In-depth

PSJS Jaksel, 'Adik Tiri' Persija Jakarta yang Terasingkan di Rumahnya Sendiri

Kamis, 24 Desember 2020 08:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Sebagian besar penikmat sepak bola nasional tentu paham bahwa DKI Jakarta merupakan markas dari salah satu klub paling sukses sepanjang sejarah bal-balan Indonesia, Persija. 

Faktanya, Tim Macan Kemayoran bukanlah satu-satunya yang berhak mengklaim diri sebagai representasi ibu kota. Paling tidak ada tiga klub lain penyandang status saudara Persija berdasarkan wilayahnya masing-masing, termasuk PSJS Jakarta Selatan.

Sekadar mengingatkan, DKI Jakarta bukan cuma milik Persija, yang notabene representasi Jakarta Pusat. Masih ada tiga klub tradisional lain di masing-masing kotamadya, yakni PSJS (Jakarta Selatan), Persija Barat FC (Jakarta Barat), dan Persitara (Jakarta Utara).

Sejatinya ada satu klub lagi yang mewakili Kotamadya Jakarta Timur, yaitu Persijatim. Namun, batu lompatan nama-nama beken sekaliber Ismed Sofyan dan Maman Abdurrahman ini telah diakuisisi dan berganti nama menjadi Sriwijaya FC sejak 2004.

Kembali ke PSJS Jaksel, klub yang identik dengan warna biru ini sudah eksis di belantika sepak bola nasional sejak 1975. Awalnya mereka bergabung dengan Jakarta Barat sehingga namanya adalah Persija Selatan-Barat.

Namun, PSJS belum pernah sekalipun naik ke kasta tertinggi sejak era Perserikatan sampai sekarang. Prestasi yang bisa dibanggakan adalah menjuarai Divisi II Perserikatan 1988 dan promosi ke Divisi I di era kepemimpinan Hariman Siregar.

Selain itu, PSJS juga sempat mentas di Divisi I 2012 (kubu ISL) ketika klub masih dipegang Achsanul Qosasi yang kini menjabat Presiden Madura United.

“Sejarah mencatat pencapaian tertinggi kami sebatas main di Divisi I Perserikatan 1988 dan Divisi I 2012,” kata Ketua Umum PSJS, Try Joko Susilo, kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT, Senin (21/12/20).

"Di Liga 3 2018, kami mewakili DKI Jakarta di babak regional bersama Jakarta United FC. Sebuah kebanggaan tersendiri di tengah keterbatan waktu itu," ucapnya lagi.

Di babak regional, PSJS Jaksel berjumpa Persekabpas Pasuruan yang namanya sempat beken pada medio 2000-an. Mereka tak berdaya dan harus jantan mengakui keunggulan lawannya setelah berjuang dalam dua leg dengan agregat telak 0-6.

Belakangan, PSJS fokus menjalankan peran dan fungsi utama klub dalam pembinaan sepak bola usia dini. Mereka biasanya bergerak di kategori usia U-13, U-15, U-17, dan U-19 untuk mengasah bibit-bibit muda jebolan SSB-SSB ternama di Jakarta Selatan.

Mirisnya, PSJS kerap kesulitan mendapatkan lapangan dan fasilitas-fasilitas lain di wilayah Jakarta Selatan yang bisa digunakan untuk mendukung program pembinaan sepak bola usia dini. 

"Lapangan sepak bola yang layak adalah masalah paling pelik di Jakarta Selatan. Untuk mendapatkannya sulit sekali, bahkan terkesan dipersulit. Agak lucu ya padahal PSJS kan bermarkas di Jakarta Selatan. Wilayah elite. Entah bagaimana jadinya kalau di pelosok," cetus Try Joko Susilo.

Secercah harapan muncul di pengujung 2019. PSJS seolah mendapatkan durian runtuh ketika diberi izin menggunakan Lapangan Blok S yang baru saja selesai direnovasi oleh pemerintah kota Jakarta Selatan.

