In-depth

Bedah Kualitas Boubacar Kamara, Pemain Kesukaan Tuchel dan Calon Metronom Anyar Chelsea

Selasa, 27 April 2021 15:05 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
 Copyright:
Kualitas Boubacar Kamara

Boubacar Kamara bergabung dengan Olympique Marseille pada 2016 lalu. Ia merupakan pemain Versatile atau serba bisa yang beroperasi di lini tengah dan pertahanan.

Dengan postur setinggi 184 cm, ia punya kemampuan apik dalam bertahan baik duel di atas lapangan dan duel di udara. Namun kemampuannya tak sebatas itu saja.

Kamara memiliki keunggulan di atas rata-rata pemain seusianya di posisi gelandang tengah atau bek. Ia memiliki kewaspadaan, Positioning, tekel, stamina, dan kemampuan duel udara yang baik.

Di Ligue 1 Prancis musim ini saja, Kamara rata-rata melakukan 2.6 tekel per laga dengan 1.1 intersep per laga. Secara tak langsung, ia berani melakukan duel dengan fisiknya yang ideal.

Hanya saja, Kamara memiliki kelemahan mendasar dalam hal melakukan tembakan. Hal ini umum di kalangan bek atau gelandang bertahan.

Meski lemah dalam melakukan tembakan, kemampuan Kamara dalam melepaskan umpan atau dalam menyerang berada di atas rata-rata. Ia terbilang jitu dalam melepaskan umpan pendek ataupun panjang.

Tercatat, Kamara rata-rata menyentuh bola sebanyak 72 kali per 90 menit di Ligue 1 Prancis dengan total 1552 umpan akurat. Dari 1552 umpan akurat yang ia buat, umpan itu menjadi peluang sebanyak 23 kali dan menjadi umpan kunci sebanyak 21 kali.

Catatan itu membuktikan, Kamara tak hanya unggul dalam bertahan namun juga andal dalam menjadi kreator sebagai pemain bernomor 6 atau Deep-Lying Playmaker.

Kemampuannya dalam bertahan setara dengan Declan Rice yang menjadi buruan Chelsea sejak era Frank Lampard. Namun, perbedaan terlihat dari kualitas Kamara saat bermain di tim yang memainkan Ball Possesion dengan kapasitasnya dalam melepaska umpan dan menjadi metronom sebuah tim.

Dengan rataan umpan seperti di atas, Kamara bisa menjadi pengganti atau duet sepadan Jorginho di lini tengah. Hal ini dikarenakan kemampuannya yang mampu menjadi metronom dalam permainan tim.

Jorginho selama ini dikritik akan fisiknya yang dianggap tak cocok dengan Liga Inggris. Untuk itu, Kamara bisa menjadi opsi jika suatu saat pemain berkebangsaan Italia itu didepak.

Wajar jika Thomas Tuchel menginginkannya sejak masih menukangi PSG. Sebab, saat itu ia membutuhkan sosok gelandang sentral dengan kemampuan komplit seperti Kamara.

Sayang rivalitas PSG dan Marseille menghalangi niatannya membawa Kamara ke PSG. Kini, Tuchel pun bisa mengabulkan keinginannya bersama Chelsea. Akankah transfer ini terjadi? Patut disimak di musim panas nanti.