In-depth

Alisson Becker Bukanlah Penyebab Utama Liverpool Terseok-seok

Senin, 15 Februari 2021 15:07 WIB
Editor: Isman Fadil
© Plumb Images/Leicester City FC via Getty Images
Aksi Mohamed Salah di laga Leicester City vs Liverpool. Copyright: © Plumb Images/Leicester City FC via Getty Images
Aksi Mohamed Salah di laga Leicester City vs Liverpool.
Liverpool yang Mulai Kehabisan Bahan Bakar

Manajemen Liverpool tampaknya sudah meremehkan krisis tersebut sejak awal musim. Awalnya, diyakini bahwa masalah terbesar Liverpool adalah cedera beberapa pilar seperti Virgil van Dijk dan Joel Matip.

Klopp sudah 13 kali merotasi duet bek tengah Liverpool di Liga Inggris musim ini. Saat melawan Leicester City, Ozan Kabak yang baru didatangkan dari Schalke 04 bermitra dengan Jordan Henderson di sektor belakang Liverpool.

Padahal, posisi asli Henderson adalah gelandang bertahan. Alhasil, Kabak yang masih belum nyetel dengan rekannya dan gaya permainan Liga Inggris terlihat kewalahan menjaga Jamie Vardy.

Kabak adalah pemain Liverpool ke-8 yang bermain di bek tengah musim ini. Van Dijk mengalami cedera serius sejak pertengahan Oktober, dan bisa dibilang manajemen Liverpool belum terlalu memikirkan solusi alternatif. 

Apalagi dalam konteks pemain bertahan lain seperti Joe Gomez atau Matip sering mengalami cedera. Kesalahan Kabak hanyalah konsekuensi tak terelakkan dari perjudian yang dilakukan Jurgen Klopp terhadap krisis pertahanan yang dialami Liverpool saat ini.

Kabak hanyalah seorang pemain bertahan berusia 20 tahun yang baru membuat tujuh penampilan untuk Timnas Turki. Dia datang ke Liverpool dari Schalke 04, tim yang terancam terdegradasi di Bundesliga musim ini. Dia direkrut ke Anfield pada hari terakhir jendela transfer musim dingin 2021.

Selain itu, sepak bola adalah olahraga yang terdiri dari 11 pemain. Rasanya sulit dipercaya bahwa absennya Virgil van Dijk atau Diogo Jota adalah penyebab utama performa Liverpool menurun.

Hanya dalam dua pertandingan melawan Leicester City dan Manchester City, Liverpool sudah kebobolan tujuh gol. 10 hari lalu, mereka kalah dari Brighton di kandang sendiri. Dibandingkan performa musim lalu, Liverpool mengalami kemunduran besar. Para pemain Liverpool seakan kehabisan energi, secara fisik dan mental.

Selama tiga tahun terakhir, Liverpool telah dua kali mencapai final Liga Champions (satu kali juara), meraih gelar juara Liga Inggris setelah 30 tahun dengan skuat dan gaya bermain Liverpool tidak banyak berubah.

Terlepas dari krisis cedera, 7 pemain Liverpool telah memainkan lebih dari 80 persen pertandingan musim ini.

Tidak banyak penyegaran dalam skuat dan gaya bermain Liverpool musim ini. Klopp mendatangkan Thiago Alcantara untuk menyelesaikan dua masalah tersebut. Tapi kehadiran gelandang asal Spanyol saja belum cukup.

Dalam sepak bola ada konsep yang dikenal yang disebut "sindrom musim ketiga" oleh pelatih legendaris Hongaria, Bela Guttmann.

Biasanya, setelah dua musim, seorang pelatih sudah menunjukkan kemampuan terbaiknya kepada para pemain. Menjelang musim ketiga, pelatih seringkali tidak membawa hal baru dan motivasi untuk pemainnya. Sangat sedikit pelatih yang berhasil di musim ketiga.

Klopp tidak dalam kasus itu. Dia telah menjadi pelatih Liverpool sejak 2015 dan menghabiskan musim keenamnya memimpin tim Anfield. Selama di Dortmund, Klopp juga bekerja selama 8 musim sebelum hengkang.

Sindrom musim ketiga tidak ada untuk Klopp. Tetapi siklus penurunannya dengan tim demi tim setelah kesuksesan itu nyata. Liverpool era Jurgen Klopp telah melewati dua musim di papan atas Eropa dan Liga Inggris.

Sindrom musim ketiga bisa saja terjadi pada pemain Liverpool. Itu akan menjadi masalah sulit yang harus diselesaikan Jurgen Klopp dan petinggi Liverpool dengan cepat, jika mereka tidak ingin terjatuh lebih dalam lagi.