In-depth

Lebih Mudah Bagi Marcus Rashford Buat Inggris Kompak ketimbang Manchester United

Minggu, 25 Oktober 2020 11:19 WIB
Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Matthew Peters/Manchester United via Getty Images
Aksi Edinson Cavani dalam laga Liga Inggris antara Manchester United vs Chelsea. Copyright: © Matthew Peters/Manchester United via Getty Images
Aksi Edinson Cavani dalam laga Liga Inggris antara Manchester United vs Chelsea.
Secercah Cahaya Bergantung pada Solskjaer

Marcus Rashford mampu membuat banyak rakyat Inggris bersatu dalam kampanye bertajuk End Child Food Poverty dalam upaya memerangi kelaparan anak-anak kurang mampu di negerinya. Dia harus melawan keputusan pemerintah Negeri Ratu Elizabeth II.

Spirit Marcus Rashford itu tentunya diharapkan juga memengaruhi rekan-rekan setimnya di Manchester United demi konsistensi kemenangan. Sayangnya, kali ini Rashford tidak bisa bekerja sendirian. Apalagi, dia bukanlah sang pemimpin di tim yang bisa menggelorakan kebangkitan seperti gerakan yang ia canangkan di Inggris.

Pemimpin di klub tetaplah sang pelatih. Ole Gunnar Solskjaer yang bertanggung jawab penuh dalam hal mengangkat moral anak asuhnya sekaligus hal teknis macam penentuan taktik di tiap pertandingan.

Terkait hal teknis pertandingan terakhir, sekilas, hasil imbang 0-0 melawan Chelsea tidak buruk-buruk amat. Kiper The Blues, Edouard Mendy, tampil cukup baik dengan membuat empat penyelamatan, termasuk peluang emas Marcus Rashford di babak pertama.

Mulai dari pertandingan melawan PSG hingga Chelsea, sesungguhnya ada secercah cahaya yang sepertinya dapat mengubah nasib Manchester United di Liga Inggris 2020/21 di mana saat ini mereka masih tercecer di papan bawah. Namun, itu juga bergantung pada sosok Ole Gunnar Solskjaer selaku pelatih.

Cahaya yang dimaksud adalah strategi menggunakan dua striker. Melawan Chelsea, Solskjaer menggunakan 4-2-3-1 dengan Rashford sebagai penyerang tengah. Namun, pada menit ke-58, ia memasukkan Edinson Cavani sehingga Manchester United memakai dua penyerang di sisa pertandingan.

Hasilnya, serangan Manchester United lebih berbahaya. Terbukti, dari total 14 tembakan sepanjang laga melawan Chelsea, ada enam peluang yang didapatkan tuan rumah sejak Edinson Cavani di lapangan.

Strategi dua penyerang juga Solskjaer terapkan ketika Manchester United mengalahkan PSG di mana Rashford berpasangan dengan Anthony Martial dalam pola 5-3-2 yang dapat berubah menjadi 3-4-1-2 tergantung tengah bertahan atau menyerang.

Dari dua pertandingan itu, sepertinya Manchester United era Ole Gunnar Solskjaer bisa memaksimalkan kualitas lini depannya yang berisikan Marcus Rashford, Edinson Cavani, Anthony Martial, Odion Ighalo, dan lain-lain dengan menggunakan taktik dua penyerang.

Sekarang tinggal bagaimana sang pelatih mantap dengan formulanya, menemukan para pemain yang mampu mengaplikasikannya. Sehingga, Manchester United pun bisa padu, bangkit kembali ke papan atas Liga Inggris musim ini.