Peresmian Lapangan Blok S sebagai kandang baru PSJS waktu itu ditandai dengan potong pita, penandatanganan prasasti, dan penyerahan tumpeng kepada pengelola, yakni Kepala Sudinpora Jaksel, Eko Pujihariyanto, serta Try Joko Susilo selaku pihak pengguna.

Turut hadir pula Wali kota Jakarta Selatan, Marullah Matali, di sela-sela peresmian Lapangan Blok S. Sesi uji coba lapangan dilakukan dengan pertandingan eksibisi antara tim Wali kota Jaksel yang memakai jersey PSJS (biru-putih) melawan tim Dispora DKI Jakarta.

"Semua ini adalah bentuk apresiasi dan dukungan kami untuk menjadikan PSJS sebagai klub sepak bola asal Jakarta Selatan yang semakin hari semakin membanggakan. Semoga Lapangan Blok ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya," ujar Marullah Matali kala itu.

Rencananya, Lapangan Blok S tidak hanya dipakai sebagai markas tim senior PSJS Jaksel di Liga 3 2020, melainkan lebih mengutamakan kategori usia dini seperti U-13, U-15, dan U-17 yang akan mengikuti turnamen Piala Soeratin. Mereka diperbolehkan memakai lapangan setiap Sabtu-Minggu.

Sedangkan untuk hari kerja (Senin-Jumat) akan dikelola Sudin Jakarta Selatan. Lapangan Blok S berukuran standar 90 x 60 meter menggunakan rumput manila, lalu ada pula trek jogging sepanjang 300 meter di sisi lapangan.

Tapi apa yang terjadi kemudian? PSJS Jaksel belum sedikit pun menginjakkan kaki di lapangan, apalagi memakainya sebagai markas untuk Liga 3 dan kegiatan rutin lainnya.

"Pandemi virus corona mungkin bakal dipakai menjadi alasan. Tak bisa dipungkiri memang, tapi kenyataannya kami belum bisa memakai Lapangan Blok S. Ada kendala administrasi yang menghalangi PSJS bermarkas di sana, meski tahun lalu sudah sempat potong tumpeng dll," tutur Try Joko Susilo.

Ke depan, PSJS Jaksel akan terus memperjuangkan hak mereka terkait penggunaan Lapangan Blok S untuk mendukung segala kegiatan klub, baik Liga 3 maupun Piala Soeratin. Tujuan akhir mereka tidak lain adalah membuktikan bahwa DKI Jakarta bukan hanya milik Persija seorang.

"Publik sepak bola Indonesia harus paham. Ini lho di Jakarta ada klub selain Persija yang butuh diperhatikan. Tanpa bermaksud menyudutkan mereka ya karena hubungan kami baik-baik saja sejak dulu," imbuh pemegang jabatan Ketua Askot PSSI Jakarta Selatan tersebut.

"Justru klub-klub seperti PSJS Jaksel yang mengutamakan pembinaan usia muda inilah yang perlu diperhatikan. Tidak perlu neko-neko, sebatas lapangan sepak bola layak saja dulu. Bantu kami mendapatkannya. Semua ini demi kemajuan sepak bola DKI Jakarta juga kan," tandas Try Joko Susilo.

Mengingat kondisi tersebut, tak berlebihan bila Try Joko Susilo menyebut PSJS Jaksel sebagai 'adik tiri' Persija Jakarta. Mereka bersusah payah seorang diri memajukan sepak bola Jakarta Selatan tanpa dukungan penuh dari stakeholder setempat.

"PSJS itu adalah adik tiri Persija yang teraniaya. Mengapa diumpamakan sebagai adik tiri? Karena lakon ini identik dengan perlakuan yang tidak adil. Begitulah kira-kira," jelasnya.

"Makanya saya berharap kelak kami bisa naik kasta. Tidak perlu muluk-muluk ke Liga 1 lah. Liga 2 saja sudah cukup. Biar semua orang tahu kalau di Jakarta masih ada klub sepak bola selain Persija," pungkas Try Joko Susilo.