In-depth

Liga 1 2020 Gagal Digelar, Bukti Sahih Perbedaan Kualitas dengan Liga-liga Tetangga

Sabtu, 31 Oktober 2020 19:38 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© stmed.net/Wikipedia
Tak seperti liga tetangga, kompetisi Shopee Liga 1 2020 akhirnya batal sepenuhnya digelar tahun ini. Copyright: © stmed.net/Wikipedia
Tak seperti liga tetangga, kompetisi Shopee Liga 1 2020 akhirnya batal sepenuhnya digelar tahun ini.

INDOSPORT.COM - Tak seperti liga tetangga, kompetisi Shopee Liga 1 2020 akhirnya batal sepenuhnya digelar tahun ini. Lantas, apakah hal tersebut disebabkan karena kepolisian atau justru soal kredibilitas dari PSSI?

Kabar mengecewakan datang dari sepak bola nasional. Liga 1 2020 akhirnya batal digelar pada tahun ini. 

Setelah tiga kali mengalami perubahan jadwal, akhirnya PSSI pada Kamis (29/10/20) resmi mengumumkan kompetisi Shopee Liga 1 2020 ditunda sampai Februari 2021. Putusan tersebut diambil lewat rapat Exco yang berlangsung pada Rabu (28/10/20). 

Gagalnya PSSI dan operator liga, PT LIB, memutar kompetisi Liga 1 dan 2 tahun ini dikarenakan tak adanya lampu hijau dari pihak dari kepolisian terkait izin keramaian sebagai respons atas situasi pandemi COVID-19 di Tanah Air. 

Sebelum akhirnya dihentikan pada Maret lalu, Liga 1 baru berjalan tiga pekan dan Liga 2 baru kick off sementara Liga 2 belum bergulir. Sebelumnya PSSI ingin agar Liga 1 dimainkan di pertengahan tahun sebelum akhirnya mundur ke Oktober. 

Namun, di detik-detik terakhir jelang kick off, izin tak juga keluar dari kepolisian. Padahal, klub-klub telah melakukan persiapan dengan matang demi menyambut lanjutnya liga. 

"Ini kan keinginan teman-teman [klub], semuanya kami kembalikan kepada pihak kepolisian. Ini keinginan kami karena mereka menanyakan bagaimana kepastiannya. Kalau bisa digulirkan tanggal 1 (November) alhamdulillah, kalau tidak Desember, kalau tidak Januari (2021)," ujar Ketum PSSI, Mochamad Iriawan. 

PSSI dan PT LIB juga sudah menyusun format baru dan menggalang protokol kesehatan. Namun Iwan Bule masih optimis Liga 1 digelar November. Akan tetapi, takdir berkata lain, tahun ini Liga Indonesia harus ditiadakan sepenuhnya.

Kegagalan Federasi?

Gagalnya Liga 1 2020 bergulir tahun ini memang sangat disayangkan. Sebab, banyak kerugian yang bisa dirasakan oleh sepak bola Indonesia. 

Klub, pemain, dan wasit di Indonesia banyak menggantungkan hidup di sepak bola. Karenanya, ketika kompetisi vakum berbulan-bulan akibat pandemi, banyak pelaku sepak bola yang terkena dampak.

Selama vakumnya Liga 1 2020, klub peserta memang tidak memiliki pemasukan lain, bahkan sponsor pun membatasi dana. Selama ini, sumber dana terbesar klub adalah dari tiket pertandingan karena penjualan merchandise tidak seramai klub-klub Eropa.

Ditundanya kompetisi hingga awal tahun depan juga memunculkan masalah lain yakni terkait kontrak pemain. Rata-rata pemain asing maupun lokal di klub Liga 1 memiliki kontrak hingga akhir musim atau akhir tahun.

© borneofc.id
Pemain klub Liga 1 Borneo FC Javlon Guseynov (Uzbekistan). Copyright: borneofc.idPemain asing klub Liga 1 Borneo FC Javlon Guseynov (Uzbekistan).

Dengan tidak adanya kompetisi hingga akhir tahun, bisa dipastikan kontrak tersebut berakhir. Hal ini tentu merepotkan karena klub harus melakukan negoisasi ulang, bahkan pemain kesulitan mencari klub baru di luar negeri karena bursa transfer pun telah ditutup.

Kalender sepak bola Indonesia juga menjadi kacau balau karena di tahun itu bakal ada Piala Dunia U-21. Bisa-bisa kompetisi kembali berhenti tengah jalan. 

Kondisi ini tentu tidak diharapkan dan merupakan situasi force majeur. Namun, sesungguhnya, jika melihat dari sudut lain, ada ketidaksanggupan dari federasi dalam hal ini meyakinkan pihak kepolisian untuk menggelar kompetisi yang aman. 

Masalah pandemi COVID-19 tak hanya menimpa negara Indonesia. Hampir seluruh dunia ikut menderita. 

Dan Asia Tenggara menjadi salah satu yang juga terparah. Meski begitu, perlahan federasi negara-negara lain mulai beradaptasi dan mencari cara terbaik agar kompetisi sepak bola mereka bisa bergulir. 

Di Eropa, kompetisi telah berjalan dengan protokol yang ketat dan para stakeholder pun menjalankan dengan profesional. Sementara di Asia, mayoritas liga sepak bola sudah bergulir sebagaimana mestinya.

Federasi dan kepolisian setempat telah sepaham dan sama-sama yakin bahwa mereka sanggup menggelar kompetisi di tengah pandemi yang belum berakhir. Sayangnya, hal itu tidak bisa terwujud di Indonesia.