3 PR Besar Ketua Umum PBSI Baru yang Menanti untuk Diselesaikan

Sabtu, 7 November 2020 21:35 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Twitter@INABadminton
Berikut ini kami rangkum tiga Pekerjaan Rumah besar ketum baru PBSI untuk bulutangkis nasional yang menanti untuk diselesaikan. Copyright: © Twitter@INABadminton
Berikut ini kami rangkum tiga Pekerjaan Rumah besar ketum baru PBSI untuk bulutangkis nasional yang menanti untuk diselesaikan.

INDOSPORT.COM - Terpilih sebagai ketua umum PBSI, Agung Firman Sampurna pun sudah dinanti tiga pekerjaan rumah besar untuk bulutangkis Indonesia. 

Agung Firman Sampurna resmi terpilih menjadi Ketua Umum Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) periode 2020-2024 menggantikan Ketum yang lama Wiranto. 

Dalam Musyawarah Nasional (Munas) PBSI yang berlangsung 5-6 November 2020 di Serpong, Banten, Agung terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PBSI selama periode empat tahun.

Nama Agung cukup mendominasi kepemilikan suara di bursa Caketum PBSI lantaran didukung 29 Pengurus Provinsi. Sementara lawannya, Ari Wibowo, yang juga Ketua Umum Pengprov Banten, hanya disokong 10 Pengprov.

Agung sendiri sempat diragukan lantaran dirinya yang juga menjabat sebagai anggota BPK yang tak memiliki latar belakang olahraga. Rival Agung, Ari Wibowo, mengritik Agung yang dinilai akan sulit untuk fokus membina bulutangkis nasional. 

Akan tetapi, Agung sudah terpilih dalam Munas. Itu artinya, ia sudah menjadi pimpinan sah PBSI. 

Agung pun dituntut untuk segera memperbaiki banyak hal di bulutangkis nasional. Berikut ini kami rangkum tiga Pekerjaan Rumah besar ketum baru PBSI yang menanti untuk diselesaikan. 

1. Perbaiki Kualitas Sektor Putri

Pekerjaan rumah pertama yang mesti jadi perhatian Agung di PBSI tak lain adalah peningkatan kualitas sektor bulutangkis putri nasional. Seperti kita ketahui bersama, Indonesia sangat lemah pada sektor ini. 

Kita jauh tertinggal dari Jepang, China, Taiwan, dan bahkan Thailand. Untuk sektor tunggal putri saja tak ada satu pun wakil yang tembus 10 besar. 

Satu-satunya wakil yang cukup bisa berbicara banyak adalah ganda putri Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Pasangan ini mampu tembus 4 besar peringkat dunia. 

Namun secara umum, Indonesia begitu terpuruk di sektor putri. Padahal di masa silam, kita begitu berjaya. Saat ini hanya sektor tunggal putra yang bisa diandalkan di level elite. 

2. Fasilitas Pelatihan Modern Kelas Dunia

Fokus perhatian berikutnya yang juga berkaitan dan penting adalah peningkatan pada fasilitas pelatihan nasional. Sudah saatnya Indonesia memiliki pusat pelatihan yang lebih modern dari Pelatnas Cipayung. 

Tak cuma jumlah lapangan berstandar dunia, tetapi juga fasilitas lengkap seperti gim, kolam renang, meeting center, dll serta kamar asrama yang cukup untuk semua peserta pelatnas. 

Sebagai negara raksasa bulutangkis dunia, sudah saatnya Indonesia memiliki Training Center kelas dunia demi mengejar ketertinggalan dengan negara seperti Jepang dan China. Jangan sampai PBSI gagal memanfaatkan secara maksimal bakat-bakat muda Tanah Air.

3. Pembinaan Usia Muda

Untuk saat ini Indonesia memiliki regenrasi yang cukup baik. Meski begitu, bukan berarti PBSI santa-santai saja. 

Justru, PBSI harus meningkatkan kualitas regenerasi dengan maksimal. Pencarian bibit-bibit muda dilakukan secara berpola dan bertingkat. 

PBSI wajib membangun sport center mumpuni untuk bibit-bibit tersebut. Pertahankan dan tingkatkan turnamen sirkuit nasional di seluruh nusantara. 

Pada akhirnya, peningkatan fasilitas di tiap daerah pun menjadi sebuah kewajiban bagi PBSI di bawah Agung Firman Sampurna dalam empat tahun kepemimpinannya ini. Dengan selesainya tiga pekerjaan rumah ini, niscaya bulutangkis Indonesia akan kembali ke puncak dunia.