In-depth

Fernando Redondo dan Kisah Getir di AC Milan, Sampai Minta Setop Gaji

Kamis, 31 Desember 2020 19:31 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© Tony Marshall/EMPICS via Getty Images
Fernando Redondo saat masih bermain untuk AC Milan. Copyright: © Tony Marshall/EMPICS via Getty Images
Fernando Redondo saat masih bermain untuk AC Milan.

INDOSPORT.COM - Fernando Redondo adalah satu dari sekian pesepak bola yang punya kisah pahit di klub Serie A Liga Italia, AC Milan.

Untuk dikenang kembali, kepindahan Redondo menuju AC Milan memang sempat diwarnai kontroversi. Adalah Real Madrid yang membuangnya ke sana pada tahun 2000 tanpa memberinya kesempatan bersuara.

Bahkan bisa dibilang, pihak klub menjalin kesepakatan tanpa izin Redondo dan menciptakan kekacauan. Peristiwa ini pun akan selalu dikenang dunia sebagai salah satu transfer paling kontroversial yang pernah ada.

Semua bermula dari Florentino Perez yang perlu membuang pemain setelah kedatangan Claude Makelele dan Flavio Conceicao, akhirnya memantapkan niatnya menjual Redondo, yang saat itu sudah berusia 31 tahun.

Di sisi lain, Silvio Berlusconi dan AC Milan selaku pihak yang berminat mendatangkan Redondo, juga sangat berhasrat memiliki seorang bintang besar. Apalagi, rival berat mereka seperti Juventus, Lazio, dan AS Roma sudah mendatangkan pemain baru.

Bagaimana Rossoneri tidak ‘ngiri’ ketika para klub tersebut akhirnya memiliki bintang anyarnya masing-masing seperti David Trezeguet, Hernan Crespo, dan Gabriel Batistuta.

Akhirnya, Berlusconi pun mengirim wakilnya untuk bernegosiasi dengan Real Madrid yang diwakili Perez. Mereka bertemu di sebuah hotel mewah di Mallorca dan menyetujui kesepakatan transfer bernilai 11 juta poundsterling.

Walaupun berhasil mengikat kesepakatan, mendepak Fernando Redondo bukan perkara mudah mengingat sang pemain sangat mencintai Real Madrid dan para penggemar pun pasti tidak akan setuju dengan keputusan mengejutkan ini.

Benar saja, Redondo yang sakit hati tidak tinggal diam. Meski akhirnya bersedia pindah dengan berat hati, ia menyampaikan woro-woro kepada publik bahwa ada unsur paksaan di balik kepergiannya ke AC Milan.

Ini merupakan langkah terbaik yang sengaja dilakukan Redondo demi melindungi imej dan reputasinya. Tentu, ia tidak ingin orang-orang berburuk sangka maupun memberi penilaian yang salah.

Sontak, lautan protes pun mulai menyeruak dari kubu suporter Real Madrid, sampai-sampai mereka berkumpul di depan Santiago Bernabeu demi menyuarakan keberatan terkait keputusan transfer tersebut.

Sayangnya, hal itu tetap tidak menggoyahkan Real Madrid maupun AC Milan yang sudah telanjur membuat kesepakatan.

Ternyata, kepindahan Redondo ke AC Milan yang awalnya sudah kontroversial berlanjut kurang menyenangkan bagi sang pemain. Baru beberapa hari bergabung, ia sudah harus cedera ketika berlari di treadmill.

Tidak berhenti di situ saja, ia kembali mengalami insiden, kali ini saat berlatih di Milanello dan mengenai lututnya. Kondisinya semakin parah seiring berjalannya waktu dan menyisakan luka dalam bagi Redondo, yang masih mengingat masa kelam itu setelah bertahun-tahun.

“Sesi latihannya sangat berat, saya tidak mengatakan apa-apa, mungkin saya terlalu percaya diri dan pada akhirnya mengorbankan lutut saya. Suatu hari, saya merobek ACL saya dan operasinya tidak berjalan lancar,” kenang Redondo pada 2019.

“Selama proses pemulihan, lutut saya sakit sekali. Milan meminta saya bertahan dan melewati itu semua tapi keadaan malah memburuk,” ujarnya seperti dikutip dari laman Football Italia.

Fernando Redondo yang kehilangan asa bahkan sempat meminta Adriano Galliani untuk tidak membayar gajinya sampai ia kembali ke lapangan.

Setelah menimbang matang-matang, Redondo pun memutuskan menjalani sebuah terapi yang sayangnya tidak diperbolehkan di Italia. Oleh karena itu, ia harus meninggalkan Milan untuk sementara waktu.

“Saya memintanya tidak menggaji saya sampai saya bermain lagi, tapi masalahnya saya harus pergi untuk berobat di tim medis lainnya. Situasinya benar-benar parah,” kenangnya lagi.

Usai menjalani terapi tersebut, Redondo bisa bermain lagi setidaknya selama dua tahun sebelum akhirnya memutuskan pensiun pada 2004.