In-depth

Cristiano Ronaldo yang Terlalu Arogan untuk Juventus

Rabu, 24 Februari 2021 15:32 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Jose Manuel Alvarez/Quality Sport Images/Getty Images
Jika tak dibendung, sikap arogan Cristiano Ronaldo perlahan bisa menghancurkan klub raksasa Liga Italia, Juventus, dari dalam. Copyright: © Jose Manuel Alvarez/Quality Sport Images/Getty Images
Jika tak dibendung, sikap arogan Cristiano Ronaldo perlahan bisa menghancurkan klub raksasa Liga Italia, Juventus, dari dalam.

INDOSPORT.COM - Jika tak dibendung, sikap arogan Cristiano Ronaldo perlahan bisa menghancurkan klub raksasa Liga Italia, Juventus, dari dalam. 

Situasi di internal Juventus masih gawat. Hubungan pelatih Bianconeri, Andrea Pirlo, dan sang megabintang, Cristiano Ronaldo, sedang renggang. 

Selama hampir sebulan terakhir Andrea Pirlo dan Cristiano Ronaldo menghiasi pemberitaan media olahraga Italia dan dunia. Perbincangan soal dua sosok ini mulai mencuat ketika Pirlo menarik keluar Ronaldo saat laga kontra Inter Milan pada awal Februari 2021. 

Wajah sang pemain pun seperti tidak senang dengan keputusan pelatihnya tersebut. Akan tetapi, Pirlo menegaskan bahwa memainkan maupun menarik pemain adalah hak mutlak pelatih.

“Tidak ada klausul di kontrak yang mengatakan ia tidak dapat diganti. Dia tahu kalau dia adalah pemain penting bagi kami, tapi untuk bermain bagus dia harus terus berada di atas (fit),” ucap Andrea Pirlo kepada Rai Sport.

Situasi di Juventus semakin memanas sesudah itu, dengan berbagai macam pemberitaan yang menyebut Ronaldo kesulitan bermain di bawah bimbingan Pirlo. Mereka bukan partner pemain-pelatih yang cocok.

Kondisi ini jelas tidak diharapkan oleh Juventus. Padahal, Andrea Pirlo yang dijuluki jenius digadang-gadang bakal membentuk kombinasi yang bagus dengan Ronaldo. 

Tuduhan bahwa Cristiano Ronaldo bersikap arogan pun muncul. Di antaranya datang dari eks pemain Juve, Pasqual Bruno, dan eks bintang Timnas Italia, Antonio Cassano. 

Kritikan itu merujuk pada sikap Cristiano Ronaldo yang lebih mementingkan diri sendiri ketimbang kemajuan tim. Pasqual Bruno begitu kecewa lantaran Cristiano Ronaldo masih enggan belajar bahasa Italia meski pun ia telah hampir tiga musim bermain di Serie A Italia. 

Padahal komunikasi di dalam tim sangat diperlukan. Tak mengherankan Ronaldo tak pernah diberi kesempatan menjadi kapten tim. 

Walau Ronaldo sering menjadi pemain kunci dalam pertandingan, namun seringkali klub harus dikorbankan demi kebintangannya. Antonio Cassano sangat memahami keresahan ini.