Bola Internasional

Messi-Ronaldo dan Kutukan Cedera Hantui Eks AC Milan Marco van Basten

Selasa, 10 November 2020 13:31 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© VI Images via Getty Images
Mantan pemain AC Milan, Marco van Basten, berbicara soal Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Copyright: © VI Images via Getty Images
Mantan pemain AC Milan, Marco van Basten, berbicara soal Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Tidak Bisa Seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo

Marco van Basten memutuskan pensiun dari sepak bola pada tahun 1995 dan AC Milan menjadi klub terakhir yang dibelanya. Bahkan, perpisahannya di San Siro sampai membuat Fabio Capello menitihkan air mata.

Capello yang menyaksikan anak asuhnya tersebut berkeliling lapangan untuk menyapa penggemar, terlihat menangis dan mengusap wajahnya. Benar-benar momen yang sangat mengharukan bagi semua yang hadir.

“Saya berlari dan bertepuk tangan tapi tidak menunjukkan rasa sakit saya. Saya merasa seluruh stadion dipenuhi rasa duka, saya hampir menangis,” ucap Marco van Basten seperti diberitakan laman Daily Mail.

Meski sudah bertahun-tahun berlalu, kesedihan itu tetap ada, apalagi ketika dirinya melihat para pemain seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, dua megabintang sepak bola yang paling populer saat ini.

“Saya melihat Messi sekarang, masih bermain di usia 33 tahun, Ronaldo 35, Robert Lewandowski 32. Ketika tahu mereka mereka masih meraih banyak hal, ada sedikit penyesalan dalam diri saya,” ucapnya.

“Ronaldo masih bermain di level tertingginya, bahkan untuk waktu yang lama. Apa yang bisa saya katakan? Saya ikut senang, Messi dan Ronaldo menyuguhkan momen-momen hebat bagi kita saat menonton sepak bola,” tambahnya lagi.

Mengakhiri karier saat masih berusia 30 tahun jelas bukan hal mudah bagi Marco van Basten. Pada saat itu, ia mungkin masih punya banyak keinginan dan cita-cita yang ingin diwujudkan, namun apa daya situasi tidak berpihak padanya.

Ia pun tidak menampik bahwa kekecewaan mendalam sempat menderanya saat awal-awal pensiun, yang mana cukup wajar dan manusiawi. Namun seiring berjalannya waktu ia mulai belajar untuk ikhlas.

Pria yang berjuluk Swan Of Utrecht ini kemudian mengisi hari-harinya usai pensiun dengan belajar menjadi pelatih. Pekerjaan pertamanya adalah asisten John van 't Schip di tim reserve Ajax pada 2003-2004.

Setelahnya, ia mulai melebarkan sayap di dunia kepelatihan dengan menangani klub-klub seperti Heerenveen dan AZ Alkmaar. Ia juga pernah menjadi asisten Danny Blind di Timnas Belanda sebelum mendarat di FIFA sebagai direktur teknis.

Namun ia memutuskan mundur dari jabatan tersebut pada 2018 lantaran ingin lebih dekat dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga.