandingan amal di Stadion Hernando Siles di mana legenda Argentina, Diego Maradona ambil bagian di laga ini.

Pada laga amal ini, Maradona mampu mencetak hattrick. Saat pertandingan, ia pun memberikan pernyataan yang mendukung protes Bolivia dan mengecam aturan dari FIFA yang saat itu dipimpin oleh Sepp Blater.

“Anda memiliki hak untuk bermain di tempat Anda dilahirkan. Itu tidak bisa diputuskan baik oleh Tuhan apalagi oleh (Sepp) Blater,” kata Maradona.

Bahkan Maradona nampak memberi sinyal kepada petinggi FIFA lewat hattricknya seperti: jika  mantan pecandu narkoba sepertinya saja bisa bermain di sini, apalagi para pemain profesional.

Setelah laga ini digelar, aturan ini pun tak kunjung dilanjutkan dan tak tahu bagaimana kabarnya. Maradona yang dengan jemawa mendukung digelarnya pertandingan di atas awan waktu itu, lantas tujuh bulan kemudian ditunjuk sebagai pelatih Argentina.

Kejemawaan Maradona yang menentang aturan FIFA waktu itu membuahkan hasil negatif untuk Argentina. Hal tersebut terjadi pada 1 April 2009 saat dirinya menjalani laga keempat sebagai pelatih La Albiceleste.

 Secara memalukan Argentina dibuat tak berdaya di Stadion Hernando Siles oleh Bolivia di mana gawang La Albiceleste kala itu kemasukan enam gol.

Argentina yang bermaterikan pemain hebat dan ditukangi Maradona dengan rekor tiga kemenangan sebagai pelatih untuk pertama kalinya, La Albiceleste hanya mampu membalas satu gol saja.

Kekalahan ini memberi luka bagi Maradona. Pasalnya, kekalahan dari Bolivia ini merupakan kekalahan terburuk Argentina sejak Piala Dunia 1958 kala Argentina dibungkam oleh Swedia dengan skor serupa yakni 1-6.

“Saya (dibuat) menderita dengan mereka (Bolivia). Setiap gol Bolivia seperti pisau yang menusuk hatiku,” tutur Maradona usai tumbang 1-6 dari Bolivia.

Pada laga itu pula, para pemain Argentina seperti Angel Di Maria harus menggunakan masker oksigen pada jeda babak pertama. Selain itu, di laga selanjutnya, para penggawa La Albiceleste juga ada yang sampai muntah.

Tentunya letak dari Stadion Hernando Siles yang ada di Kota La Paz, Bolivia terkesan seperti ‘lapas’ (Lembaga Permasyarakatan/Penjara) bagi Argentina di mana La Albiceleste tak dapat bebas bergerak dan menunjukkan tarian Tango-nya.

Sebagai informasi, dalam 14 laga Bolivia vs Argentina di Stadion Hernando Siles, La Albiceleste tumbang sebanyak tujuh kali dan menang sebanyak lima kali saja.

Nampaknya Argentina musti mencari cara jika suatu saat nanti harus bermain di Kota La Paz lagi. Setidaknya mencari taktik yang tepat untuk melawan kondisi alam agar meraih kemenangan atas Bolivia.