Bola Internasional

Suramnya Hidup Maradona: Narkoba, Depresi, hingga Lolos dari Maut Setelah Operasi Otak

Jumat, 13 November 2020 12:01 WIB
Editor: Lanjar Wiratri
© Archivo El Grafico/Getty Images
Diego Maradona saat Pegang Trofi Piala Dunia 1986. Copyright: © Archivo El Grafico/Getty Images
Diego Maradona saat Pegang Trofi Piala Dunia 1986.
Maradona Depresi karena Patah Hati?

Diego Maradona dikabarkan menderita depresi pada awal tahun 2019 lalu karena masalah dalam kehidupan pribadi dan keluarganya serta kegagalan dalam pekerjaannya sebagai pelatih.

Maradona saat itu menjadi pelatih tim Meksiko Dorados de Sinaloa, tetapi laporan menyatakan bahwa ia tak muncul untuk memimpin latihan dalam beberapa hari terakhir karena depresi.

Seperti dilansir dari The Sun, Jurnalis Luis Ventura membuat klaim pada program TV Argentina 'Involucrados', yang disiarkan oleh America TV, menyebut perpisahan Maradona dengan pacarnya, Rocio Oliva, membuat eks pelatih Timnas Argentina itu depresi.

“Diego tidak melalui momen yang baik. Konflik pribadi telah menumpuk dalam hidupnya. Dia mengalami masalah serius saat istirahat dan menjalani terapi tidur. "

Pembawa acara di acara tersebut mengklaim "konflik pribadi telah menyebabkan masalah besar dalam hubungannya dengan anak-anaknya dan ibu dari anak perempuannya".

Mantan pemain Barcelona itu diketahui menceraikan Claudia Villafane pada 2004 setelah 20 tahun menikah. Ventura mengklaim ketidakhadiran Maradona di pernikahan putrinya, Dalma, pada bulan April terus menimbulkan masalah dalam keluarga.

Ventura menambahkan bahwa kekasih Maradona, Rocio Oliva, telah menyelesaikan kontrak untuk bermain dengan tim putri klub River Plate saat itu dan memberi Maradona ultimatum untuk tinggal di Argentina bersamanya atau kembali ke Meksiko dan kehilangannya.

"Rencana Diego adalah melanjutkan sebagai pelatih di Meksiko."

Selama hidupnya, Maradona juga dikenal sebagai pecandu narkoba. Ia sendiri tak menampik bagaimana masa-masa kejayaannya sebagai pemain sepak bola diiringi dengan ketergantungannya pada benda haram tersebut.

Ia telah mengonsumsi narkoba sejak memperkuat Barcelona saat usianya masih 24 tahun. Masa-masa kecanduan narkoba terutama kokain berlanjut hingga ia membela Napoli pada 1991 dan akhirnya gagal dalam test doping untuk Piala Dunia 1994.