Bola Internasional

Kronologi Kegagalan Unai Emery di Arsenal: Pencampakkan karena Kesalahan Klub

Kamis, 29 April 2021 19:10 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Stuart MacFarlane/Arsenal FC via Getty Images
Pelatih Arsenal Unai Emery saat berkunjung ke kandang Man United, Old Trafford Copyright: © Stuart MacFarlane/Arsenal FC via Getty Images
Pelatih Arsenal Unai Emery saat berkunjung ke kandang Man United, Old Trafford
Akibat Buruknya Keputusan Petinggi Arsenal

Pada saat Emery, fans Arsenal merasa bahwa timnya akan kembali ke papan atas. Terbukti di Oktober 2018, Chants berbunyi “We’ve Got Our Arsenal Back” menggema di Emirates Stadium. Namun, dalam tempo 1 tahun saja, Chants tersebut berubah menjadi “We Want Emery Out”.

Emery mengaku, di awal-awal kedatangannya ke Arsenal, ia merasa nyetel dengan The Gunners. Baginya tim ini tercipta untuknya.

Semua itu terlihat dari laju Arsenal hingga bulan April 2019. Suasana di Arsenal sangat bagus hingga cedera menerpa Aaron Ramsey.

“Semuanya di awal berjalan luar biasa. Suasana sangat apik di kamar ganti. Tiba-tiba, Ramsey cedera ketika ia dalam performa baik dan punya pengaruh besar,” kenangnya.

Cederanya Ramsey yang memiliki pengaruh besar membuatnya kehilangan sosok vital di permainan Arsenal. Puncaknya pun Emery harus menerima kenyataan saat tumbang dari Chelsea di final Liga Europa 2018/19.

“Di Baku (tempat final) Chelsea tim yang lebih baik. Saya menerima itu. Di babak kedua, Eden Hazard membuat perbedaan. Padahal persiapan kami baik dan semua orang berkomitmen.

“Tapi beberapa pemain memiliki mental hari ini bilang ‘iya’ besok bilang ‘tidak’. Ketika di sepak bola, semua harus ditanggapi dengan kata ‘iya’ setiap hari,” lanjutnya.

Kekalahan di final Liga Europa pun menjadi buntut dari buruknya penampilan Arsenal saat memasuki akhir-akhir musim Liga Inggris 2018/19. Sebelumnya, The Gunners harus tumbang tiga kali dalam tempo 7-8 hari sehingga terlempar dari empat besar.

Emery pun mengambil tanggung jawab atas pencapaian Arsenal di musim pertama. Namun, tanggung jawab yang ia ambil malah dibarengi dengan kesalahan yang dibuat petinggi The Gunners.

Petinggi The Gunners memutuskan untuk melepas empat pemain senior yakni Ramsey, Petr Cech (pensiun), Laurent Koscielny dan Nacho Monreal.

“Saya berkata kepada petinggi klub bahwa keputusan yang mereka buat tak berjalan baik,” lanjut Emery.

Kesalahan para petinggi Arsenal berlanjut saat memboyong Nicolas Pepe. Padahal Emery sendiri lebih memilih Wilfried Zaha yang menurutnya sangat dibutuhkan The Gunners.

“Kami mendatangkan Pepe. Dia pemain yang baik tapi kami tak tahu karakternya dan dia butuh waktu. Saya merekomendasikan Zaha kepada petinggi klub,tapi mereka memilih Pepe untuk di masa depan,” kenangnya lagi.

Perginya empat figur berpengaruh dan datangnya pemain yang tak ia inginkan membuat situasi kian runyam. Apalagi saat ia tak menemukan kapten sepadan untuk menggantikan empat figur senior yang hengkang.

Pada akhirnya, Emery memilih Granit Xhaka sebagai kapten yang kemudian berkonfrontasi dengan pendukung Arsenal. Selain keputusannya yang dianggap salah memberi ban kapten kepada Xhaka, Emery juga menjadi korban politisasi Ozil dengan pihak klub.

Emery merasa ia menjadi kambing hitam dari buruknya penampilan Ozil. Padahal performa Ozil menurun karena cedera dan kehilangan motivasi.

“Saya selalu berkata padanya bahwa dia (Ozil) ada di rencanaku. Tapi dia perlu melakukan sesuatu. Dan kemudian ada sesuatu yang terjadi di klub dan tak bisa saya kontrol,” lanjutnya.

Di masa-masa akhirnya bersama Arsenal, Emery menyebutkan bahasa juga menjadi kendala baginya di mana ia kerap dipermalukan karena logatnya dalam berbahasa Inggris.

Hingga sampai akhirnya ia dipecat pada November 2019. Meski begitu, Emery mengaku senang dengan apa yang ia miliki berama Arsenal.