In-depth

Antonio Conte dan Chelsea, Harmoni yang Rusak karena Egoisme

Rabu, 31 Maret 2021 12:17 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© marca.com
Antonio Conte Copyright: © marca.com
Antonio Conte
Keegosian Antonio Conte dan Chelsea

Ego merupakan pemusatan terhadap diri sendiri. Sedangkan Egois adalah sifat yang lebih memilih menguntungkan diri sendiri.

Istilah egois nampaknya pantas disematkan kepada Conte dan Chelsea sendiri. Istilah itu pula yang membuat hubungan keduanya hancur.

Bagaimana bisa Conte dan Chelsea yang berada dalam bulan madu usai menorehkan tinta apik dengan menjuarai Liga Inggris 2016/17 tiba-tiba hubungannya hancur dalam tempo satu musim saja?

Jawabannya adalah keegoisan baik dari Conte dan Chelsea. Di musim 2017/18, keduanya tak pernah menemui kata sepakat dalam menjalankan tim.

Retaknya hubungan antara Conte dan Chelsea diawali karena keegoisan kedua belah pihak dalam bursa transfer musim panas 2017.

Saat itu, Conte mengaku dirinya ingin mendatangkan Virgil van Dijk dan Romelu Lukaku, dua pemain yang ia anggap dapat menaikkan performa timnya sebanyak 30 persen.

“Saya memint dua pemain dan kami sangat, sangat, sangat dekat setelah memenangkan liga. Satu pemain adalah Romelu Lukaku dan pemain kedua adalah Virgil van Dijk.

“Kami menjaga komunikasi setiap harinya dan saya selalu katakan dengan dua pemain ini kami akan meningkatkan tim sebanyak 30 persen,” tutur Conte dikutip dari The Telegraph.

Namun, Chelsea tak sanggup memenuhi keinginan itu. Pasalnya, Van Dijk telah sepakat bergabung Liverpool dan Lukaku lewat Mino Raiola memilih Manchester United.

Kegagalan membawa dua pemain kesukaannya dibalas oleh Chelsea dengan mendatangkan Antonio Rudiger dan Alvaro Morata.

Keegoisan Chelsea yang tak mampu memenuhi transfer yang dimintanya tanpa disadari merupakan buah hasil perbuatan Conte dengan keegoisannya sendiri yang telah ditunjukkannya usai menjuarai liga.

Conte dengan kapasitasnya sebagai pelatih membuat keputusan mengejutkan dengan menendang Diego Costa lewat pesan singkat.

Costa disebut tak masuk dalam rencananya di musim 2017/18 yang menimbulkan prahara. Keputusan Conte menendangnya kepercayaan dirinya memboyong Lukaku.

Keputusan ini memperkeruh suasana tim yang bahkan belum menjalani musim 2017/18. Situasi tersebut kian diperparah dengan keegoisan Chelsea yang mendatangkan Rudiger dan Morata.

Bak telah terlanjur basah, Conte meneruskan sisi egoisnya saat menukangi Chelsea di musim 2017/18. Keegoisannya terlihat jelas dari dirinya yang terlihat tak mau bekerja keras dengan skuat yang terpaksa harus ia miliki.

Berkali-kali Conte terlihat menyerah dengan merujuk kata ‘Suffer (menderita)’ di setiap wawancara pra laga yang ia ikuti. Ia meminta anak asuhnya untuk siap menderita, padahal 80 persen skuatnya di musim 2017/18 adalah skuat saat ia menjuarai liga 2016/17.

Keegoisan Conte yang terlihat enggan bekerja secara totalitas untuk skuatnya di Liga Inggris 2017/18 pun berujung pemecatannya yang dibarengi besarnya kompensasi yang ia terima yakni mencapai 26.6 juta poundsterling.

Meski mampu meraih titel Piala FA 2017/18, keegoisan Conte dan Chelsea telah merusak situasi di kamar ganti sehingga pemain sekelas Willian melakukan aksi tak sopan dengan menutup Conte menggunakan emoji piala di unggahan Instagram-nya.