In-depth

3 Cara Jitu Man United untuk Rusak Bulan Madu Thomas Tuchel dan Chelsea

Minggu, 28 Februari 2021 09:52 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Julian Finney/Getty Images
Selebrasi pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, saat mengalahkan PSG di Liga Champions 2018/2019. Copyright: © Julian Finney/Getty Images
Selebrasi pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, saat mengalahkan PSG di Liga Champions 2018/2019.
3 Cara Man United untuk Bungkam Chelsea dan Tuchel

Thomas Tuchel mengandalkan formasi tiga bek dengan sistem Counter-Pressing di Chelsea dalam delapan laga yang telah dijalani. Imbasnya, The Blues terbilang kokoh saat bertahan.

Sistem Counter-Pressing sendiri bertujuan membuat transisi lawan dalam bertahan ke menyerang menjadi sulit karena gerak pemain dan bola akan ditutup dengan Pressing ketat dan terorganisir.

Sistem ini sendiri bisa saja menyakiti Manchester United yang di bawah arahan Ole Gunnar Solskjaer selalu mengedepankan Counter-Attack untuk menciptakan gol.

Namun, ada beberapa kelemahan dalam sistem Counter-Pressing Tuchel terutama bersama Chelsea yang bisa dieksploitasi oleh Man United.

Jika Man United mampu mengeksploitasi kelemahan ini, maka kemungkinan besar Setan Merah dan Solskjaer bisa menjaga rekor Unbeaten di laga tandang sekaligus memberi kekalahan perdana kepada Tuchel bersama Chelsea.

Berikut tiga cara jitu bagi Manchester United untuk merusak bulan madu Tuchel dan Chelsea:

1. Memanfaatkan Kelemahan Sisi Kanan Chelsea saat Menyerang

Chelsea di bawah Tuchel memainkan Ball-Possesion lebih banyak di areanya sendiri di mana tiga beknya akan naik ke tengah lapangan untuk membantu penguasaan bola sekaligus menerapka sistem Counter-Pressing.

Namun, penguasaan bola di tengah lapangan dilakukan untuk menarik lawan sehingga memberi ruang untuk para Wing-Back nya. Dan terlihat bahwa Tuchel selalu mengandalkan Wing-Back kanan untuk menjadi poros serangan.

Mayoritas bola yang tengah dikuasai Chelsea akan disalurkan ke sisi kanan baik dengan umpan datar ataupun umpan diagonal. Sehingga, Attacking Threat The Blues selalu memanfaatkan Half-Space di sisi kanan.

Dengan fakta ini, maka Solskjaer harus memanfaatkan Luke Shaw untuk sedikit bertahan dan menanggalkan atribut menyerangnya.

Saat Chelsea tengah menyerang, sisi kanannya akan kosong. Luke Shaw dibantu oleh Harry Maguire atau Fred bisa menutup ruang gerak untuk merebut bola dan melakukan serangan balik cepat.

Bukannya Tuchel memainkan Counter-Pressing sehingga serangan balik Man United bisa patah? Di sinilah kemampuan melepaskan umpan lambung diperlukan.

Di saat sisi kanan Chelsea kosong, entah Luke Shaw, Fred, atau Maguire harus siap melepaskan umpan lambung akurat ke depan ke arah Marcus Rashford yang selalu bertugas di sisi kiri serangan Man United.

Taktik ini bisa menyakiti Chelsea mengingat Rashford terbilang cepat dan andal sebagai Progressive Ball Carries yang bisa membuat peluang untuk rekannya atau dirinya sendiri.

2. Membuat Mason Mount Mati Kutu

Mason Mount menjadi salah satu pemain penting dalam skema Tuchel di Chelsea. Perannya sebagai Inside-Forward di belakang Striker membuat pergerakannya sulit terbaca.

Selain itu, ia juga menjadi jembatan utama Chelsea dalam memainkan bola dari Second Line ke sepertiga akhir lapangan dengan umpan-umpannya.

Sebagai Inside-Forward, ia pun akan melepaskan umpan ke kotak 16 baik dengan umpan pendek atau umpan panjang. Kebetulan, Mount banyak beroperasi di sisi kanan serangan Chelsea yang memang menjadi poros utama dalam membangun serangan.

Berkaitan dengan poin pertama, untuk membuat Chelsea kesulitan masuk ke area pertahanan Man United, maka Solskjaer perlu menutup pergerakan Mount.

Di sini peran Double Pivot Man United dalam skema 4-2-3-1 akan menjadi peran paling penting. Karena dua pemain di depan bek harus lebih banyak bertahan untuk menutup ruang Mount dalam bergerak dan mengirimkan umpan.

Cederanya Scott McTominay membuat Solskjaer mau tak mau harus memanfaatkan Nemanja Matic sebagai pasangan Fred, mengingat pria asal Serbia tersebut terbilang fasih dalam memainkan peran sebagai tembok di lini kedua.

3. Bermain Lebih ke Tengah

Kebiasaan Chelsea memainkan bola di sisi lapangan terkadang membuat adanya ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan oleh Man United. Ruang yang paling terbuka lebar adalah lini tengah.

Mungkin secara kasat mata, saat melakukan Counter-Pressing para pemain Chelsea terlihat memadati setiap sudut termasuk di lini tengah.

Namun, ketika Chelsea dalam fase menyerang, terdapat lubang besar di area tengah yang bisa dieksploitasi. Terutama saat Mateo Kovacic maju satu langkah dan memainkan perannya sebagai Ball-Carrier.

Hal ini terlihat saat Takumi Minamino mencetak gol untuk Southampton. Di laga itu, The Saints memanfaatkan celah di antara bek tengah dan bek tengah kanan (Cesar Azpilicueta) yang biasanya berada di garis tengah untuk menerapkan High-Pressing.

Dengan karakteristik pemain depan Man United seperti Rashford, Anthony Martial dan Edinson Cavani yang lihai dan cepat dalam mengeksploitasi ruang kosong, maka Solskjaer harus sedikit lebih banyak bermain di area tengah ketimbang di area sisi lapangan.

Dengan memanfaatkan Counter-Attack cepat, Solskjaer bisa menjadika Bruno Fernandes sebagai jembatan dengan Through Pass untuk memberi bola ke ruang kosong di antara bek tengah dan bek tengah kanan Chelsea.